12

28.8K 2K 20
                                    


Vella terbangun saat hidungnya mencium bau yang sangat aneh. Cuping hidungnya kembang-kempis mencari sumber bau itu dan setelah yakin ia berlari menuju dapur. Sontak matanya terbelalak melihat pemandangan didepannya. Dapurnya sangat berantakan, peralatan masak, bumbu-bumbu dan benda lainnya berserakan dilantai juga ditempat mencuci piring. Dipantry berceceran daun bawang yang dicacah tak beraturan, juga cairan hijau kental yang mengotori kompor gas.

Dave berkacak pinggang didepan meja makan dengan celemek yang biasa Vella pakai melingkar menutup perut dan dadanya, matanya menatap sendu piring porselen diatas meja dan berdecak kesal seraya menggaruk kepalanya.

Vella mendekat dan terperangah mendapati benda yang sedari tadi dipelototi Dave. Rupanya bau aneh yang mengganggu hidung Vella berasal dari piring itu.

"Apa itu Arman?" tunjuknya kearah piring didepan Dave.

Dave menoleh dan menghela nafas, "nasi goreng."

Alis Vella beradu, "Kenapa warnanya aneh begitu? Dan baunya juga aneh, kau memakai bahan apa tadi?" Vella mendekatkan hidungnya kepiring nasi goreng dan dengan cepat mendorong tubuhnya kebelakang, baunya sangat tidak enak dan warnanya juga aneh, hijau kehitaman.

"Aku memakai minyak goreng yang itu," telunjuknya mengarah kekemasan berwarna hijau ditempat cucian piring yang bersebelahan dengan kompor gas.

Mata Vella mengikuti arah yang ditunjuk Dave, ia terbelalak dan detik berikutnya tawanya pecah, ia terpingkal-pingkal, "ha..ha...ha, Arman, Arman, kau bikin nasi goreng sambil mencuci lambung ya, itu cairan untuk mencuci piring bukan minyak goreng, ha.ha.ha."

Dave tersenyum kecut dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal, Vella kian terbahak dan terduduk sambil memegangi perutnya. Dengan kesal direnggutnya celemek yang terpasang ditubuhnya dan melemparkan keatas meja. Ia menarik kursi dan mendudukkan tubuhnya disana, menatap Vella yang belum berhenti tertawa dengan muka ditekuk.

"Aku memang tidak berguna dan tidak bisa diandalkan, aku mau memberi kejutan dihari ulang tahunmu membuatkanmu nasi goreng, tapi hasilnya mengecewakan," sungutnya, ia kelihatan begitu kecewa rencananya memberi kejutan dihari ulang Vella gagal total.

Vella berhenti tertawa, "ulang tahun?" tanyanya pelan, "da...darimana kau tahu hari ini ulang tahunku?" Vella bahkan tak ingat hari ini hari lahirnya.

"Semalam aku melihat foto kau merayakan ulang tahunmu dan memeriksa tanggal yang tercantum difoto itu. Aku berencana membuat kejutan untukmu dan begini hasilnya," Dave mengangkat bahunya lesu, kekecewaan mendalam tergambar diraut wajahnya.

Vella terharu, matanya berkaca-kaca, ia tak menyangka Dave bermaksud memberinya kejutan tapi ia malah menertawakannya, Vella merasa bersalah telah menbuat Dave malu. Dave yang tak pernah masuk dapur dan memegang peralatan memasak rela bersusah payah untuknya dan ia tak menghargainya, betapa buruknya Vella.

"Maaf Arman, aku tak bermaksud menertawakanmu," Vella meraih celemek yang tadi dilempar Dave dan memasangkan kembali ketubuh pria itu, "Karena hari ini ulang tahunku aku ingin makan nasi goreng buatanmu dan kau harus memenuhinya."

"Tapi Vella, tadi saja sudah gagal, memang kau mau makan nasi goreng yang rasanya aneh." Protes Dave, ia berusaha membuka ikatan celemek yang tengah dipasang vella.

Vella memutar tubuh Dave menghadap kearahnya, "tidak akan aneh, aku akan menunjukkan langkah-langkahnya padamu."

Vella membuka kulkas dan mengambil bahan-bahan pembuat nasi goreng. Dave mulai beraksi memotong bawang mengikuti arahan Vella, tak seperti tadi kali ini hasil potongan bawangnya jauh lebih baik. Vella sibuk memberi instruksi pada pria itu, Dave mengaduk nasi goreng diatas wajan dengan gerakan kaku, bayangkan saja pria yang biasanya berkutat dengan dokumen dan berkas-berkas harus berjibaku melawan kompor dan wajan. Menggelikan sekaligus menghibur, membuat Vella tersenyum kecil.

"Masukkan nasinya! Aduk yang rata! Tidak, tidak, kurangi sedikit lagi, garamnya kebanyakan! Tuangkan kecapnya! Stop! Aduk lagi nanti gosong!"

Dengan tekun Dave mengikuti instruksi Vella, mengaduk nasi goreng diatas wajan dengan raut wajah serius. Vella mengulum senyum, Dave terlihat sangat imut dan menggemaskan, satu tangan memegang tangkai wajan dan tangan satu lagi menggerakkan spatula mengaduk isi wajan. Celemek biru motif bunga-bunga terpasang ditubuhnya dan kain lap tersampir dipundak kirinya layaknya seorang pembantu. Jika saja ada pembantu tampan seperti Dave sudah pasti nyonya rumah lebih betah menunggui dapur.

"Selesai!!!!" teriak Dave puas, ia berkacak pinggang menatap hasil karyanya dengan sorot mata bangga. Sepiring nasi goreng dengan potongan timun dan taburan bawang goreng, juga telur ceplok yang menghias diatasnya.

Dave menyendok nasi goreng dan menyodorkan kemulut Vella, namun Vella buru-buru menutup mulut dengan kedua tangannya. Dave bingung, "kenapa? Takut rasanya aneh ya?" tanyanya kecewa dan menatap piring didepannya lesu.

Vella menggoyangkan kedua tangannya diudara, "Bukan begitu, aku belum gosok gigi, sebentar ya aku mau bersih-bersih dulu," Vella melangkah mundur dan berlari kekamarnya.

Dave tersenyum simpul, sebuah ide kembali terlintas dibenaknya, ia melangkah keluar dan tak lama kemudian kembali masuk dengan satu tangan disembunyikan dibelakang punggung. Vella telah selesai mandi dan penampilannya sangat fress, aroma sabun mandi yang lembut menguar dari tubuhnya membuat Dave nyaris melayang.

" Ayo kita makan," Vella duduk dikursi dan menarik piring porselen kedepannya.

"Eh tunggu, jangan makan dulu!" Dave ikut duduk disebelah Vella, ia menggaruk tengkuknya salah tingkah, "Ehem Vella, selamat ulang tahun ya tapi maaf nggak ada kuenya, aku juga nggak punya hadiah untukmu, aku hanya punya ini," Dave menyodorkan setangkai mawar merah yang sedari tadi disembunyikan dibalik punggungnya.

Vella terperangah, hatinya menghangat dan getar-getar aneh merayapi jantungnya melihat bunga yang diacungkan Dave padanya. Dengan tangan gemetar dan wajah merona diterimanya bunga itu dan diciumnya, ia tersenyum, "Terima kasih, tapi...." Vella mengamati bunga ditangannya lekat, ia seperti mengenalinya.

"Maaf, aku memetiknya didepan rumah," aku Dave jujur, ia nyengir menampilkan wajah tanpa dosanya.

"Tak apa-apa, aku senang bunga ini darimu tak penting kau mengambilnya dari mana," Vella kembali mencium bunga itu dan meletakkannya diatas meja dengan hati-hati kemudian mengangkat sendok kemulutnya, menikmati suapan pertama nasi goreng buatan Dave dan mengunyahnya perlahan.

"Bagaimana rasanya?" tanya Dave khawatir, ia takut Vella tiba-tiba sakit perut, muntah-muntah dan masuk rumah sakit setelah makan nasi goreng yang dimasaknya.

Vella tidak menjawab, ia malah menyodorkan sendok ke mulut Dave dan mengisyaratkan pria itu membuka mulut. Dengan ragu-ragu Dave menerimanya dan mengunyahnya pelan merasakan dengan lidahnya. Ia terbelalak, "enak!!!!" pekiknya dan merebut sendok dari tangan Vella dan memenuhi mulutnya dengan nasi goreng memonopoli untuk dirinya sendiri.

"Tak disangka aku berbakat menjadi chef," celotehnya disela kunyahannya. Vella tertawa dan memperhatikan tingkah Dave dengan bertopang dagu, Dave yang bersadar tersenyum kikuk, "ini kan untukmu, kenapa jadi aku yang makan ya?"

"Tak apa, kita makan berdua," Vella mengambil sendok satu lagi dan makan berdua dari piring yang sama.Vella bahagia, ini ulang tahun terindah semenjak keluarganya meninggal, dan ini semua berkat Dave.

***

Hua..ha...ha..., sumpah lucu banget, saya geli sendiri membaca apa yang saya tulis. Bayangin aja gimana lucunya Dave masak nasi goreng pakai cairan pencuci piring. Dikiranya itu margarin jaman now warnanya hijau..hi...hi...Dave...Dave, jadi gemes!!!

GIVE ME YOUR HEARTOnde histórias criam vida. Descubra agora