5 - Menemukan Lokasi Gua

1.8K 271 54
                                    

Setelah sarapan, mereka melakukan beberapa gerakan peregangan demi kelancaran aktivitas hari ini. Semua mereka lakukan bersama-sama dan penuh sukacita.

"Kamu yakin mau ikut?" Prof. Hamdani menghampiri Indah yang tampak tengah bersiap-siap. "Apa tidak sebaiknya tunggu di tenda saja?"

"Saya sudah berjuang keras untuk tiba di sini, Prof, bahkan terpaksa menentang Mama yang pasti tengah khawatir sekarang. Dan Prof ingin saya cuma jadi penonton?"

"Saya hanya khawatir."

"Saya kuat, Prof. Saya bisa!" Indah menegaskan kemudian berlalu dari sisi Prof. Hamdani untuk bergabung dengan yang lain.

Mereka masuk lebih jauh menjelajahi hutan, berusaha menemukan sesuatu yang bisa jadi petunjuk. Selaku ketua tim, Prof. Hamdani berada paling depan, memimpin pasukannya. Tangan kanannya memegang kompas, sementara buku kuno yang tak pernah lepas darinya ditenteng di tangan kiri. Mereka menemukan lebih banyak pohon-pohon raksasa, akar-akar pencakar bumi. Terdapat banyak batu besar dengan bentuk tak beraturan. Semak belukar di mana-mana, aroma menyeramkan menguar.

Prof. Hamdani memberi aba-aba untuk beristirahat sejenak. Tentu saja mereka tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Mereka langsung memilih tempat yang enak untuk melepas lelah. Indah langsung menjulurkan kaki dan mengatur pola napas setelah bersandar di sebatang pohon raksasa.

"Menurut peta, seharusnya gua itu ada di sekitar sini." Ucapan Prof. Hamdani kembali memancing perhatian timnya.

"Kalau gitu, kenapa kita nggak mendirikan tenda di sini aja, Prof?" usul Tio.

"Jangan. Kita belum tahu misteri apa yang sebenarnya menyelubungi gua itu. Sebaiknya kita jangan terlalu mengambil risiko."

"Tapi, kok, guanya belum kelihatan, ya, Prof?" sela Raya.

"Apa mungkin pandangan kita terhalangi kekuatan gaib?" tebak Kevin.

Prof. Hamdani geming, tampak berpikir.

Suasana hening. Mereka bertukar pandang. Entah apa yang ada di benak Prof. Hamdani.

Matahari berada tepat di atas kepala ketika mereka memutuskan untuk kembali ke tenda. Sepertinya cukup untuk hari ini. Bagaimanapun kuatnya tekad Prof. Hamdani untuk menemukan cincin naga berkepala manusia itu, ia juga harus memperhatikan stamina timnya. Jangan sampai ada yang sakit, mengingat ini rata-rata pengalaman pertama mereka.

***

Hari berikutnya, akhirnya gua itu ditemukan. Objek yang cukup aneh. Sekilas tampak seperti bukit, tapi di tengah-tengahnya terdapat batu besar setinggi kira-kira tiga meter. Pintu gua ada di balik batu itu. Sebelumnya objek itu terhalangi oleh deretan pohon besar berdiameter sekitar dua meter. Akar-akar gantung menggerogoti setiap cabangnya. Pohon-pohon itu semacam tameng raksasa yang melindungi gua. Di sekitar tempat itu sangat teduh, sinar matahari tidak mampu menembus rimbun dedaunan.

Mereka melangkah pelan menghampiri deretan pohon sambil menatap awas ke segala arah. Setelah berada di bawahnya, mereka harus membungkuk untuk menghindari akar gantung yang mengerikan. Terdapat macam-macam serangga merayap di sana. Setelah melewati deretan pohon raksasa tadi, mereka tiba di depan gua. Guanya sangat besar. Mereka berdecak kagum. Di samping gua terdapat batu besar yang lapang. Mungkin bekas hunian manusia zaman purba.

Tatapan mereka menelusuri setiap inci tempat itu. Banyak yang terasa aneh. Tapi yang paling menarik perhatian, ukiran di tengah-tengah batu besar yang menutupi mulut gua. Prof. Hamdani mendekat dan memperhatikannya dengan seksama. Ternyata bukan sekadar ukiran, melainkan deretan abjad kuno yang pembahasannya juga terdapat dalam buku panduan miliknya.

Belahan Jiwa dari Dunia LainWhere stories live. Discover now