22

32K 1.8K 5
                                    


Tinggal beberapa part lagi GMYH tamat, cerita yang saya tulis kebanyakan bertema ringan dan pendek. Saya tidak terlalu suka menulis cerita berat akan konflik dan istilah rumit. Bukannya tidak bisa saya hanya tidak ingin terbebani dengan cerita yang saya tulis, belum lagi memakai istilah asing yang tidak semua orang paham artinya. Saya takut ada yang salah paham dan menjudge saya sok pintar, tujuan saya menulis cerita hanya sebagai hiburan dan merefres otak yang penuh imajinasi. Semoga suka ya?

Happy reading,

Vella membuka pintu dengan lesu dan masuk kedalam rumah, "aku pulang," ujarnya lemah, kebiasaan yang akhir-akhir ini selalu dilakukannya meski ia sadar tak ada seorang pun yang menyambut kepulangannya.

Dijatuhkannya tubuhnya disofa keluarga, menatap seluruh rumah yang kian sunyi bahkan jauh lebih sunyi dari sebelumnya. Hanya suara cicitan burung dan lengkingan binatang hutan yang terdengar dari belakang rumah.

Tiba-tiba saja Vella teringat Dave, apa yang sedang dilakukan pria itu sekarang? Apa pria itu masih mengingatnya? Mengingat kebersamaan mereka beberapa bulan ini? Meski sebentar tapi sangat berarti buat Vella, ia tak bisa menghapus begitu saja kenangan singkat bersama Dave dalam wujud Arman.

Ia tak bisa melupakan senyum pria itu, keisengannya, seringai jahilnya, tawanya dan segala kekonyolan yang dibuat pria itu. Kadang-kadang Vella merasa Dave ada didekatnya, mendengar suaranya dan merasakan sentuhan Dave dikepalanya. Bahkan ia bisa mencium aroma tubuh Dave. Vella mendesah, ia merindukan Dave, merindukan semua yang ada pada pria itu. Rindu yang kian menyiksanya dan terasa seakan membunuhnya. Apa Dave sama sepertinya? Merindukannya juga?

Hah! Vella menepuk keningnya, apa yang dipikirkannya? Mana mungkin pria sombong itu mengingatnya apalagi merindukannya. Pria itu sudah kembali kedunianya, ia sudah mendapatkan segalanya bahkan kabar terakhir yang didengar Vella ia telah kembali memimpin perusahaannya.

Sudah pasti sekarang Dave tengah disibukkan dengan pekerjaannya, dan bukan tak mungkin ia juga disibukkan dengan wanita cantik yang dengan sukarela menjadi kekasihnya. Dave tampan, teramat tampan serta kaya, bukan hal yang sulit bagi pria seperti itu mencari pasangan dalam waktu singkat. Sekali kedip selusin wanita bertekuk lutut dikakinya, jadi terlalu naif jika Vella berpikir pria itu akan memikirkannya apalagi merindukannya.

Sadar Vella sadar, kau itu bukan siapa-siapa baginya, jangan terlalu berharap dan lupakan dia! Kau tak ada apa-apanya dibandingkan mantan tunangannya. Kau cantik Vella, sangat cantik tapi kau bukan type Dave. Jadi berhentilah mengharapkannya, kau itu seperti pungguk merindukan bulan!

Meski telah meyakinkan hatinya untuk tak mengingat Dave tapi hatinya itu tetap berkhianat, saat ini Vella justru berada dalam kamar yang pernah ditempati Dave. Dalam ruangan ini kenangan Dave begitu terasa, aroma maskulin yang selalu menempel ditubuhnya tertinggal disprei, lipatan bajunya yang tersimpan rapi dalam lemari seolah pria itu masih menghuni kamar itu. Vella sengaja mempertahankan kamar itu seperti terakhir kali ditinggalkan Dave, ranjang, lemari, susunan meja kecilnya tak ada yang berubah semuanya masih sama. Entah kenapa hati kecil Vella yakin suatu saat pria itu akan datang berkunjung dan kembali menempati ranjang yang pernah ditidurinya.

Terdengar konyol memang tapi begitulah jika rasa rindu sudah menyerangnya, ia seolah melihat pria itu duduk berselonjor dikepala ranjang dan menatap Vella dengan seringai jahilnya, seperti yang biasa pria itu lakukan.

AAAAARRRRRGGGGGTTTT!!!

Vella berteriak frustasi, nampaknya ia harus mendinginkan kepalanya dengan air dingin untuk menghapus bayang-bayang Dave yang terus mengikutinya, bahkan saat ini setiap sudut kamar seperti ada bayangan Dave tersenyum dan mengedipkan mata kearahnya.

Bergegas Vella keluar dari kamar itu, berlama-lama disana hanya akan membuatnya seperti orang gila. Lebih baik sekarang ia mempertimbangkan tawaran Aldo yang ingin mendekatinya ketimbang bayang-bayang semu pria itu. Setidaknya Aldo lebih nyata dan sudah menyatakan perasaan padanya, tidak ambigu seperti bayangan Dave.

Vella terduduk dibawah kucuran shower berharap aliran air yang mengalir dari kepala ikut menghanyutkan semua kenangan Dave, Vella tak ingin hidup bersama bayangan. Tapi semakin kuat Vella mengusir bayangan pria itu semakin kuat pula bayangan itu melekat dihatinya, bahkan pria itu seperti menari-nari dipelupuk matanya. Vella meninju udara menghalau bayangan Dave dan mencoba menggantikannya dengan Aldo.

Jika diperhatikan Aldo tak terlalu buruk meski tak setampan dan sekaya Dave. Setidaknya pria itu baik dan punya kehidupan yang mapan. Aldo pemilik perusahaan penerbitan yang mencetak novel karya Vella dan novelis lainnya. Sudah lama pria itu mengenal Vella tapi baru akhir-akhir ini mereka dekat dan tanpa disangka kedekatan itu membuat Aldo jatuh hati padanya.

Merasa kedinginan Vella beranjak dari kamar mandi, berganti baju dan membaringkan tubuh diranjang berusaha menenggelamkan diri kealam mimpi yang tersendat-sendat menyeretnya dalam kegelapan.

GIVE ME YOUR HEARTWhere stories live. Discover now