Unsteady 28

37.3K 5K 878
                                    

"Jadi dua hari lagi balik ke Singapur?" Aira cemberut, mengapit handphonenya diantara telinga dan pundaknya. Tangannya sibuk mencari-cari earphone di dalam tasnya.

"Hm, kan emang datang ke sini untuk ulang tahun lo. Gue juga udah janji kan datang? Lagian kan gak mungkin sekolah gue ditinggal lama-lama."

Aira mengangguk mengerti, walau merasa tidak terima. Perempuan itu menghela napas, meletakkan tasnya di atas meja.

"Nanti gue jemput ya pulang sekolah?"

Sebuah botol minum terletak di sudut meja Aira, membuat perempuan itu mendongakkan kepalanya dan menemukan Rafi tengah menguap. "Pesanan lo Mbak, harganya 5.000, jangan lupa di bayar," katanya sambil menutup mulutnya yang terbuka lebar-lebar.

"Iya, takut banget gue ngutang." Kata Aira dengan galak, perempuan itu mengeluarkan selembar uang lima ribuan dari sakunya dan menyerahkannya pada Rafi.

"Kok goceng?" tanya Rafi tidak senang. "Upahnya mana?!"

"Gue bilang Ares, mau?! Biar dikasih cap biru di bibir lo?!" Aira melotot membuat Rafi mendengus.

"Pelit."

"Bodo."

Aira mendengus, mengambil botol minuman itu. "Raf? Lo nanya apa tadi?" ia berusaha membuka tutup botol itu sambil menggeram kesal. Gerakannya terhenti ketika melihat Agung dan Ares memasuki kelas. Seragam olahraga kedua laki-laki itu nampak basah dan wajahnya berkeringat. Aira memperhatikannya sampai Ares duduk di meja.

"Nanti pulang sekolah gue jemput ya?"

"Oh, boleh. Nanti gue kasih tau kalau udah pulang biar gak nunggu lama." Jawab Aira sambil menyerahkan botol minuman itu pada Ares.

Ares menerimanya dengan sebelah alis terangkat, kemudian tangan kanannya memutar tutup botol itu

"Oke, nanti kalau udah pulang, gue telepon. Oke?"

"Oke."

Setelah menutup panggilan, Aira meletakkan benda pipih itu ke dalam laci. Ia menoleh ke samping dan terpekik melihat Ares yang tengah mendongakkan kepalanya sambil meminum minuman itu.

"ARES!!! MINUMAN HARGA GOCENG GUE NGAPA LO MINUM?!"

Mendengar pekikan itu, Ares kaget hingga minuman itu tumpah ke lehernya. "Eh anjir, kalau gue mati keselek gimana?"

"Itu minuman gue!" kata gadis itu sambil melotot.

Ares menunjukk minuman itu. "Punya lo? Ngapain dikasih ke gue?"

Agung menguap sambil memicingkan matanya, laki-laki itu berjalan ke arah mejanya dan kepalanya bersandar pada bahu Rafi. "Elah, bocah berantem lagi."

"Bukan untuk lo, maksudnya tadi minta tolong buka tutup botolnya." Jelas Aira dengan sabar walau sedari tadi ia menahan kesal karena haus.

"Oh minta bukain tutup botolnya?" tanya Ares sambil menatap botol minum yang ada pada genggamannya.

"Iya,"

"Yaudah ini," Ares menyodorkan botol minum itu dengan wajah datarnya. "Udah dibukain."

"Yaelah! Kan udah lo minum."

"Ini tuh minuman bekas Ares, si Dewa Perang, kalau diminum bawa keberuntungan!" Kata Ares dengan datar namun terlihat sungguh-sungguh.

Perempuan itu mendengus, "Rafiiiiii," panggil Aira dengan manja sambil menoleh.

"Rafi mau bobo ah sambil bayangin malam pertama." Rafi menyahut sambil menenggelamkan kepalanya.

Ares menuruni meja dan duduk di samping Aira, matanya melirik handphone gadis itu yang ada di dalam laci. Ia mengambilnya dan Aira langsung menatapnya.

Unsteady Место, где живут истории. Откройте их для себя