18. TERTANGKAP

17.8K 2.5K 14
                                    

Aprille keluar dari persembunyiannya di jerami ketika menyadari keberadaanya sudah berada jauh dari jangkauan Alden. Tanpa ia sadari, pergerakannya secara tiba-tiba itu mengagetkan kusir yang tengah mengarahkan kuda-kuda tersebut. Pria tua dengan jenggot tebal dan alis mata yang tipis itu langsung menjerit selayaknya kucing ketika menyadari kehadiran Aprille.

"Astaga, jantungku!" jerit kusir tersebut dan langsung menghentikan kudanya.

"Maafkan aku." Aprille hanya cengegesan tanpa rasa bersalah di wajahnya.

"Sedang apa kau disini, Nak? Jantung orangtua ini hampir berhenti karenamu," omel pria tua itu.

"Aku... umm, salah masuk kompartemen. Terima kasih sudah mengantarku." Dengan gerakan sigap, Aprille segera turun dari kompartemen itu dan berlari secepat mungkin ke alun-alun kota Ravle.

Telinganya tidak ingin mendengar komentar pedas yang keluar dari mulut pak kusir itu. Kereta itu berhenti tidak jauh dari alun-alun kota Ravle yang ramai pagi itu. Masyarakat Kerajaan Cartland memang tengah mempersiapkan festival Masa Besi untuk merayakan kemenangan Sir Alden Callsen di medan perang.

Festival Masa Besi adalah perayaan tahunan yang dilakukan Kerajaan Cartland. Festival itu biasanya dilakukan setiap awal musim dingin. Ibukota Kerajaan Cartland dua kali lipat lebih ramai dari biasanya ketika festival ini berlangsung. Biasanya, keluarga kerajaan dan bangsawan akan merayakan festival ini di kastil, di mana mereka akan berdansa dan saling berbincang hangat.

Kalangan bangsawan akan menggunakan festival ini sebagai kesempatan untuk merebut hati anggota keluarga kerajaan. Jika kesempatan ini tidak berhasil, maka kalangan bangsawan akan memanfaatkan masa Season sebaik mungkin untuk mendapatkan calon dari keluarga sederajat atau mungkin lebih terpandang. Itulah yang biasa dilakukan oleh Lady Calasthane pada Aprille.

Aprille melangkahkan kaki kecilnya ke alun-alun kota Ravle dan hidungnya langsung dimanjakan oleh aroma roti yang baru dipanggang. Kota Ravle memang terkenal akan roti gandumnya yang enak. Ia menghampiri salah satu toko roti dan langsung tergiur dengan makanan tersebut. Aprille tidak sempat mengisi perutnya sebelum kabur dari psikopat gay itu. Ia menghela nafas panjang kemudian membalikkan badannya.

Ia dikagetkan dengan kehadiran seorang pria tinggi semampai di hadapannya. "Lucien?"

"Hai, Aprille," sapanya ramah sambil tersenyum. Walaupun pria itu tersenyum manis, namun kehampaan masih terlihat dengan jelas di matanya. Aura Lucien pun seolah menenggelamkannya dalam kesesakan tanpa batas.

Aprille menatapnya dengan terkejut karena pria itu memanggilnya dengan nama asli.

"Aku tahu semua tentangmu, bahkan sebelum kau lahir." Mata biru Lucien berkilat misterius saat mengatakan hal tersebut.

"Kenapa kau selalu muncul tiba-tiba?"

Lucien tersenyum miring hingga membuat bulu kuduk Aprille meremang. Ia mengakui kalau semua tentang pria itu salah, termasuk kehadirannya saat itu juga. Lucien membayar roti yang dipilihnya, lalu memberikan benda itu pada Aprille dengan gerakan ringan.

"Ini. Makanlah," ucapnya, kemudian berjalan santai ke arah air pancuran di alun-alun kota.

Aprille yang setengah linglung ketika menerima roti itu pun langsung tersadar dan mengejar Lucien. "Kau belum menjawabku!" teriaknya.

"Apakah itu penting, Aprille?" Ucapan Lucien memang terdengar santai, namun Aprille benci ketika namanya disebut. Entah mengapa perasaan tidak enaknya selalu muncul ketika namanya disebut.

Aprille berusaha untuk berdiri sejajar dengan Lucien, walaupun langkahnya selalu tertinggal. Kakinya jauh lebih pendek dari Lucien. "Ya, tentu saja!"

THE PLEASURE IS ALL YOURS ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang