•15°

7.6K 340 26
                                    

Pagi ini hujan tak kembali datang. Entah alasannya apa ia tak datang, bahkan sekedar pamit pada langit untuk pergi saja tidak. Namun, meski hujan pergi begitu saja tanpa alasan. Sang bumi tak merasa sedih, karena senyum hangat dari mentari yang menemaninya kini, terasa begitu menenangkan.

Hal yang bumi rasakan, rupanyaa juga di rasakan oleh Keysha. Beberapa hari belakangan ini hidupnya memang terasa begitu rumit, banyak tenaga, emosi dan air mata yang sudah terkuras. Tapi, ia harap nasibnya hari ini bisa sama seperti bumi yang di temani hangatnya senyum mentari.

Suara gemercik minyak yang berusaha mematangkan ayam di wajan dan suara khas pisau yang beradu dengan talanan, juga menambah suasana hangat pada pagi hari ini.

Sudah lama, Keysha tidak berkutat di dapur. Entah mengapa, jika dirinya sudah bergelut di dapur hati dan pikirannya bisa dengan mudah terasa ringan.

Setelah beberapa jam ia bergelut, sebagian hidangan yang ia masak kini sudah ia kemas dengan rapih di dalam tempat makan untuk ia bawa ke rumah sakit. Sebagiannya yang lain ia siapkan di atas meja makan. Untuk dirinya dan Faiz sarapan.

Walau bagaiamana pun, sekejam-kejam nya Faiz. Sebenci-benci nya Faiz, bahkan semuak-muaknya Faiz terhadap Keysha. ia tidak bisa berlaku begitu juga. Mau mencoba acuh pun nyatanya sulit. Karena Keysha bukan tipe orang yang seperti itu. Dirinya tetap akan perduli walaupun tak di hargai.

Lain hal nya dengan Keysha yang sudah sibuk sedari tadi. Faiz malah berdiam diri di atas sana, menatap Keysha yang sibuk kesana kemari.

Dirinya terlalu heran dengan sikap Keysha yang menyiratkan bahwa dirinya seperti tidak merasakan apa-apa dari sikap kejam yang di tunjukan Faiz kemarin.

Ahhh, kenapa rasa bersalah itu timbul lagi -Pekik Faiz di dalam hati.

Mata Faiz terpejam sesaat, dengan tangannya yang menggenggam besi balkon dengan kuat.


Setelah berdiam di atas cukup lama, Faiz memutuskan untuk turun ke lantai bawah. Setibanya di dekat meja makan, hanya ada hening yang berpendar di antara keduanya.

Mereka melakukan aktivitas dan bergelut dengan pikirannya masing-masing, Faiz bingung mau menyapa dengan kata apa begitu pun yang di rasakan Keysha. Akhirnya Keysha  memberanikan diri untuk bersuara lebih dulu.

"Mmm-Maass, mau---"

Baru saja Keysha memberanikan diri untuk bertanya pada Faiz. Sosok itu malah terkejut dan memecahkan gelas yang hendak di taruhnya.

Dengan reflek Keysha mundur dan berteriak. Lalu mendekat dengan langkah terbata-bata "Maaf banget mas, maaf banget Kalau ucapan ku mengagetkan, mas"

Keysha pun bergegas mengambil tissue untuk mengeringkan air yang tumpah ke baju dan sepatu Faiz. Namun, ketika Keysha hendak membantu untuk membersihkan, Faiz menolaknya. "Saya bisa sendiri" begitu ujarnya.

Mendapat penolakan seperti itu membuat Keysha semakin merasa tidak enak, Keysha pun tetap memperhatikan. Namun tanpa di sadari, tangan yang sedang membersihkan itu terlihat keluar darah segar.

"Mas, anu.. Maaf, itu tangannya mas berdarah" mendapat pernyataan seperti itu, Faiz langsung melihat bagian tangannya yang terluka dan sudah meneteskan banyak darah. Tanpa basa-basi lagi, Keysah langsung menarik Faiz duduk dan mengambil kotak P3K.

The Second WifeWhere stories live. Discover now