•19°

4.9K 306 79
                                    

Hari-hari berlalu. Pasca operasi, Harumi berhasil melewati masa kritisnya. Namun ia belum juga terbangun dari tidur panjang setelahnya, tentu setiap hari selalu menjadi harapan bagi semua keluarga agar Harumi dapat melewati masa koma nya tersebut.

Semenjak itu juga, Keysha tak menemukan lagi raut tenang dalam wajah Faiz. Senyumnya kini berubah mengkerut, tatapannya pun selalu berakhir kosong. Hangat yang baru kemarin ia rasakan seakan sirna begitu saja. Faiz kembali menjadi pria dingin dan tak terjamah.

Meski begitu Keysha tidak menutup diri untuk tetap berada di samping Faiz, meski rasanya Faiz menatap dunia ini kosong, Keysha tetap tidak akan meninggalkan. Memang ia tidak memberi pelukan, sentuhan menenangkan ataupun kata-kata penyemangat yang ia bisikkan. Yang bisa Keysha lakukan untuk saat ini ya hanya menemani walau duduk berjarak pun tak apa yang penting Keysha masih bisa memastikan Faiz tetap baik-baik saja. Karena ia tak mau, merusak suasana Faiz menjadi semakin kacau, kalau harus memaksanya untuk menganggap keberadaan Keysha.

Berbeda dengan dulu, kini setiap kali Keysha menyiapkan sarapan, Faiz tidak pernah lagi memakannya. Kadang ingin sekali rasanya Keysha merapihkan kancing kemeja dan dasi yang Faiz kenakan namun Faiz selalu melewati dirinya begitu saja. Seolah dirinya tidak ada. Bahkan pernah sekali Keysha mengingatkan Faiz bahwa sepatu yang ia kenakan berbeda sebelah pun Faiz tak mendengarkannya.

Setiap waktunya Faiz pulang, Keysha hanya bisa membawakan tas kerja serta jas yang dikenakan suaminya itu. Setelahnya ia memeriksa kotak makan yang ia taruh di dalam tas Faiz. Lagi-lagi isinya masih sama seperti ia membuatnya, hanya baunya saja yang sudah berbeda.

Sebelum tidur ia juga memeriksa apakah suaminya tertidur dengan benar atau tidak. Apakah ia tertidur dengan keadaan masih terikat tali pinggang, terbalut kaus kaki dan tercekik dasi? Keysha betul-betul memastikan hal tersebut tidak melekat di tubuh Faiz saat tidur, supaya tidurnya bisa nyenyak.

Sesekali Keysha memandangi wajah Faiz sebelum akhirnya pindah ke kamarnya.

Dan yaaa, seperti lima malam sebelumnya. Saat ini Keysha juga masih khawatir jika sampai pukul tiga pagi Faiz belum juga pulang. Walau matanya mulai sayu, mulutnya terus menguap, Keysha harus tetap terjaga. Beberapa kali ia gulir beranda media sosialnya untuk menghilangkan rasa kantuknya tersebut setelah lepas dari episode drama yang membosankan, sampai akhirnya suara deru mesin mobil memasuki pekarangan rumahnya.

Ia bergegas untuk keluar dan menyambut Faiz. Ketika ia hendak berlari kecil, sesaat ia terdiam karena teringat dengan 'kondisinya' yang tidak memungkinkan untuk berlari. Keysha akhirnya memutuskan berjalan cepat untuk membukakan pintu namun Faiz sudah masuk lebih dulu.

"Biar ku bawa tasnya mas" Ujar Keysha menawarkan.

"Kenapa belum tidur?" Faiz yang menyadari saat ini sudah lebih dari pukul tiga pagi langsung menodong pertanyannya kepada Keysha. Yang ditanya pun hanya menunduk diam

Faiz terus menatap istrinya itu menuntut sebuah jawaban "Biar aku taruh tas nya dulu ya mas" jawab Keysha lalu bergegas pergi menaruh tas. Keysha pikir Faiz tidak akan menyadari keberadaanya seperti hari-hari sebelumnya, ternyata perkiraan Keysha kali ini salah.

Faiz masuk berjalan ke arah ruang keluarga. Terlihat beberapa bungkus cemilan tergeletak diatas meja, ia terdiam cukup lama untuk berpikir sejenak apa yang dilakukan istri keduanya itu sampai terjaga di jam segini.

Ketika Faiz memeriksa layar laptop pun yang terlihat hanya cuplikan drama yang terhenti, bukan tugas kantor yang tampak sedang dikerjakan. Sesaat ia berpikir, dan pikirannya tertuju pada kata 'menunggu'. Ia menghela nafas sambil merebahkan dirinya di sofa.

Faiz benar-benar terdiam memikirkan hari-hari yang sudah ia lewati kemarin. Dirinya seperti buta dan tuli. Pikirannya seperti penuh hanya untuk Harumi, tanpa berpikir ia punya istri lain yang selalu menunggunya sampai larut begini.

The Second WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang