•14°

6.1K 341 23
                                    

•-•

Rintik hujan yang turun, menambah kesan dingin pada pagi kali ini. Setelah membaca surat tersebut dan menumpahkan banyak air matanya. Kini Keysha datang untuk menemui Harumi yang tengah terbaring lemah di atas bangsal.

Keysha tampak menitihkan air mata ketika melihat Harumi kini terbaring lemah dengan banyak alat yang mengelilingi dirinya. Rasa sakit yang menyelimuti hati Keysha tentang surat dari Faiz tidak seberapa, dibandingkan dengan rasa sakit yang di tanggung Harumi sekarang.

Keysha memejamkan matanya, meloloskan bulir air matanya sambil meminta kepada-Nya untuk mengangkat segala penyakit yang ada di tubuh Harumi. Jujur, Keysha tidak tega melihat Harumi seperti itu.

Setelah ia memanjatkan doa untuk Harumi. Ia pun memutuskan untuk langsung pergi, karena ia masih belum siap bertatap muka dengan Faiz sejak membaca surat itu.

Namun, keberuntungan tidak memihak dirinya. Karena baru saja ia mau berbalik badan. Suara langkah kaki mendekat dari arah belakang tubuhnya membuat Keysha tersentak. Ia pun menoleh ke arah dimana suara kaki itu berasal.

Keysha tampak gugup dengan kehadiran sosok Faiz yang kini sudah berdiri tegap di depannya.

Faiz pun tampak kaget dengan kehadiran sosok Keysha yang kini ada di hadapannya. Keysha pun berfikir untuk sekedar basa-basi. Tetapi jujur, untuk saat ini dirinya benar-benar tidak bisa berbicara dengan Faiz. Entah mengapa, hatinya masih terasa sakit saja jika melihat sosok Faiz. Terlebih mengingat isi surat itu.

Tanpa ada satu patah katapun, Keysha akhirnya memutuskan berjalan pergi dari hadapan Faiz yang sedari tadi menatap dirinya. Dan herannya, Faiz pun tidak ambil pusing soal kepergian Keysha yang tiba-tiba seperti itu.

Tatapannya malah langsung tertuju pada satu wanita yang kini menyembunyikan banyak teka-teki dari dirinya.

Keysha terus melangkah tertunduk menahan air matanya. Sampai akhirnya terhenti setelah menutup sebuah pintu tangga darurat di rumah sakit itu, Derai air mata yang sedari tadi ia tahan kini tumpah begitu saja membasahi wajahnya. Tubuhnya kini meluruh lemah ke lantai tangga darurat itu.

Beruntung, semua kebisingan di luar sana membuat tangis dirinya tidak kentara untuk di dengar.

Karena sungguh!!! Rasanya begitu menyakitkan untuk di tahan. Aku tidak tau harus bagaimana lagi menghadapinya kalau tidak dengan cara terisak dalam seperti ini. Karena hanya ini jalan satu-satunya untuk saat ini yang bisa aku pilih untuk bertahan. -Keysha

•-•

Rintik hujan terus turun sedari tadi pagi. Dan waktu kini sudah menunjuk pukul sembilan malam. Banyak kerabat yang datang menjenguk, dan keluarga yang menunggu Harumi juga kini cukup banyak.

"Nduk, apa gak sebaiknya kamu pulang saja? Kamu itu kan pastinya masih capek karena acara kemarin. Terlebih mata kamu terlihat sembab begitu" Ujar Ira kepada Keysha. Faiz yang mendengar perkataan Ira hanya bisa tertunduk diam.

Keysha pun menggeleng dan tersenyum. "Aku gak mau pulang bu, aku mau tunggu Mba Harumi disini aja. Lagian, istirahat ku semalam juga sudah cukup kok bu."

"Tapi, wajah kamu sudah pucat mata kamu juga sembab. Ibu takut kamu juga jadi kenapa-kenapa. Biar ibu bilang nak Faiz untuk antar kamu ya!!"

The Second WifeWhere stories live. Discover now