•16°

7.3K 279 22
                                    


•-•

Melalui kaca besar yang memisahkan tempatnya dengan ruangan Harumi, Keysha tersenyum sendu ketika ia melihat yang di rindukan kini sudah tersadar.

"Keysha Kangen!" lirih Keysha ketika mata Harumi mengarah kepadanya.

Faiz bergeming melihat atmosfir bahagia mewarnai bayang Keysha. Ia juga terpaku melihat ketulusan cinta yang terpancar dari senyum Keysha untuk Harumi. Faiz tak mengerti apa yang ada didalam isi kepala Keysha, dan terbuat dari bahan apa hatinya bisa sampai setulus itu.

Setelah melalui tahap pemeriksaan, akhirnya Harumi diperbolehkan untuk pindah dari ruang intensif ke ruang inap pasien. Namun Harumi masih belum bisa berinteraksi banyak setelah bangun dari Komanya yang lumayan panjang.

Semua keluarga yang menunggu pun ikut mengantar kemana Harumi dipindahkan.

Malam sudah larut, sebagian keluarga yang menjenguk sudah mulai pulang. Ira dan Rima pun memutuskan untuk ikut pulang dan beristirahat. Karena sudah dua hari menemani Harumi di rumah sakit, kini giliran Keysha dan Faiz yang menjaga Harumi.

Selagi menunggu, antara Faiz dan Keysha tidak ada percakapan apapun. Lagi-lagi, hanya hening yang berpendar, ditemani suara alat yang terus berbunyi. Kecanggungan atas kejadian tadi pagi masih terjadi rupanya. Keysha yang merasa tidak nyaman pun akhirnya angkat bicara.

"Mas, Aku boleh permisi ke bawah dulu?"

Faiz hanya menoleh pelan, lalu mengangguk.

"Mas Faiz mau nitip apa?"

Keysha tampak ragu akan pertanyaan nya. Namun akhirnya Faiz kembali menoleh ke arah Keysha "Aku boleh nitip Kopi aja Key?"

Keysha tersenyum mengangguk. Entah mengapa hatinya mencelos begitu saja mendengar penuturan Faiz yang terasa 'sedikit hangat'.

Lama Faiz menunggu sendiri di kamar inap, ia pun akhirnya menghampiri Harumi. Di pandangnya wajah cantik istrinya itu, lalu ia usap sambil tersenyum. Jujur ia rindu dengan senyum Harumi yang hangat, namun bibir tipis yang biasa memberi Faiz sebuah senyuman kini sedang terhalangi oleh alat bantu nafas.

Tanpa disadari Faiz menitihkan air mata ketika mengingat semua memori yang ia lalui bersama Harumi. Ia tak menyangka bahwa wanita yang di dambanya sejak dulu kini terbaring lemah dengan alat yang terpasang di seluruh tubuhnya.

Faiz tak pernah berhenti berdoa, agar Allah cepat memberikan kesembuhan untuk istri tercintanya ini.

Setelah lama memandangi wajah Harumi, Faiz kembali duduk di sofa yang tadi ia duduki bersama Keysha. Ah, mengingat Keysha. Faiz merasa sudah lebih dari satu jam Keysha tidak kunjung kembali ke kamar ini.

Faiz pun spontan mengambil ponselnya untuk mengabari Keysha. Namun setelah Faiz buka daftar kontak di ponselnya, ia baru tersadar bahwa ia tidak pernah mempunyai kontak telponnya Keysha.

"Astaghfirullahaladzim" lirih Faiz sambil menutup wajahnya. Tanpa mau berlama-lama ia pun bangkit hendak menghampiri Keysha. Namun, ketika ia terbangun dari duduknya ia melihat ada sebuah dompet kecil berwarna abu-abu dan sebuah ponsel berwarna hitam berada di sudut sofa.

Faiz langsung mendengus pelan saat ia tahu siapa pemilik dompet dan ponsel tersebut. Pantas saja Keysha lama sekali berada di luar, ternyata dompet dan ponselnya tertinggal. Pasti ia kesusahan sekali di bawah, Faiz pun langsung bergegas turun dengan membawa ponsel dan dompet milik Keysha.

Setelah menyebutkan pesanannya, Keysha mulai kebingungan ketika ia menyadari bahwa ia tidak membawa dompet dan ponselnya. Ia pun merogoh kantong celananya namun hasilnya nihil, ia tidak membawa uang sepeser pun.

The Second WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang