5

34.2K 2K 19
                                    


Pagi menjelang dan Vella segera bangkit dari ranjang, ia beranjak kekamar mandi untuk membersihkan diri. Detik selanjutnya ia telah rapi dan bersiap menuju dapur, mempersiapkan sarapan sederhana untuk dirinya.

Setelah mengunci pintu Vella membuka garasi mengeluarkan motor maticnya dari sana dan memanaskan mesinnya. Untuk melengkapi jaket jeans yang melekat ditubuhnya, Vella memakai sarung tangan, berikutnya masker berwarna merah menutupi hidung dan mulutnya, Vella meraih helm putih dan memasang dikepalanya. Setelah memastikan tali helm terpasang dengan baik Vella menaiki motornya, membaca doa pendek dan mulai melajukan motornya keluar dari pagar rumah.

Bersama dengan terbitnya matahari Vela melajukan motornya, hari ini ia berniat menemui editornya membicarakan novel terbaru Vella yang hendak naik cetak. Ada beberapa bagian naskah novel itu yang perlu direvisi, menurut sang editor ada beberapa kata yang tidak sesuai penempatannya.

Laju motor Vella terhenti saat matanya sekilas melihat ada sosok dengan pakaian hitam tertelungkup dipinggir jalan. Vella turun dari motornya dan membuka maskernya, perlahan ia melangkah mendekati sosok tersebut, Vella bergidig, jangan-jangan mayat.

Ia berniat berbalik dan kembali ke motornya, tapi ia mengurungkan niatnya dan terpaku ditempat. Bagaimana kalau orang itu masih hidup dan memerlukan bantuannya?

Vella kembali mendekat dan berjongkok disebelah sosok itu, dengan hati-hati dan diliputi keraguan ia membalikkan sosok itu dan matanya terbelalak.

"Pak Dave?"

Meski penampilan pria itu mengenaskan dan wajahnya dipenuhi darah yang telah mengering Vella masih bisa mengenali pria yang terbaring didepannya adalah Dave, mantan bosnya.

Apa yang terjadi dengan Pak Dave? Kenapa ia bisa berada ditempat ini? Apa ia mengalami kecelakaan?

Vella melayangkan pandangannya mencari keberadaan mobil Dave atau sopirnya, tapi nihil tak ada siapapun disana selain dirinya. Vella memiringkan kepalanya mendekatkan telinga kedada Dave, masih hidup.

" Aduh gimana ini? Bagaimana aku membawanya kerumah sakit?" Tak mungkin kan ia membawa Dave dengan motornya?

Vella berlari ketengah jalan raya, ia menengok kekiri dan kekanan mencari bantuan.Ia melambaikan tangan menghentikan laju mobil pick-up.

"Ada apa Nak?" seorang bapak paruh baya melongokkan kepalanya.

"Pak, bisa tolong saya? Teman saya terluka dan saya mau membawanya kerumah sakit." Vella menunjuk Dave yang terbaring direrumputan.

Bapak itu menoleh kearah yang ditunjuk Vella, kemudian ia turun dari mobilnya, "Baiklah, ayo bantu saya mengangkatnya."

"terimakasih Pak," Vella berlari mendapati Dave dan dibantu bapak pemilik Pick-up ia mengangkat Dave ke bak belakang. Vella ngos-ngosan, Dave sangat berat, jangan-jangan kebanyakan dosa.

"Motormu bagaimana nak?" tanya bapak itu lagi sambil menunjuk motor Vella.

Vella kebingungan, ia menggaruk tengkuknya, bukankah keselamatan Dave lebih utama dari motornya?

"Ya sudah, kamu naiki motormu dan iringi bapak dari belakang, kita kerumah sakit terdekat saja ya?" putus bapak itu lagi, Vella mengangguk dan membuka jaketnya dan meletakkannya dibawah kepala Dave sebagai bantal. Ia juga membuka jas mewah Dave dan menumpuknya diatas jaketnya, supaya posisi kepala Dave menjadi lebih tinggi.

Vella mengiring mobil yang membawa Dave dari belakang, sesampai dirumah sakit Dave segera ditangani tim dokter diruang IGD.

"bagaimana keadaannya Dok?" Tanya Vella pada dokter yang baru keluar dari IGD.

"Sepertinya ia mengalami trauma kepala yang sangat hebat, berkemungkinan terbentur sesuatu dan beberapa luka kecil dikepala dan memar ditubuhnya.Tulang lehernya dan lengannya retak dan akan pulih setelah dirawat beberapa hari. Satu lagi, ia saat ini mengalami koma dan ada kemungkinan ingatannya sedikit terganggu nantinya." Dokter itu berlalu meninggalkan Vella yang termangu.

Vella memasuki ruang IGD tempat Dave dirawat, dengan langkah pelan ia menghampiri ranjang rawat dan menatap pria yang terbaring diatasnya. Pria angkuh dan dingin itu terbaring tak berdaya, rambutnya dipangkas habis oleh tim dokter untuk memudahkan mengobati luka dikepalanya. Dilehernya terpasang penyanggah leher berwarna putih, lengan kirinya juga digips. Beberapa kabel dan selang yang tak diketahui oleh Vella namanya terhubung dari tubuh Dave keperalatan medis disebelahnya. Bunyi bip bip dan layar EKG yang menunjukkan garis naik turun memberikan tanda pria itu masih bernyawa. Mulut dan hidungnya juga dipasangi masker oksigen yang tersambung ketabung besar setinggi orang dewasa disudut ruang rawat.

"Maaf Mbak, saya perlu meminta data-data mengenai pasien," seorang perawat masuk dan berdiri didepan Vella, ditangannya ia membawa papan tipis untuk mencatat data pasien, "siapa nama pasien?"

Vella menautkan alis, bibirnya bergerak hendak menyebut nama Dave tapi akal sehatnya mencegahnya. Jika ia menyebut nama lengkap Dave rumah sakit ini bisa gempar, siapa yang tak kenal Dave? Pengusaha muda, tampan dan kaya raya yang menjadi incaran kaum hawa. Bisa-bisa ruang rawat Dave dibanjiri kaum hawa yang berebutan ingin menjenguknya, dan itu akan mengganggu upaya kesembuhan Dave. Itu sungguh tak baik untuk kesehatan Dave.

"Mbak?"

Vella mendongak dan mendapati perawat itu menatapnya bingung. Otaknya berputar mencari cara menyembunyikan identitas Dave yang sesungguhnya. Saat ini tak ada seorangpun yang mengenali lelaki itu kecuali Vella, selain karena kepalanya yang plontos juga wajahnya dipenuhi lebam membiru. Vella menatap jas Armani Dave yang tersampir ditangannya mencari ide nama samaran yang pantas untuk Dave.

"Arman, namanya Arman."

"Usianya?"

Vella berpikir sejenak, menghitung, "27 tahun."

Perawat itu menulis sesuatu dipapan putih yang dipegangnya dan menempelkannya di kaki ranjang yang ditiduri Dave eh Arman. Papan itu berisi data mengenai Arman dan dokter yang menanganinya.

"Baiklah mbak, ini barang-barang milik tuan Arman," perawat itu menyerahkan kantong kertas berisi dompet milik Dave dan pakaian penuh darah yang tadi dipakainya, "silahkan membayar uang muka pengobatan dibagian administrasi." Lanjut perawat itu sebelum meninggalkan ruang rawat Dave.

Vella mengekori perawat itu keluar dari ruangan untuk melakukan apa yang dikatakan perawat tadi.

***

GIVE ME YOUR HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang