5. BOCAH IMAJINATIF

22.1K 3.2K 24
                                    

"Kau pernah melihat naga?" tanya bocah itu dengan mimik tertarik saat mereka berkuda hingga ke perbatasan Hampshire dan Welsh.

Akan diperlukan waktu selama 2 hari lebih untuk berkuda hingga ke Ravle. Sebenarnya, Alden bukanlah pengangguran, hanya saja hatinya yang terlampau baik hingga mengkhawatirkan bocah dengan asal-usul tidak jelas seperti itu. Lagi pula, Ravle adalah tempat yang tepat untuk bersenang-senang. Wanita wanita di sana cukup untuk memenuhi standar Alden yang lumayan tinggi.

"Nak, imajinasimu mengkhawatirkan," jawab Alden sambil mengendalikan tali kekangnya.

"Aku sedang tidak berimajinasi, aku bertanya," protes bocah itu sambil menggerakkan tangannya kesal.

Alden hanya tersenyum miring melihat tingkah anak laki-laki tersebut. "Kalau kau tidak berimajinasi, lalu kau berkhayal begitu?"

"Sama saja." Nada bocah itu sedikit meninggi dan Alden yakin sekali suaranya terdengar seperti seorang gadis. Ia meyakini bocah tersebut mengidap suatu kelainan genetik yang membuatnya terlihat seperti seorang gadis. Alden merasa kasihan pada istri masa depan bocah tersebut. Bisa-bisa, orang akan mengatakan suami akan lebih cantik dari sang istri.

"Kau pengangguran?" tanya si Bocah Alden blak-blakan yang membuat kening Alden berkerut.

"Itu terdengar menyakitkan." sindirnya halus. "Jawabannya tidak, aku berpetualang dan bersenang-senang dengan wanita cantik di setiap kota yang kujumpai."

"Itu artinya kau pengangguran," celetuk bocah tengik itu dengan polos. Andai, hati Alden terbuat dari batu, mungkin ia sudah menendang bocah tersebut pergi dari kereta kudanya.

"Nak, kau tidak akan mengerti apa yang sesungguhnya pekerjaanku. Itu lebih berat dari yang kau kira."

"Apa yang berat dari bersenang-senang dengan para wanita? Kupikir semua pria menikmatinya."

Alden yakin sekali ia menghela nafas yang sangat panjang. Ingin rasanya mengatakan pekerjaannya yang sesungguhnya, tetapi hal tersebut akan membuat bocah tersebut kabur darinya. Kepolosan bocah tersebut berada di luar batas hingga ingin membuat Alden menelannya bulat-bulat. Alden bisa melakukannya jika ia mau.

"Bisa kita ganti topik yang lain?" tawar Alden mulai kesal.

"Kau pernah melihat penyihir?"

Alden menghela nafas panjang lagi. "Nak, topikmu benar-benar membosankan."

"Bagaimana kalau kuda bertanduk?" tanya si Bocah Alden dengan bersemangat dan hal itu sama sekali tidak membuat mood Alden membaik.

"Akan lebih baik kalau kau diam saja kali ini. Itu akan lebih membantu."

***

Alden menoleh kaget saat merasakan ada sesuatu yang berat menumpu pada pundaknya. Ia melihat anak laki-laki tersebut kini tertidur pulas di pundaknya dengan dengkuran halus. Alden hanya bisa tersenyum masam dan tidak menghiraukan dengkuran halus anak laki-laki itu. Ia tidak tahu kalau kepala anak laki-laki itu ternyata lebih berat dari ekspektasinya. Bisa jadi, seluruh berat badan bocah itu ada pada kepalanya.

Alden menggerakkan pundaknya tidak nyaman, kemudian bocah itu mengerjapkan matanya sebentar. Si Bocah Alden tampak linglung sampai ia benar-benar mendapatkan kesadarannya.

"Ini di mana?" tanya bocah itu sambil mengucek matanya.

Alden turun dari kereta kudanya sambil menjawab, "Setengah kilometer di luar kota Welsh."

Alden tengah menyiapkan barang-barangnya, ketika ia turun dari kereta kudanya. Tinggal setengah kilometer lagi mereka akan sampai di Welsh dan matahari mulai turun di ufuk timur. Aprille yang melihat kegiatan Alden menawarkan dirinya untuk ikut membantu pria itu, namun yang didapatkannya malah penolakan secara mentah-mentah dan kata-kata yang menyakitkan. Semakin lama, ia berada di dekat Alden, Aprille semakin yakin hatinya semakin kebal dengan cacian pedas, namun halus pria itu.

"Akan sangat membantu kalau kau berdiam diri saja, Nak," tutur Alden sambil mengecek segala keperluannya di kereta kuda.

"Biarkan aku membantumu," jawab Aprille memelas. "Apa saja."

Alden menolehkan kepalanya pada Aprille, kemudian berpikir sejenak. Ia melepaskan tali yang menghubungkan kuda dengan kereta dan memberikannya pada anak laki-laki itu.

"Ini," gumamnya sambil menyodorkan tali kekang itu.

"Untuk apa?" Aprille menatap tali yang berada di genggamannya dengan bingung.

"Ada jalan setapak disana." tunjuk Alden pada sebuah jalan kecil yang dikerubungi semak-semak. "Di dekatnya ada sungai yang beraliran tenang. Istirahatkan kuda ini di situ."

Aprill mengangguk semangat, kemudian menarik kuda itu untuk ikut bersamanya. Ia agak kesulitan untuk mengendalikan kuda tersebut, hingga beberapa kali Aprille hampir terseret oleh kuda itu. Aprille mengeratkan tali kekangnya dan berjalan melewati jalan setapak yang ditumbuhi semak-semak kecil itu. Tidak jauh dari situ, Aprille mendengar suara aliran sungai yang tenang. Ia kembali menarik kuda tersebut pelan tapi pasti.

Aprille mendekatkan kuda tersebut pada pinggiran sungai kemudian mengikatkan tali kekangnya pada sebuah pohon di dekat situ. Kemudian, Aprille duduk di bawah pohon sambil menatap langit yang mulai berwarna kemerahan. Ia meraih daun kering yang jatuh sambil merenung. Sejauh ini, petualangannya sangat menyenangkan.

Tiba-tiba saja bunyi dedaunan yang bergemerisik membuat Aprille langsung membuang daun itu, kemudian berdiri. Ia menoleh dengan waspada dan mendapati kudanya masih sibuk menikmati air sungai. Aprille menoleh ke belakang lagi dan memindai lingkungan di sekitarnya dengan waspada. Saat di rasanya sudah aman, Aprille berbalik lagi ke tempatnya semula.

Namun, sebelum ia sempat berbalik, tiba-tiba saja tubuhnya didorong dan ditindih oleh seseorang yang bobotnya dua kali dari berat badannya. Aprille merasakan perih yang teramat sangat pada lengan atasnya. Sesaat kemudian, pandangannya mulai kabur dan matanya terasa sangat berat.

Dan yang Aprille tahu adalah semuanya menjadi gelap seketika.

THE PLEASURE IS ALL YOURS ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang