•7°

6.2K 314 4
                                    

•-•

Setelah ikut menguburkan jenazah Ayahnya, kini Harumi ingin tinggal sementara bersama ibu dan juga kakak-kakaknya itu.

Tentunya, Faiz mengizinkan keinginan Istrinya itu. "Sayang, udah ya.. Jangan nangis terus seperti ini, Ayah kan di sana juga sudah tenang. Allah berarti lebih sayang Ayah di banding sayang kita ke Ayah."

Harumi terus menangis di pelukan Faiz, ia rasanya masih tidak menyangka dengan apa yang baru saja terjadi.

Rasanya, Seperti hembusan angin Allah tiupkan Ruh, namun secepat Kilat pula Allah mengambil Ruh.

Rasanya juga baru kemarin Harumi makan bersama, mengobrol bersama, juga bersenda gurau bersama. "Ya Allah gak bisa kah Kau memberi hamba waktu sedikit lagi untuk menghabiskan waktu bersama Ayah?"

Faiz memejamkan mata, menghembuskan nafas nya pelan mendengar untaian kata Harumi barusan. Istrinya ini masih juga belum mengikhlaskan kepergian Ayah mertuanya ternyata.

Rasanya pasti akan sama jika itu terjadi pada Faiz. Memang susah mengikhlaskan orang yang kita sayang apalagi orang tua.

Faiz kini membalikkan badan Harumi, mengusap wajah yang penuh bekas dan bulir air mata di pipi Harumi dengan lembut. Ia kecup kening istrinya itu lama, lalu menyatukan dahi dan hidung mereka. Beristighfar ia disana, berharap bisa menenangkan istrinya yang kini sedang rapuh.

"Sayang, Tubuh Ayah memang sudah tidak ada bersama kita. Namun percayalah, bahwa hati dan semua kenangan bersama Ayah akan terus ada di hati kita. Ini kuasa Allah, bahwa yang hidup pasti akan mati, dan itu tidak bisa kita tawar lagi"

Harumi memejamkan matanya, ia menangis lagi. Kali ini ia mengucapkan syukur karna ia sudah diberikan imam yang baik untuknya. Suami yang selalu ada untuknya.

Suara pintu terbuka membuat Harumi menjauhkan keningnya dari kening Faiz. "Eh, Astaghfirullah. Maaf Mba, Mas.. Keysha gak bermaksud, tadi Keysha udah ketuk pintu cuma gak ada jawaban."

"Gak apa-apa kok Key, Ada apa?.."

"Keysha Cuma takut Mba Rumi kenapa-kenapa karena belum makan, jadi mau nyuruh Mba buat makan. Kebetulan Keysha baru aja masak" Ujar nya.

Wajah canggung Keysha begitu kentara "Makasih Key, biar nanti mba nyusul ya.." Ujar Harumi

Keysha pun mengangguk mengerti lalu langsung menutup pintu. Dan merutuki kebodohannya itu.

"Tuh kan kamu sampai lupa makan, kamu harus inget sayang di tubuh kamu sekarang itu ada dua nyawa yang aku sayang. Jadi jangan sampai melupakan hal itu" Ujar Faiz menasihati. Harumi hanya mengangguk dan meminta maaf.

•-•

Setelah beberapa hari tinggal di rumah Ibunya, kini Harumi memutuskan untuk pulang ke rumahnya dengan Faiz.

"Mas Mau mandi duluan?" Tanya Harumi. Faiz mengangguk mengiyakan. Namun ia menahan tangan Harumi yang hendak menuju kamar Mandi.

"Kamu istirahat aja Sayang, muka kamu Pucet banget."

"Gapapa Mas, ini udah kewajiban aku sebagai seorang istri." Faiz tetap menggeleng.

"Gausah sayang, biar aku mandi air dingin aja kamu istirahat yaa"

Harumi memelas, ia merasa kuat kok melakukan itu semua. Perlahan Faiz menarik Harumi, mensejajarkan wajahnya dengan perut Harumi yang sudah terlihat agak buncit itu, "Anak Ayah yang Ayah sayang, Bundanya masa nakal. Udah pucet tapi gak mau istirahat, kamu ajak bunda istirahat yaa.. Mungkin kalau kamu yang ajak, Bundanya mau istirahat. Ya, bantu Ayah ya nak."

The Second WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang