8

33.6K 2.1K 21
                                    

Hai!! Kenalkan saya mersusan, dari dulu saya hoby menulis novel tapi sayang tak menemukan wadah untuk menyalurkannya. Saya berterima kasih banget ada aplikasi wattpad ini, saya dan orang-orang yang punya hoby seperti saya bisa menyalurkan imajinasi yang berkembang diotak kami. Ada kepuasan tersendiri jika ada yang membaca hasil olah pikiran kami dan memberikan koment positif, itu jauh lebih berharga dari materi.

Pernah baca Reflacement Wife? Soulmate dan Im in love with Mr. Arogan? Itu sebagian karya saya yang dipublish oleh Mutkokie. Dan masih banyak lagi yang tersimpan dilaptop, rencananya akan saya publish satu persatu.

Jadi biar saya semangat menulis cerita saya minta kalian memberi koment buat penyemangat, tapi tolong kalau kalian tidak suka jangan memberi koment yang menyakitkan. Saya terima kritik yang membangun karena sejujurnya menulis cerita itu tidak gampang dan saya merasakan hal itu.

Trims atas perhatiannya!!

***

Happy reading!!

Toni melangkah masgul memasuki ruang rawat itu, dari jauh ia bisa mengenali dengan jelas pria plontos yang duduk bersandar dikepala ranjang itu adalah Dave, atasannya. Dengan langkah pelan ia mendekat dan berdiri disamping ranjang Dave, menatap pria yang penampilannya berubah 360 derjat dari penampilan yang biasa ia lihat.

Dave mendongak dan balas menatap Toni, Toni terhenyak melihat senyum ramah tersungging dibibir Dave, hal yang tak pernah dilakukan pria itu selama ini. Biasanya hanya tarikan wajah kaku dan senyum dingin mematikan yang terpancar dari wajah Dave.

"Siapa dia Vella?" Dave melirik Vella yang duduk disamping ranjangnya dan kembali menatap Toni.

Harapan Toni musnah, ternyata Dave memang lupa ingatan dan tak mengenalnya.

"Dia Toni temanku."

Tanpa disangka Dave mengulurkan tangannya masih dengan senyum terpasang diwajahnya, matanya berbinar-binar, "Hai Toni, kenalkan aku Arman, jika kau temannya Vella berarti kau temanku juga."

Dada Toni sesak, rasanya miris dan sakit melihat bosnya tak mengenalinya, "Hallo...pak...Eh Arman, aku Toni." Toni gugup, tangannya gemetar menyambut uluran tangan Dave, ia kikuk harus berakrab ria dengan sang Bos.

Mereka berbicara santai dan dipenuhi canda tawa, Dave ternyata bisa juga bercanda dan ia banyak tersenyum, ia terlihat jauh lebih manusiawi ketimbang hari-hari biasanya. Toni mencoba ikut larut dalam pembicaraan mereka meski ia masih kikuk dan kaku.

"Sudah sore, sebaiknya saya pulang dulu," Toni melihat jam dipergelangan tangannya dan berdiri, ia menyalami Dave, "semoga cepat sembuh Pak..Arman." Toni belum terbiasa memanggil Dave tanpa embel-embel 'pak'.

"Baiklah, terima kasih atas kunjungannya Toni, setidaknya aku punya orang lain yang kukenal selain Vella."

"Arman, aku mau mengantar Toni dulu," Vella menutup pintu kamar rawat Dave dan mengekori Toni. Keduanya berhenti begitu sampai dilorong yang sepi, "Bagaimana selanjutnya Pak Toni?"

Toni berdiri dengan tangan terlipat didada, tangan satu lagi berada didagu berpikir, "aku punya rencana, sebaiknya keberadaan Pak Dave kita sembunyikan dulu, Bisa bahaya jika Claudia dan Diki mengetahui Pak Dave masih hidup, mereka mungkin akan berusaha melenyapkan Pak Dave. Aku curiga kecelakaan Pak Dave ada campur tangan dua orang itu. kita harus menunggu ingatannya pulih baru bisa mengambil langkah selanjutnya. Apa kau bisa merawatnya Vella?"

GIVE ME YOUR HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang