15

31.4K 2.2K 9
                                    

Coment please!!!

Taksi yang ditumpangi Dave berhenti tak jauh dari kantornya, setelah membayar argo ia turun dari taksi dan berjalan mendekati pagar kantor, berdiri dibalik pagar tinggi itu menatap rumah keduanya yang beberapa bulan ini ditinggalkannya. Bangunan tinggi itu berdiri kokoh ditempatnya seperti ketika sebelum ditinggalkannya, semoga apa yang ada didalamnya juga tak berubah.

Sebuah mobil mewah memasuki halaman kantor dan berhenti tepat didepan pintu masuk. Dave tersentak, ia mengenali mobil itu milik Claudia tunangannya. Pria itu tersenyum bahagia, ia senang bisa melihat orang yang sangat dicintainya. Hatinya berbunga-bunga dan membayangkan betapa terkejutnya Claudia mengetahui dirinya masih hidup dan saat ini kembali untuknya.

Mata Dave melebar, rasa rindunya meluap-luap begitu melihat Claudia keluar dari mobil mewah itu. Ia ingin berlari mendapati tunangannya, memeluknya erat dan menumpahkan kerinduan yang membuncah didadanya. Tapi langkahnya terhenti, seorang pria muda keluar dari pintu kemudi dan melemparkan kunci pada petugas valet. Dave terkejut, ia sangat mengenal pria itu, dia adalah Diki saingannya didunia bisnis. Diki sering berusaha menjatuhkan Dave meski lewat jalan curang dan untungnya selama ini usaha pria itu tak pernah berhasil.

Apa yang dilakukannya dikantor Dave ? Kenapa ia bisa semobil dengan Claudia? Pertanyaan Dave terjawab sudah, pria itu memeluk Claudia mesra dan mereka berciuman. Dave shock dadanya terasa sakit, ternyata Claudia punya hubungan dengan Diki. Vella benar, Claudia diragukan kesetiaannya.

Dave melangkah mundur, ia menyampirkan tudung hodie milik Vella yang saat ini melekat ditubuhnya kekepalanya menyembunyikan wajahnya.Untung belum ada orang kantor yang mengetahui keberadaannya, ia mengikuti perkataan vella menyamarkan diri untuk sementara waktu. Sekarang ia menunggu Toni, semoga perkataan Vella kali juga benar, Toni masih bisa dipercaya.

Jam kantor sudah selesai, para karyawan mulai keluar satu persatu dari loby kantor dan menuju kendaraan masing-masing. Dari balik tudung hodienya Dave meneliti wajah mereka satu persatu mencari keberadaan Toni. Ia mengawasi para pria berpakaian perlente memakai jas dan dasi mencari keberadaan asisten kepercayaannya. Tapi nihil, ia tak melihat Toni dimanapun, apa Toni masih bekerja disini?

Dave menyerah dan hendak beranjak meninggalkan tempat itu, tapi ia mengurungkan niatnya ketika ekor matanya menangkap sosok yang begitu dikenalnya keluar dari loby. Dave mengernyit tak percaya dengan penglihatannya, Toni tak memakai jas seperti biasanya tapi seragam OB. Apa yang terjadi?

Toni keluar dari gerbang dengan sepeda motor bukan dengan mobil seperti biasa, semuanya berubah begitu cepat dan drastis. Dave berlari dan menghadang motor Toni yang hendak masuk kejalan raya bergabung dengan kendaraan lain.

Toni terkejut dan menoleh dengan cepat, dan ia lebih terkejut lagi melihat siapa yang menghadang motornya, "Pak Dave??? An...Anda disini???"

Dave tersenyum ramah, "iya Toni, ingatanku sudah pulih, ada apa denganmu? Kenapa kau memakai seragam OB?" Dave mengernyit.

Toni melihat sekeliling memerhatikan situasi, untung orang-orang kantor tak ada yang memperhatikan mereka, "Disini tidak aman, sebaiknya kita pergi dari sini sebelum ada yang melihat bapak."

Dave merapatkan tudung dikepalanya dan duduk diboncengan Toni.Keduanya meluncur dijalan raya dengan Toni yang meliuk-liukkan motornya menyelip disela-sela kemacetan. Tak lama mereka sampai disebuah rumah yang tak terlalu besar tapi sangat nyaman dikomplek perumahan.

"Katakan padaku Toni apa yang terjadi diperusahaan? Tadi aku melihat Claudia bersama Diki dan kau memakai seragam OB, ada apa ini?" tanya Dave beruntun begitu mereka duduk diruang tengah rumah Toni. Disini Toni tinggal sendirian sedangkan kedua orang tuanya berada dikampung.

"Banyak yang terjadi selama tiga bulan ini pak, semenjak kau dinyatakan meninggal semua asetmu beralih menjadi atas nama nona Claudia. Ia memiliki surat penyerahan kepemilikan yang kau tanda tangani, saya heran kapan bapak membuat surat itu."

Dave terkejut, "Tapi aku tak pernah menandatangani surat semacam itu, dari mana Claudia mendapatkannya? Apa ia telah menipuku?" Dave bangkit dan berjalan mondar-mandir, ia terlihat gusar.

"Berarti ini semua akal-akalan nona Claudia dan Diki, semenjak bapak menjalin hubungan dengannya saya sudah curiga nona Claudia punya niat terselubung pada bapak, tapi saya tak berani mengatakannya karena takut bapak akan marah. Begitu kerangka yang disangka sebagai jasad bapak dimakamkan dia langsung mengambil semua aset milik bapak, begitu juga rumah yang ditinggali orang tua Pak Dave, ia mengusir mereka dari sana. Karena kesedihan yang mendalam orang tua pak Dave pergi keluar negeri dan tak berniat merebut kembali aset bapak."

"Semula saya berniat mengundurkan diri dari perusahaan, tapi begitu mengetahui bapak masih hidup saya bertahan disana meski nona Claudia menurunkan jabatan saya menjadi OB. Saya rela menjalaninya sambil memata-matai mereka dan menunggu bapak pulih."

"Kurang ajar! Brengsek! Dasar wanita iblis!" maki Dave, mukanya merah padam menahan amarah. Ia tak menyangka wanita yang mati-matian dicintainya tega mengkhianatinya dan saat ini bersenang-senang menikmati fasilitas miliknya.

"Dan saya curiga kecelakaan yang menimpa Bapak disengaja, saya yakin nona Claudia dan Diki terlibat."

Dave mengangguk, "Kau benar, truk itu seperti sengaja menabrak kami, Robin kehilangan kendali dan menabrak pohon, akhirnya mobil kami jatuh kejurang dan terbakar, untung aku bisa menyelamatkan diri tapi sayang aku tak bisa menolong mereka." Dave meraup wajahnya frustasi, ia menyesal tak bisa menyelamatkan sopirnya.

"Tapi pak siapa jasad yang satu lagi? Yang kami kira itu dirimu?"

Dave mengangkat bahu, "aku juga tidak tahu, tiba-tiba saja ada yang menyeberang dan Robin tak sengaja menabraknya. Ia pingsan dan kami berinisiatif membawanya kerumah sakit, sialnya ia ikut jadi korban bersama Robin."

Keduanya terdiam, larut dalam pikiran masing-masing.

"Apa langkah kita selanjutnya pak, tidak mungkin bapak muncul begitu saja dikantor, bisa-bisa kedua orang itu menyusun rencana baru untuk melenyapkan bapak." Toni memecah keheningan yang mendominasi ruang tengah itu.

Tak ada jawaban, tampaknya Dave sedang berpikir keras, ia duduk bertopang dagu dengan alis bertaut, "Begini saja, apa kau bisa memasukkan aku keperusahaan? Sebagai apa saja yang penting aku bisa masuk kesana."

"Maksud bapak? Kalau bapak muncul disana mereka bisa langsung mengenali bapak"

"Begini Toni, aku akan merebut kembali perusahaanku dari tangan kedua manusia licik itu, mencari bukti kejahatan mereka dan memasukkan mereka kepenjara. Aku akan menyamar dan memakai nama lain dan melamar kerja disana."

Toni mengangguk kecil, "ide bagus, tapi bapak akan melamar sebagai apa?"

"Apa ada posisi yang kosong?"

"Ada, tapi sebagai OB."

Dave manggut-manggut, "Tidak apa-apa, sekarang aku akan memakai nama yang diberikan Vella, Arman." Senyum Dave mantap.

Toni ikut tersenyum, "Ngomong-ngomong soal Vella, apa ia mengurus bapak dengan baik?"

Senyum dibibir Dave kian lebar, hatinya berdesir mendengar nama Vella, "Ia mengurusku dengan sangat baik Toni, sangat baik," Dave menerawang membayangkan Vella, ia ikut tersenyum melihat bayangan Vella dilangit-langit ruangan tersenyum kearahnya.

***


GIVE ME YOUR HEARTWhere stories live. Discover now