Unsteady 10

40.3K 4.9K 370
                                    

"Rotinya harganya goceng sama air mineralnya juga goceng tambah upah gue dari kelas ke kantin balik ke kelas juga goceng jadi totalnya lima puluh ribu." Ucap Rafi meletakkan roti dan air mineral persis di meja Aira.

Aira mendengus, "Udah cocok lo jadi lintah darat." Perempuan itu mengeluarkan selembar uang dua puluh ribu dan memberinya pada Rafi.

"Ini namanya bisnis."

"Bisnis pantat lo."

Sambil menyengir, Rafi merogoh sakunya dan memberikan uang sepuluh ribu pada Aira. Ngomong-ngomong masalah upahnya itu hanya bercanda.

Rafi kembali ke tempat duduknya dan Aira memakan roti miliknya. Bertepatan dengan itu Agung datang dari arah pintu berlari dengan heboh ke arah Aira.

"Eh, Ra. Gue punya berita mengejutkan yang buat dunia gonjang-ganjing anjing!" katanya begitu heboh lalu menenggak air mineral perempuan itu.

Alis Aira berkerut, wajahnya terlihat penasaran. "Ada murid baru ganteng? Atau ada bagi-bagi uang? Kenapa sih?!"

"Nah ini dia," kata Agung setelah selesai minum, laki-laki itu mengacak rambutnya yang basah. "Nama-nama yang lolos seleksi udah keluar!!"

Mata Aira melotot, "Serius?!"

Agung mengangguk beberapa kali, "Lo liat deh sana,"

Aira langsung berdiri, meninggalkan rotinya yang baru sekali ia gigit. Agung memperhatikannya dari belakang lalu menatap Rafi yang tengah memakan somaynya.

"Emang dia lulus seleksi?" tanya Rafi yang mengerti tatapan Agung.

Laki-laki itu menyengir, "Kagak. Ngapain gue kasih tau ya, bego juga ya guenya."

"Bego lo udah kadar tinggi," Rafi menusuk somaynya dan memasukkannya ke dalam mulutnya.

Agung mengangkat bahunya, melihat ke arah pintu, tangan kanannya mengambil roti yang masih dalam bungkus, bibirnya melengkung membentuk senyum.

"Alhamdulillah, gratis."

***

Sambil mengusap wajahnya yang basah, Ares menatap pantulan dirinya di cermin. Laki-laki itu menghela napas panjang dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Kakinya melangkah keluar toilet.

Tepat diambang pintu ketika ia berpapasan dengan laki-laki yang tingginya sama dengannya, Ares terdiam. Tiba-tiba semua terasa lambat, Ares menoleh ke belakang. Tidak salah.

Berusaha untuk tidak peduli, Ares kembali berjalan di koridor. Berjalan di antara lalu lalang murid berseragam abu-abu yang penuh dengan wajah-wajah ceria. Sebagian lagi tersenyum tulus sedangakan yang lain tersenyum menutupi dirinya.

Dan Ares bukanlah tipe keduanya.

Matanya menangkap perempuan yang tengah berlari ke arah tangga, itu Aira, manusia dengan sikap tidak konsisten, terkadang baik, jahil, atau judes. Benar-benar labil.

Karena rasa penasarannya, Ares mengikutinya dengan langkah cepat. Aira terlihat buru-buru, membuat rasa penasaran Ares semakin tinggi. Dan gadis itu berhenti, persis di depan mading. Ares berjalan mendekat, berdiri di samping gadis.

"Liat apa lo?" tanya Ares sedikit iseng walau ia sudah tahu Aira melihat apa.

Perempuan itu menoleh. "Bokep." Jawabnya ketus sambil melihat mading.

Ares menatap selembar kerta yang di tempel di mading. Laki-laki itu menghela napas, "Nama lo gak ada ya."

Perempuan itu kembali menoleh denga gerakan lesu, lalu berjonkok di lantai dengan kedua lutut di peluk.

Unsteady Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang