17

30.6K 2K 10
                                    


Makin hari Dave kian dipercaya oleh Claudia dan Diki, apalagi Dave bisa menyelesaikan semua permasalahan mereka dengan mudah. Ide-ide Dave banyak mendatangkan keuntungan buat perusahaan dan semua kerja sama yang diajukannya hampir tak ada yang ditolak klien. Perlahan namun pasti para klien yang dulu hengkang kini kembali dan melakukan kontrak kerja sama lagi.

"Bagaimana pak apa sudah bisa dieksekusi?" tanya Toni saat mereka menikmati sarapan nasi goreng yang dimasak oleh Dave. Pria itu merasa beruntung pernah diajari memasak nasi goreng oleh Vella dan saat ini ia bisa mempraktekkannya. Toni saja sampai tak percaya pria yang memakai celemek dan mengaduk nasi goreng diatas wajan adalah bosnya. Tak hanya nasi goreng, Dave bahkan sangat mahir memasak lauk untuk makan mereka berdua dan tak diragukan rasanya, sangat nikmat dan lezat.

Toni merasa bersyukur semenjak mengalami kecelakaan banyak perubahan yang terjadi pada Dave, selain pintar memasak pria itu juga jadi lebih ramah dan banyak senyum, ia juga tak sungkan bercanda dan melontarkan lelucon yang mengocok perut Toni. Satu lagi kebiasaan baru Dave yang membuat Toni ternganga, bosnya itu suka makan dipinggir jalan dan tak lagi pilih-pilih makanan. Sesuatu yang dulu sangat mustahil dilakukannya.

"Tinggal satu langkah lagi Ton, aku sedang mengusahakan wanita itu menanda tangani dokument penyerahan perusahaan dan aset-aset milikku. Kau tahu Toni ternyata dugaan kita selama ini benar, Claudia dan Dikilah dalang dibalik kecelakaan mobiilku beberapa bulan yang lalu. Mereka membayar seseorang untuk menabrak mobil kami. Aku tak menyangka wanita itu bisa setega itu menghabisiku." Dave geleng-geleng kepala dengan geram, kedua tangannya mengepal disisi tubuhnya dan rahangnya mengeras.

"Lalu apa selanjutnya?" tanya Toni seraya menyorongkan gelas kemulutnya menyeruput air putih dari dalam gelas.

Dave mengedikkan bahunya, "Melemparkan mereka kedalam penjara dan membiarkannya membusuk disana." Dave memasukkan suapan terakhir kemulutnya dan mengunyah pelan, membayangkan sebentar lagi semua itu akan jadi kenyataan.

***

"Arman, keruanganku sekarang!"

"Baik bu," Dave meletakkan gagang telpon kembali ketempatnya dan bergegas bangkit, ia meraih tumpukan map diatas meja dan membawanya keruangan Claudia. Dalam hati ia berharap semoga rencana besarnya kali ini berhasil.

Dave merapikan penampilannya sebelum mengetuk pintu ruangan Claudia. Saat ini pria itu tak lagi memakai seragam OB melainkan kemeja formil layaknya karyawan kantor lainnya. Hanya saja Dave tetap mempertahankan penampilan culunnya dengan kemeja merah darah yang dikancing sampai leher.Begitu juga dengan kedua lengan bajunya terkancing dipergelangan tangannya.

Dave mengetuk pintu dan membukanya ketika ada suara sahutan dari dalam ruangan.

"Bagaimana Arman, kau sudah menyelesaikan surat kontraknya?" tanya Claudia begitu Dave berdiri dihadapannya.

"Sudah bu, ada beberapa dokument penting yang harus anda tanda tangani," Dave menyodorkan map yang dibawanya dan meletakkannya didepan Claudia.

Dengan seksama ia memperhatikan Claudia yang memeriksa berkas ditangannya dan membubuhkan tanda tangannya. Dave menghembuskan nafas lega saat Claudia selesai menanda tangani semua berkas tanpa banyak tanya dan membawa berkas itu dari sana.

Dave menutup pintu sepelan mungkin dan bersandar di dinding ruangan Claudia, matanya terpejam dan kedua tangannya mendekap berkas ditangannya dengan erat. Semua sudah ada digenggamannya sekarang, semua yang menjadi miliknya sudah didapatkannya kembali. Ia memberi kesempatan terakhir pada Claudia menikmati fasilitas mewah ruangannya sebelum wanita itu merasakan akibat dari perbuatan jahatnya.

"Bagaimana pak?" bisik Toni yang berselisih jalan dengan Dave, pria itu membawa peralatan tempurnya setelah membersihkan lantai kantor.

Dave mengacungkan jempolnya, "beres, step terakhir akan dilakukan besok, kita biarkan ia menikmati harinya dengan tenang saat ini." mereka berpisah dan melanjutkan pekerjaan masing-masing.

Setelah menyimpan berkas yang dibawanya Dave menarik laci mejanya mengeluarkan selembar foto dari sana dan menatapnya penuh rindu. Tak gampang mendapatkan foto itu, ia terpaksa mengobok-obok file karyawan yang pernah bekerja diperusahaan itu untuk mencari foto yang saat ini tengah dipandanginya.

Pria itu menghela nafas panjang, beberapa bulan jauh dari Vella rasa rindu mendalam menggelitiki sudut hatinya. Diakui atau tidak, Vella telah berhasil merebut sebagian besar hatinya. Semula ia berusaha menghilangkan bayangan gadis itu dari pikirannya, tapi semakin kuat usaha Dave menyingkirkan bayangan Vella makin melekat bayangan gadis itu dibenaknya. Ia selalu hadir disetiap mimpi-mimpi Dave, membayangi setiap langkahnya dan menemani pria itu didalam lamunannya.

Disadari atau tidak, batin Dave sudah terikat kuat dengan bayangan Vella. Mati-matian ia menahan keinginannya menemui gadis itu, ia harus menyelamatkan perusahaannya bukan hanya untuk dirinya tapi juga untuk ribuan karyawan yang menggantungkan hidup pada perusahaannya. Dave harus mengutamakan kepentingan orang banyak diatas kepentingan pribadinya. Dengan terpaksa ia menekan rasa rindu dihatinya dalam-dalam dan mengesampingkan egonya ingin bertemu Vella.

Satu hal yang mengganggu Dave, apa Vella juga punya perasaan yang sama dengannya?

***

GIVE ME YOUR HEARTWhere stories live. Discover now