14

29.3K 2.1K 14
                                    


Dave berhenti dan menarik nafas panjang, tungkainya terasa pegal padahal ia baru berjalan sejauh 500 meter. Ia melayangkan pandangannya mencari-cari kendaraan yang mungkin akan melintasi jalanan. Tapi tak satupun kendaraan dilihatnya, ia merutuki Vella yang membawanya kerumahnya, kenapa gadis itu memilih tinggal ditempat seperti ini sih? Kenapa tak didaerah lain yang lebih banyak manusianya?

Memang kawasan yang ditinggali Vella merupakan kawasan peristirahatan yang banyak terdapat villa-villa mewah, jadi tak heran kawasan ini ramainya hanya dihari-hari libur. Dihari biasa seperti ini jangan harap kita akan menemukan manusia berkeliaran dijalanan. Mungkin hanya Dave manusia konyol yang memilih berjalan kaki diteriknya matahari siang.

Sekali lagi Dave memandang berkeliling, rasa was-was dan khawatir mulai menghinggapinya. Bagaimana jika ada begal atau rampok menghadangnya? Kalau duel satu lawan satu sih Dave bisa meladeni, tapi jika begalnya banyak ia bisa mati konyol dan jasadnya dibuang kedalam jurang. Hiii!! Dave bergidik, gagal mati dalam kecelakaan mobil jangan sampai ia mati dihajar rampok dan begal.

Dave mempercepat langkahnya ia ingin segera keluar dari tempat itu. Ia terlonjak kaget saat sebuah motor tiba-tiba berhenti disampingnya. Rasa takut dan panik tiba-tiba menyerangnya,jangan-jangan beneran rampok! Ia cemas pikiran buruk yang tadi bermain dipikirannya jadi kenyataan.

Dengan gerakan slowmotion Dave memutar kepala menengok kepemilik motor, ia mendesah lega, ternyata Vella. Rasa cemas tadi berganti menjadi kesal, "Ngapain ngikutin saya!!!" hardiknya.

"Naik!!" perintah Vella pendek, ia menggerakkan dagunya menunjuk jok belakang motornya.

Dave menaikkan kedua alisnya, menatap vella dengan senyum meremehkan, "memang kau siapa yang bisa memerintahku seenaknya, atau jangan-jangan kau punya niat jahat ya padaku."

Vella mematikan mesin motornya menahan berat kendaraan itu dengan kedua kakinya, "aku tak punya maksud apa-apa, aku hanya mau mengantarmu sampai kepangkalan taksi."

"Aku tak butuh bantuanmu, aku bisa sendiri kesana."

"Oh ya, jika menempuhnya dengan berjalan kaki mungkin besok pagi kau baru tiba ditempat itu, itupun kalau dijalan kau tak bertemu binatang buas, rampok atau begal."

Jujur, Dave ngeri mendengarnya tapi ia berusaha terlihat berani meski jantungnya berlompatan ketakutan.

"Aku akan mencari bantuan dan memberi mereka uang yang banyak, jika mereka tahu aku Dave Raffles Lazuardi mereka pasti mau membantuku." Ucapnya sombong.

Vella terkekeh, "Kau tak sadar diri ya? Lihat penampilanmu, kau pikir mereka akan percaya kalau kau Dave? Jangan-jangan kau nanti dikira orang stress yang mengaku-ngaku sebagai Dave dan mereka akan mengirimmu kerumah sakit jiwa."

Dave menunduk meneliti dirinya, dalam hati ia membenarkan ucapan Vella. Dengan kaos abu-abu lengan panjang dan celana jeans biru selutut serta sandal jepitnya ia akan ditertawakan jika mengaku sebagai Dave. Apalagi saat ini ia tak memiliki uang sepeserpun.Hhhh! Dave mendesah.

"Kalau kau tak mau ya sudah, aku juga tak rugi," Vella menstrater motornya dan mulai menjalankannya.

"Eh tunggu-tunggu, aku ikut!" teriak Dave dan meloncat keboncengan Vella, Vella tersenyum sekilas dan memutar gas ditangannya lebih kuat, motor melaju kencang dan sontak Dave melingkarkan lengannya diperut Vella. "Hei!!! Jangan kencang-kencang!! Kau memang berniat mencelakaiku ya!!!" pekiknya ketakutan.

GIVE ME YOUR HEARTWhere stories live. Discover now