•8°

6.3K 270 3
                                    

•-•

Sedari tadi, Faiz tak beranjak dari samping istrinya itu. Tangannya terus menggenggam jemari Harumi ia terus bertasbih menatap istrinya itu, sesekali ia menatap perut Harumi yang kini sudah tidak ada anaknya itu.

"Nak..." panggilan wanita paruh baya membuat diri Faiz terlonjak.

"Mamah.."

Faiz langsung bangkit dan memeluk ibunya itu. Air mata yang sudah ia tahan susah payah, kini tumpah ruah di bahu ibunya.

Ia terisak lama di sana. Rima ikut menitihkan air mata, namun ia harus menguatkan anak sulungnya itu. "Kamu yang tabah ya Nak" Ujar Rima menguatkan.

Setelah peng-kuretan dilakukan, Faiz mengabari semua sanak saudaranya. Termasuk mertua dan kedua orang tuanya, janinnya pun sudah selesai di kubur.

Mata yang sedari terpejam itu kini terbuka perlahan, ia mengerjapkan matanya beberapa kali. Berusaha menormalkan cahaya yang masuk ke dalam pandangannya.

Faiz mendekat, mengusap kening istrinya itu. Harumi berusaha bangun, dan kini ia terduduk di bantu oleh Faiz. Tangan Harumi bergerak ke bagian perutnya, ada rasa sakit sedikit tersisa di sana. "Mas anak kita baik-baik aja kan?" Tanyanya Lirih.

Faiz terdiam menatap Harumi yang bertanya seperti itu. Faiz bingung harus menjawab apa,

"Mas?"

Harumi kembali memanggil Faiz. Namun hasilnya masih juga nihil.

"Mas, jawab dong. Anak kita gak kenapa-kenapa kan?" lirihnya.

Faiz menghela nafas nya pelan. "Kamu kan baru bangun, minum dulu ya biar tenang.."

Tubuh Harumi tampak bergetar ketika melihat wajah lesu suaminya itu."Enggak, Gimana aku mau tenang? Kamu jawab aku dulu Mas.." Pegangan tangan Harumi di lengan Faiz semakin menguat. Tatapannya benar-benar khawatir akan keadaan anaknya itu, bahkan Air matanya kini sudah merembas.

Faiz terdiam, kini ia malah menyatukan keningnya dengan kening Harumi. Ia tak sanggup mengatakannya "Keguguran ya Mas? Iya kan?"

Perkataan lirih Harumi membuat semua yang mendengar di ruangan ini langsung memalingkan wajah, berusaha untuk tidak menangis namun gagal.

"Mass, jawab aku. iya kan?"

Tangis Harumi kini pecah ketika Faiz menganggukkan kepalanya perlahan. "Astaghfirullahaladzim,"

Faiz langsung memeluk tubuh Harumi, sekuat mungkin ia menahan tangisnya. Harumi yang tubuhnya sudah lemas kini tambah lemas.

"Maafin aku Mas.. Seharusnyaa aku gak keguguran!" Ujar Harumi di sela isak tangisnya.

"Gak ada yang salah sayang. Ini memang sudah menjadi kehendak Allah, Bayi kita, anak kita yang kita sayang, ternyata Allah lebih menyayanginya di banding kita. Kita harus tabah..."

"Maafin aku Mas.. Maafin aku"

Harumi terus meracau di sela isakannya, Faiz hanya bisa memeluk dan berusaha menenangkan Harumi.

Almira yang saat itu ada, tak bisa menahan tangisnya. Ia memeluk Ayahnya kuat, ia takut tidak bisa setegar Harumi jika dirinya berada di posisi tersebut.

•-•

"Diminum dulu Ndukk" Ira menyerahkan Air putih kepada anak bungsunya itu yang baru terbangun dari pingsannya akibat mengetahui kondisi sang janin.

"Mas Faiz dimana bu?" Tanya Harumi.

"Faiz tadi keluar sebentar sama Almi, katanya mau ambil baju kamu dulu. Gimana kamu udah enakan Rum?" Tanya Rima yang kini ikut Menjaga menantunya itu.

The Second WifeWhere stories live. Discover now