46 - A Choice and Another Choice

11.2K 950 49
                                    

E V E R Y B O D Y H U R T S
Why do you have to leave me? It seems I'm losing something deep inside of me. When you're gone, I can't breathe. And I know you never meant to make me feel this way
- Avril Lavigne -

 And I know you never meant to make me feel this way- Avril Lavigne -

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

XXXXVI CHAPTER XXXXVI

Prankk!!

Itu sekitar pukul dua pagi ketika pecahan kaca terdengar jelas di dekatku. Aku langsung terbangun dan melihat ke sekitarku, menatap ke arah sesosok anak laki-laki berambut pirang yang tampak panik. Ia memecahkan vas besar di dekat pintu kamarku.

Kemudian, ia berlari.

"Hei! Tunggu!" Panggilku. Tetapi anak itu tak mendengarkanku. Ia berlari keluar dari kamarku dan aku segera beranjak untuk menyusulnya.

"Hei!" Teriakku dan melihatnya berlari semakin kencang, aku tahu aku telah menakutinya. "Tunggu!" Kali ini aku mengecilkan suaraku agar aku tidak membangunkan orang lain dan membuat keributan ini jadi lebih besar lagi. Namun percuma saja, sebab anak itu tidak juga berhenti.

Ia terus berlari semakin jauh ke dalam, bukan ke arah pintu keluar kastil ini, entah mau ke mana bocah itu. Apa keluarganya di sini?

Brakk!!

Anak itu menabrak sebuah pintu yang keras, membukanya secara paksa padahal aku yakin pintu itu tidak dikunci. Ia hanya terlalu panik karena kehadiranku.

Aku meringis memikirkan memar macam apa yang mungkin timbul karena tabrakkan itu. "Berhenti!" Pintaku seraya menyusulnya masuk ke dalam ruangan itu.

Oh, sungguh keputusan yang cemerlang. Sarkasku.

Ruangan itu gelap. Aku tidak tahu di mana anak itu berada. Aku tidak dapat mendengarkan suaranya juga tidak dapat melihat dengan jelas meski dengan mata Vampirku.

"Hei," panggilku. "Kau di sini?"

Ia tidak menjawabku.

"Siapa namamu?"

Tidak ada jawaban lagi.

Karena ia tak mau menjawab, aku juga tak mau membiarkannya kabur begitu saja. Akhirnya kuputuskan untuk mengunci pintunya dari dalam dan mencari tombol lampu. Tanganku meraba dinding di sekitarku selama beberapa saat hingga kemudian mendapatkan tombol itu.

Ctek.

BRUKK!!

"KYAA!!"

Aku memekik terkejut begitu tubuhku meluruh ke bawah dan menggelinding dengan cepat di lantai yang berliku dan keras.

KRAK!

"Ah!" Ringisku begitu akhirnya aku berhenti menggelinding. Punggung dan pinggangku rasanya sakit sekali. Dan sebuah tulang entah di mana pun itu di tubuhku, sudah tak lagi berada di tempatnya.

A Knight In Shining ArmorWhere stories live. Discover now