4. KEHADIRAN MAHKLUK BARU

22.2K 3.4K 13
                                    

"Sampai kapan kau akan tidur?"

Suara berat nan dalam itu membuat Aprille membuka matanya perlahan-lahan dan mendapati Alden tengah berdiri dengan berpakaian lengkap. Semalam, pria tegap itu tidur satu ranjang bersamanya. Semula, Aprille jelas tidak nyaman, bahkan tidak bisa tidur, tetapi perlahan-lahan ia mulai membiasakan dirinya dan tertidur sangat pulas.

Aprille bergerak sedikit kemudian tertidur lagi, mengabaikan panggilan Alden. Pria itu berkacak pinggang sambil menggeleng pelan melihat posisi tidur bocah tengik itu. Bocah itu mendengkur amat keras semalam, hingga membuat Alden harus menutup telinganya dengan bantal agar bisa tertidur.

"Aku akan meninggalkanmu, kalau kau tidak bangun sampai hitungan ketiga," ancam Alden yang mulai tidak sabaran.

"Satu." Pria itu mulai berhitung dan bocah tersebut masih pulasnya tertidur.

"Dua." Si Bocah Alden bahkan tidak bergerak sedikit pun dari posisinya.

"Tig-"

"Lima menit lagi," potong Aprille, kemudian menarik selimut hingga ke dadanya.

Alden duduk di samping bocah tersebut, kemudian menarik selimut itu. "Lima menitmu sudah habis."

Dengan berat hati, Aprille terpaksa beranjak duduk dari tidurnya dengan malas, kemudian menguap lagi. Ia tidak bisa menahan kantuknya dan hampir saja menjatuhkan tubuhnya ke kasur lagi kalau saja Alden tidak sigap menahan pinggangnya.

"Dasar bocah tengik..." ucap Alden dengan nada lembut. Kini anak laki laki tersebut tertidur dengan bersandar di dadanya. Lagi-lagi, Alden meragukan jenis kelamin bocah yang berada dalam pelukannya. Bocah itu memiliki pinggang yang terlampau ramping untuk seorang anak laki laki dan harumnya sangat lembut. Alden menghela nafas kasar kemudian mengguncang tubuh si Bocah Alden dan memanggilnya bangun.

Setelah beberapa saat, barulah bocah itu tersadar sepenuhnya dan pergi mencuci mukanya. Bocah itu menyiapkan segala barangnya termasuk tas kainnya dan sepatu boots-nya. Yang mengganggu hati kecil Alden adalah pemikiran bahwa bocah tersebut tidak membawa baju hangat bersamanya.

"Mana baju hangatmu?" tanya Alden sambil memperhatikan gerak-gerik bocah itu.

"Aku lupa membawanya," jawab bocah tersebut santai sambil menenteng tas kainnya.

Alden mengerutkan kening kesal. "Kau ingin mati kedinginan dalam petualanganmu?"

"Tidak ada yang ingin mati dalam petualangannya sendiri," jawab bocah tersebut dengan polosnya hingga membuat Alden ingin mencekiknya sekarang.

"Aku tidak akan meminjamkan milikku padamu." Alden langsung mengingatkan bocah tersebut.

Aprille tersenyum kecil kemudian menggeleng. "Aku tidak memintanya."

"Terserah kau saja." Alden kemudian berjalan keluar dari kamar tersebut sambil diikuti oleh Aprille.

Hati kecil Alden masih saja tidak tenang dengan pemikiran bahwa ia begitu jahat membiarkan seorang anak laki-laki yang tidak berdosa kedinginan, tetapi, jelas-jelas bocah sialan itu menolak penawarannya dengan sombong. Setelah bergulat sekian lama, pada akhirnya, Alden melepaskan jubah berbulunya dan melemparkannya pada bocah tersebut.

"Kau benar-benar keras kepala," ucap Alden sambil menghela nafas kasar.

Aprille yang menerima jubah itu kemudian tersenyum kecil. "Terima kasih."

"Kau baru melihat sebagian kecil dari perbuatan baikku." Alden mulai menyombongkan dirinya.

"Aku tidak sabar untuk melihat sebagian besarnya." Bocah tersebut kemudian tersenyum manis hingga membuat Alden terdiam untuk beberapa detik, sebelum akhirnya ia berdeham dan berbalik.

"Kita pergi sekarang." Nada bicaranya kini lebih datar dan berat.

THE PLEASURE IS ALL YOURS ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang