Unsteady 1

126K 9.3K 426
                                    

Langkah kakinya begitu cepat, kedua matanya memperhatikan koridor yang sepi karena bel masuk sudah berbunyi hampir 45 menit yang lalu. Untuk kedua kalinya, Ares memperbaiki posisi tali tasnya yang terletak di pundaknya.

"Udahlah, Res, mending kita cabut ke kanting Mang Sukiman." Suara Rafi terdengar memaksa, pasalnya dari tadi, mulutnya sudah hampir robek untuk mengajak seorang Ares cabut. Mereka sudah sangat-sangat terlambat karena di hukum oleh guru BP untuk memberekan buku-buku di perpustakaan.

"Lo aja," katanya sambil berbelok lalu menaiki tangga.

"Eh, eh, atau enggak, kita gangguin anaknya Mang Sukiman yang cakep itu, aduh geulisnya dia Res." Rafi berkata antusias, laki-laki dengan rambut ikal kecoklatan itu menepuk kedua tangannya.

"Yaudah, godain gih sana." Ares memasukkan kedua tangannya ke dalam saku.

"Res, jangan masuk kelas dong! Res!" ucapnya panik ketika mereka akan sampai di kelas. "Ah, gak asik lu sialan!"

"Ajak Agung gih sana," kata Ares.

"Ye! si Agung udah masuk ke kelas Res, mana PR gue belum siap."

Rafi menghela napas, mereka sudah sampai di depan kelas dan Ares terlihat menghela napas. Lalu dua detik kemudian, Ares membuka pintu kelas membuat kegiatan belajar mengajar lenggang seketika.

"Ares?" Bu Sofi mengernyitkan keningnya, "Tumben kamu terlambat?" tanya perempuan berumur 35 tahunan itu.

"Bus yang saya tumpangi bannya bocor Bu," jawab Ares dengan tenang.

"Ya sudah, kamu boleh duduk." pintanya dengan lembut, kemudian matanya menangkap sosok Rafi yang hanya bisa cengengesan. Ares kemudian berjalan duduk, matanya menangkap seorang perempuan yang berdiri di depan kelas. Ia hanya memperhatikan sekilas dan kemudian duduk di bangkunya.

"Terlambat terus kamu Rafi,"

"Sekali doang Bu,"

"Sekali? Sekali kamu bilang?" Bu Sofi melotot.

"Hehehe,"

"Malah cengengesan. Duduk kamu!" Rafi langsung buru-buru duduk dan mengedipkan sebelah matanya ke arah perempuan yang berdiri di samping meja guru. "Halo cantik," godanya dengan senyum manis.

"Rafi!"

"Iya, Bu, maaf, habisnya dia cantik sih."

Bu Sofi mendengus, Rafi buru-buru duduk sebelum guru bahasa inggrisnya itu mengamuk. Matanya kembali mengarah ke murid yang ada di sampingnya itu. "Aira, kamu boleh duduk."

"Duduk dimana Bu? Udah penuh semua," balas perempuan dengan rambut dikucir kuda itu.

"Di samping Ares ada bangku kosong,"

Ares yang sedang membaca buku sontak mendongakkan kepalanya, menghela napas panjang ketika perempuan itu menyeringai ke arahnya. "Cobaan apa ini ya Tuhan." Desisnya pelan.

***

"Lo-" Ares menggenggam pulpennya seolah menyalurkan emosinya kepada perempuan yang sudah duduk selama 5 jam di sampingnya.

"Apa?" Sahutnya pura-pura membaca.

"Sekali lagi, ya, gue hajar lo." Ucapnya memperingati.

"Apanya yang sekali lagi?" Perempuan itu menutup bukunya, mengalihkan pandangannya pada manusia yang tidak ada ramahnya sama sekali.

Ares mendengus, perempuan itu pura-pura bodoh! Tidak ingin melawaninya lagi, laki-laki itu kembali menulis. Padahal, saat ini jam istirahat sedang berlangsung.

Unsteady Where stories live. Discover now