24

33.6K 1.8K 12
                                    

Jadi penasaran, siapa yang datang ya?

Happy reading,

"Aldo?"

Lelaki yang berdiri didepan pintu itu tersenyum ramah, "Hai Vella, apa aku menganggumu?"

Vella membalas senyuman itu canggung, "Ah tidak, silahkan masuk," ia bergeser memberi akses pria itu masuk dan membiarkan pintu utama terbuka lebar, mungkin berjaga-jaga agar tak terjadi salah paham dari orang lain karena berduaan dengan seorang pria dirumah yang sepi dan terkunci.

"Mau minum apa?" Vella hendak beranjak menuju dapur.

Aldo menggoyangkan tangannya diudara, "tidak usah, saya hanya sebentar ada hal penting yang ingin saya pastikan."
Vella mengambil tempat dihadapan Aldo, ia terlihat berhati-hati dan menjaga jarak aman," memastikan soal apa?" tanyanya pelan dengan mata tak lepas mengawasi Aldo, memperhatikan setiap gerakan yang dibuatnya dan kabur secepatnya jika pria itu bertindak diluar batas. Vella sudah mengetahui type seperti apa pria dihadapannya ini, jika sudah menginginkan sesuatu harus didapatkannya bagaimana pun caranya tak peduli meski harus curang.

Aldo berdehem dan mengambil nafas panjang sebelum berucap, "memastikan jawabanmu Vella, aku menginginkan kepastian tentang perasaanmu padaku apakah kau menerimaku?" satu lagi ciri khas pria ini, ia langsung to the point tanpa basa basi.

Vella sesak nafas seketika tak menyangka pria ini akan langsung menodongnya dengan pertanyaan semacam itu, ia terlihat berpikir mencari kata-kata yang tepat yang akan diutarakannya. Ia tak mau pria yang saat ini menatapnya penuh harap akan marah dan tak terima dengan jawaban yang sedang dirangkainya.

"Mmhhhh Aldo, sebelumnya aku minta maaf, apa kita tidak bisa berteman saja? Kurasa aku lebih nyaman berteman denganmu dari pada menjadi pasangan."

"Kenapa Vella? Apa aku kurang tampan? Atau aku kurang kaya?"

"Tidak-tidak, kau baik, tampan dan kaya, aku yakin banyak wanita diluar sana yang antri menjadi menjadi kekasihmu, percayalah."

"Lalu kenapa kau menolakku?" desak Aldo geram, ia terlihat meremas jemarinya dengan rahang mengeras dan mata melotot tajam.

"Sekali lagi saya minta maaf Do, saya ingin menerimamu tapi hati tak bisa dipaksa, saya tak punya perasaan apapun padamu selain perasaan sayang sebagai teman, tak lebih." Suara Vella terdengar bergetar mengucapkan kata-kata barusan, dan ketika matanya beradu tatapan Aldo ia meringis ngeri, sorot mata pria itu menggelap menahan amarah.

Aldo menghembuskan nafas keras dengan mata tetap tertuju pada Vella, "beri aku alasan yang jelas Vella, kenapa kau tak bisa mencintaiku, jika alasan itu masuk akal aku akan mundur dan berjanji tak akan mengganggumu lagi." Aldo memajukan tubuhnya kearah Vella dan menumpukan telapak tangannya diatas meja kaca, "jadi kenapa kau tak bisa mencintaiku Vella?"

"Itu karena dia mencintaiku!!!"

Keduanya terkejut dan sontak menoleh keasal suara, seorang pria berhoddie abu-abu dengan tudung tersampir dikepalanya berdiri santai didekat pintu kamar, kedua tangannya dibenamkan kesaku hoddie dan satu kakinya ditekuk.

Vella menegang, matanya membulat dan mulutnya terbuka tak percaya dengan penglihatannya. Dia disini?

"Siapa kau?" Aldo menegak dan menatap lelaki itu tak senang. Ia merasa terganggu dengan pria asing dirumah Vella.

Lelaki berpenampilan santai itu menurunkan kakinya dan menghampiri Vella lalu duduk disebelahnya, "Kau ingin tau siapa aku?" pria itu tersenyum misterius dan dengan seenaknya melingkarkan lengannya dipundak Vella membuat gadis itu membeku, nafasnya langsung berhenti.

"Jawab saja pertanyaanku, jangan balik bertanya!" hardik Aldo gusar.

Pria itu mengangguk kecil, "perkenalkan aku Dave calon suami Vella, ya kan sayang?" Dave menoleh dan tanpa diduga ia mendaratkan kecupan singkat didahi Vella. Gadis itu terhenyak dan wajahnya langsung memerah, ia tak menyangka pria itu bertindak seberani itu.

"D...Dave? K...kau.... Dave pemilik Lazuardi Group?" Aldo kaget dan terbata-bata, matanya kian membulat.

"Yap, kau benar bung, Aku Dave Raffles Lazuardi kekasih Vella, jadi kuharap kau menepati janjimu tadi untuk tidak mengganggu calon istriku lagi, kalau tidak jangan salahkan aku jika terjadi hal buruk pada perusahaanmu." Ucap Dave santai seraya tangannya menurunkan tudung hoddie dikepalanya, lalu menyisir rambutnya yang ditata ala Boyband Korea dengan jemarinya. Vella berdecak sebal, pria itu sudah kembali kesifat aslinya arogan dan suka mengancam.

Aldo pucat seketika, lidahnya terlalu kelu untuk berkata-kata. Ia sangat tahu siapa Dave, pria ini tak segan-segan menghancurkan bisnis orang lain yang tak disukainya. Dan bukan hal yang sulit bagi pria itu untuk menghancurkan perusahaan kecil milknya dan ia bukan orang bodoh yang akan membiarkan hal itu terjadi. Lebih baik ia kehilangan cintanya dari pada kehilangan perusahaan yang mati-matian dibangunnya.

"Baiklah Pak Dave maafkan kelancangan saya, saya tak bermaksud mengganggu calon istri Pak Dave, sekali lagi maafkan saya," Aldo bangkit dan membungkuk sebelum berlalu meninggalkan rumah itu.

Suara pintu yang tertutup menyadarkan Vella, ia menghempaskan lengan Dave yang sedari tadi bertengger dipundaknya dan bergeser menjauh dari pria itu dan berkacak pinggang dengan mata melotot.

"Apa-apan itu tadi hah? Kenapa kau mengaku-ngaku sebagai calon suamiku, dan ada urusan apa kau disini?" tanyanya garang.

Bukannya marah Dave malah terkekeh, ia beringsut kearah Vella yang juga melakukan hal yang sama, "memang kenyataannya seperti itu, aku calon suamimu," ucapnya dengan seringai jahil bermain disudut bibirnya, ia kembali beringsut mendekati Vella yang terpojok diujung sofa, "aku kesini menjemput bagian hatiku yang kutinggalkan bersamamu."

"A..apa maksudmu?" Vella gugup dan jantungnya berdegup kencang, Dave kian mengikis jarak diantara mereka dan posisinya setengah menindih Vella yang merebah dilengan sofa, gadis itu tersudut dan tak bisa bergerak lagi kedua lengan kokoh pria itu mengurungnya.

"Bukankah dulu kau yang meminta hatiku kau ingat? Saat itu aku meninggalkan separohnya disini dan berjanji akan mengambilnya lagi begitu urusanku selesai. Dan sekarang aku disini untuk menjemputnya termasuk pemiliknya," bisik Dave .

Vella merinding dan darahnya berdesir, terpaan nafas hangat Dave terasa di wajahnya dan matanya menangkap sorot hangat penuh cinta dimata pria itu. Gadis itu membeku merasakan sentuhan hangat bibir pria itu dikeningnya dan turun kebibirnya, Vella melotot dengan tubuh lunglai.

"Kau tau Vella, kebersamaan tiga bulan itu menumbuhkan rasa lain dihatiku dan rasa itu kian tumbuh setelah ingatanku pulih. Kau tahu selama aku berusaha menyelamatkan perusahaanku dari Claudia aku mati-matian membunuh keinginanku untuk menemuimu," bisik Dave disela ciumannya.

"Novella Maharani, aku cinta padamu."

Vella menegang, tak menyangka tiga kata itu akan terucap dari bibir pria yang saat ini menindihnya dan menghujaninya dengan ciuman. Ia tak bereaksi sedikitpun, hanya matanya yang menatap tajam manik elang Dave mencari kebohongan disana. Vella takut pria ini hanya bermain-main dengan perasaannya dan mentertawakannya setelah itu. Tapi dimata itu yang terlihat kesungguhan dan ketulusan. Hati Vella menghangat, ternyata selama ini ia tak bertepuk sebelah tangan dan perasaannya berbalas.

"Dave a...aku."

"Sssst," Dave meletakkan telunjuknya didepan bibir Vella, "Tak usah dijawab, sorot matamu sudah menjawab semuanya." Vella mengerjap.

Jemari Dave beralih kepipi Vella menangkupnya dan menelusuri wajah gadis itu dengan matanya dan berhenti dibibir Vella, perlahan ia menipiskan jarak diantara mereka dan tiba-tiba.....

Kruk....kruk.

***

Dave...Dave, mau romantis-romantisan malah keganggu suara perut.

GIVE ME YOUR HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang