•18°

4K 215 30
                                    

Dengan gerakan pelan, Keysha mengerjapkan kedua matanya. Menyesuaikan cahaya yang menerobos kedalam retinanya. Merasa berada di ruangan yang asing, ia pun menoleh ke arah samping kanan. Nampak Faiz terpejam damai sambil melipat kedua tangan di kursi samping bangsalnya.

Posisinya yang lumayan dekat, membuat Keysha memandangi Faiz cukup lama. Ia memperhatikan betul tiap inci wajah Faiz sambil beberapa kali ia berpikir apakah dirinya berhak menikmati pemandangan indah di depannya ini? Apakah ia terlihat sangat egois jika meminta waktu seperti ini lebih sering?

Ketika sedang asyik-asyiknya Keysha memandangi wajah Faiz, dengan tiba-tiba sang empunya membuka mata dan mendapati ada seseorang yang sedang menatap penuh harap ke arahnya.

Seakan waktu berhenti, mereka saling menatap cukup lama. Sampai akhirnya Keysha memutusnya lebih dulu dengan terpejam. Faiz yang melihat itupun tanpa sadar mengulas senyum kecil namun tak lama.

"Kamu tadi tidak sadarkan diri di kamar mandi. Jadinya dibawa ke UGD. Dokter bilang, itu karena kamu kekurangan cairan. Asam lambung kamu juga tinggi. Katanya karena belum makan" pelan-pelan Keysha membuka matanya. Faiz pun beranjak dari posisinya yang tadi duduk kini menjadi berdiri di dekat bangsal Keysha dengan memasukin kedua tangganya disaku celana. 

"Maaf jadi merepotkan mas" Ujar Keysha sambil berusahaa mengganti posisinya menjadi duduk. Namun ditahan oleh Faiz.

"Rebahan saja dulu, dokter bilang kamu butuh istirahat"

"Aku sudah baik-baik saja kok mas," Keysha mengulas senyum kikuknya.

"Kalau gitu sebentar aku naikan dulu sandaran kepalanya"

Keysha tertegun melihat sikap Faiz yang terasa hangat. Perlakuannya barusan membuat jantung Keysha sedikit berdegup.

"Terima kasih mas, maaf merepotkan sekali lagi"

"Gak masalah kok." Balas Faiz sambil mengulas senyum. "Mmmhh-- kamu beneran udah gapapa Key?"

Keysha yang mendapat pertanyaan itupun mengangguk "Iya mas, sudah beneran gapapa kok"

Faiz pun mengangguk. Namun sikapnya menjadi gelisah dan Keysha pun menyadari hal itu. "Ada apa memangnya mas?"

Faiz terdiam. Namun tak lama ia kembali berbicara "Mmmhh---gapapa sih, Alhamdulillah kalau memang kamu suda baik-baik saja. Cuma apa aku udah boleh pamit duluan ke kamar Harumi?" tanya Faiz hati-hati.

Keysha pun terkekeh kecil, "Boleh kok mas, lagian aku udah baik-baik aja kok. Kayanya cuma tinggal nunggu infusnya habis aja, jadi gapapa kalau mas Faiz mau duluan ke kamar mba Harumi."

Faiz pun tersenyum "kalau begitu aku duluan ya, nanti kalau ada apa-apa kabari aja ya Key"

Keysha pun mengangguk pasti sambil tersenyum. Walau agak kecewa, tapi lagi-lagi dia harus tau dimana posisinya.

Selepas peninggalan Faiz, Keysha memejamkan matanya dalam-dalam. Ia pikir istirahat disini mungkin lebih baik.

Setelah menunggu sekitar empat hari, akhirnya hari ini Harumi memasuki kamar operasi. Dibantu dengan Keysha mengganti baju untuk operasi, Harumi merasa terharu.

"Makasih banyak karena sudah selalu disampingku ya Key." ujar Harumi sambil menahan tangis di pelupuk matanya.

"Mbakk, gausah berterima kasih. Aku ada disamping mba itu ya memang sudah seharusnya" Kekeh Keysha menjelaskan.

Air mata Harumi akhirnya mencelos juga mendengar balasan dari Keysha. "Kamu memang orang baik Key, aku mohon banget kalau setelah ini aku tidak bisa sadar lagi. Tolong jaga ibu dan mas Faiz ya Key. Aku percaya kamu bisa merawat mereka dengan baik"

Keysha yang melihat Harumi menangis pun ikut terharu dan memeluk Harumi. "Mbak jangan nangis, mbak juga orang baik. Aku percaya mbak bisa lalui ini semua kokkkk. Setelah semua ini selesai kita bisa saling jaga satu sama lain lagi. Mba gabole patah semangat yaaaa!!"

"Terima kasih, sungguh terima kasih banyak ku ucapkan padamu Key. Aku gatau bagaimana caranya balas kebaikan kamu yang begitu luar biasa. Aku sungguh berhutang banyak sama kamu Key" Tangisan Harumi pecah, Keysha yang sudah menahan untuk tidak tersedu pun nyatanya tidak bisa.

Ada perasaan takut yang Keysha rasakan disini. Keysha benar-benar belum siap kalau harus kehilangan Harumi..

Faiz yang mendengarkan percakapan di ambang pintu pun tertunduk diam. Hatinya sakit mendengar percakapan mereka, jujur ia juga belum siap kalau harus kehilangan Harumi di hidupnya. Rasanya masih banyak hal hal yang ingin ia lalui bersama Harumi.

Seluruh keluarga kini berkumpul dan menunggu Harumi yang sedang di operasi di dalam ruangan sana. Namun sudah lewat dari batas waktu perkiraan, operasi Harumi belum juga usai.

Ira tak henti-hentinya menitihkan air mata sambil berdoa. Ia begitu cemas dengan kondisi anaknya di dalam sana. Keysha juga tampak tak beranjak dan terus menemani Ira.

Semuanya resah. Faiz juga tampak cemas sambil merapal doa-doa. Sang ibu sesekali juga tampak terlihat menguatkan putra sulungnya itu.

Akhirnya lampu pemberitahuan operasi, berkedip mati tanda operasi sudah selesai. Semua keluarga menunggu seseorang keluar dari lorong panjang tersebut.

Pintu akses tergeser. Keluarlah salah satu suster dari dalam sana "Permisi, wali pasien nyonya Harumi diminta menemui dokter sekarang juga."

Semua keluarga kini saling menatap. Ira pun mengangguk mempersilahkan menantunya untuk menemui sang anak di dalam.

Faiz pun mengangguk lalu mengikuti jejak suster tersebut.

Sesampainya disana Faiz bertemu dengan Laras. Tampak terlihat wajah Laras tidak menampakkan kebahagaiaan. Faiz sungguh belum siap mendengar kemungkinan paling terburuknya.

Laras mendekat ke arah Faiz. "Operasinya sudah selesai. Namun pasien kehilangan banyak darah pada saat operasi, ada beberapa organ tubuhnya yang merespon tidak baik sehingga pasien mengalami kritis. Kini pasien harus dirawat diruang intensif ini dan kami juga akan terus memantaunya lebih lanjut."

Faiz menghela nafasnya panjang. Air matanya kini meluruh begitu saja. Ia menatap harumi yang kini terbaring lemah dengan perasaan yang menyakitkan. Ia tak tahu harus bagaimana lagi, ia merasa marah pada dirinya. Jujur ia begitu takut kehilangan.

Selepas peninggalan Laras, Faiz meluruhkan badannya dan menangis sejadi-jadinya di kaca pembatas ruangan tersebut.

"Kenapa harus istriku ya Allah? Kenapa? Kenapa bukan aku saja?" Teriak Faiz di dalam Hati.

Jujur Faiz benar-benar tidak tega kalau Harumi yang harus merasakannya sendirian. Tangisnya pecah, tubuhnya meluruh ke lantai. Faiz terisak cukup dalam. Tampak dari kejauhan Keysha berlari mendekat lalu memeluk Faiz yang sedang menangis tersedu itu.

Faiz pun membalas pelukan Keysha. Tanpa ragu ragu, ia menumpahkan banyak air mata di pelukan Keysha. Begitu juga dengan Keysha, ia menangis sambil menenangkan suaminya itu.

"Mas Faiz yang sabar, kalau Mbak Harumi bisa melaluinya kita juga pasti bisa melaluinya kok Mas." ujar Keysha menenangkan.

Semua keluarga yang kini melihat kondisi Harumi pun ikut menangis. Harumi kini sedang tidak baik-baik saja. Dan semuanya takut kehilangan dirinya.

hallohaaa, aku update lagi. 😂 semoga puasa kalian lancar dan gabatal yaaaa 💛💛

The Second WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang