9

32K 1.9K 13
                                    


Sorry!! Typo bertebaran, happy reading jangan lupa voment ya??

"Arman apa yang kau lakukan!!!????"

Vella bergegas meletakkan cangkir kopi diatas nakas dan menyambut tubuh Dave yang sempoyongan, Tubuh Dave terlalu berat dan Vella tak kuat menahannya, gadis itu limbung dan jatuh telentang kelantai dengan Dave diatasnya. Siku Dave menumpu dilantai menahan berat badannya agar tak menimpa Vella.

Keduanya berpandangan dengan jarak yang sangat dekat, bahkan ujung hidung keduanya nyaris bersentuhan. Dave menatap lekat manik gadis dibawahnya, jantungnya berpacu dengan cepat dan nafasnya memburu.Dilihat dari jarak sedekat ini ternyata Vella sangat cantik. Bola mata Dave bergerak menelusuri wajah tirus Vella, alisnya rapi dan terbentuk sempurna, bola matanya hitam menatap lurus manik Dave. Mata Dave terus berselancar merayapi hidung Vella dan berhenti dibibir tipisnya.

Vella lemas, jantungnya berdegup tak kalah kencangnya, bahkan Dave bisa merasakan getar jantung Vella yang memompa kian cepat. Gadis itu mengalihkan pandangannya tapi Dave menahannya, perlahan pria itu memutus jarak diantara mereka dan berusaha menyentuhkan bibirnya kebibir Vella.Vella memejamkan matanya tak sanggup melihat wajah Dave yang kian dekat, desah nafas pria itu terasa hangat . Wajah Vella memanas dan ia yakin saat ini ia sudah seperti tomat busuk.

"Ar...Arman, bisa kau beranjak? Kau berat." Vella nyaris terhanyut dengan aksi Dave namun akal sehat masih menguasainya. Ia sadar pria yang tengah menindihnya adalah Dave, bukan Arman, dan ia tahu seperti apa sifat pria ini. Disaat sadar, pria ini sangat mencintai Claudia dan sanggup melakukan apa saja untuk wanita itu. Itulah sebabnya Vella tak mau hanyut terlalu dalam dengan pesona Dave.

Jujur, ia terpesona dengan Dave dan sikap manisnya selama menjadi Arman. Ketampanan Dave sanggup melelehkan setiap wanita yang melihatnya termasuk Vella. Hanya wanita bodoh yang tak tertarik pada Dave.

"Arman!!" Vella mengguncang lengan Dave pelan, menyadarkan pria itu yang masih menatapnya.

"Eh ya maaf," Dave tersadar dan berusaha bangkit dari tubuh Vella, Vella yang telah terbebas berdiri dan membantu Dave duduk diranjang. Keduanya terduduk diam dan canggung dengan kejadian barusan, "Maaf, tadi aku tak bermaksud.."Pria itu mengusap tengkuknya kikuk.

"Tak apa-apa," Vella tak sanggup menatap Dave, ia melirik sekilas dan menunduk menekuri lantai, "kau belum jawab pertanyaanku, apa yang kau lakukan tadi."

"Oh, aku melatih kakiku dengan berjalan berpegangan didinding, tapi kakiku belum cukup kuat untuk berjalan."

"Bersabarlah, kau pasti bisa berjalan normal kembali, begitu juga dengan ingatanmu pasti akan pulih kembali secara perlahan. Tapi kau tak boleh memaksakan diri, bisa berakibat fatal nantinya."

Dave mengangguk, "ya kau benar Vella, kepalaku terasa sakit jika aku memaksakan mengingat masa laluku," Dave mengusap wajahnya, ia terlihat frustasi dengan kondisinya.Setiap kali berusaha keras mengingat sedikit memorinya kepalanya langsung berdenyut. Dave ingin mengingat siapa dirinya, siapa keluarganya dan bagaimana masa lalunya. Ia tak ingin menjadi orang asing yang merepotkan Vella, orang yang baru dikenalnya.

"Apa kau mengetahui kabar keluargaku?"

Vella menatap Dave sekilas sebelum kembali menekuri lantai dibawah kakinya, "Tidak banyak, yang aku tahu keluargamu ada diluar negeri tapi aku tak bisa mendapatkan kontak mereka, maafkan aku Arman."

Dave tersenyum ramah dan menepuk pundak Vella pelan, "Tak apa Vella, terima kasih banyak telah membantuku."

Vella mengangguk, ia bangkit dan membantu Dave duduk dikursi roda lalu mendorongnya keruang makan, "Kita sarapan dulu, aku mau keluar sebentar dan setelah pulang nanti aku akan membantumu melatih kakimu."

GIVE ME YOUR HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang