GILDA 3# Gilang Resek

960 59 0
                                    

“Eh, kenapa kita gak ngobrol di dalam aja?”

“Nggak ah males, lo kalo mau ke dalam yaudah sana sama kak Andri.”

“Tapi gua mau nya sama lo.”

Adinda yang sedang asyik dengan novelnya, kini ia alihkan pandangannya menatap Gilang. “Emang kenapa sih? Gua lagi pengen di luar.”

“Udah ayo, di luar panas.”

Langsung saja Gilang menarik tangan Adinda, namun langkah mereka terhenti saat di teras mereka melihat Andri dan Agas yang masih berantem sambil pukul-pukulan memakai bantal yang dari sofa. Adinda dan Gilang hanya menganga menyaksikannya.

“Ya ampun... Mendingan gua dikubur hidup-hidup dari pada harus ngelihat orang-orang sableng berantem teruss!! Kalo perlu cabut aja nyawa saya ya Allah... Hamba udah gak tahan ngelihatnya.”

Ucapan Adinda sempat menarik perhatian Gilang, Andri, dan Agas dengan omongan Adinda yang baru ia ucapkan. Hingga Andri dan Agas berhenti bertengkar dan terkejut karena ucapan Adinda tadi.

“Huss! Kamu ngomong apaan sih, Din, gak boleh!” kata Agas.

“Gua tuh pusing lihat tingkah kalian. Kalo kalian masih berantem juga, gua bakal pergi nih dari rumah!”

“Yaudah iya maaf.”

“Udah berkali-kali kalian minta maaf, tapi masih aja dilakuin! Heran gua.”

“Hehehe.”

“Oh ya. By the way yang di samping itu pacar kamu?” pertanyaan Agas membuat mata mereka bertiga sedikit melotot dan terdiam.

“Kok diem? Adinda langsung menggeleng cepat. “B- bukan kok.”

“Heh, dia tuh teman gua. Namanya Gilang.” jawab Andri.

Agas ber‘oh’ria. “Terus kenapa jadi kayak orang mau minta sumbangan gitu? Sini masuk.”

Adinda dan Gilang pun masuk, Gilang duduk di sofa di sebelah Andri, sedangkan Adinda langsung pergi untuk ke taman belakang. Tapi sebelum itu, Gilang sempat menarik tangan Adinda untuk menyuruh Adinda duduk di sampingnya juga.

“Lo mau ke mana?” tanya Gilang yang masih memegang tangan Adinda. Adinda memutar bola matanya malas. “Kepo.”

“Gak ikut nonton, Din?” tanya Andri.

“Nggak, kalian aja.”

***

Di taman, Adinda hanya duduk di pinggir kolam renang sambil menikmati suasana hembusan angin dengan novel yang masih dipegangnya, dan di sana ia berbicara sendiri sambil menatap air yang terlihat ada bayangan dirinya.

“Kenapa sih daritadi gua pengen santai-santai dengan tenang selalu ada setan-setan yang ngeganggu? Ntah itu suara berantem, terus si Gilang kampret juga ngegangguin gua.”

“Kenapa sih marah-marah terus, hm?” Lagi-lagi, suara laki-laki itu muncul. Gadis itu diberi jengah olehnya saat melihat Gilang berdiri di belakang Adinda.

“Tuh kan setannya malah ngikut lagi. Lo ngapain sih ngekorin gua? Udah sana mending sama kak Andri, kak Agas ikut nonton film.”

“Enak aja lo gua di bilang setan. Emang lo risih ya kalo ada gua?”

“Iya! Lo kayaknya pengen nempel terus sama gua. Jangan-jangan lo demen ya?”

“Lo lupa? Kan gua emang suka sama lo.”

Adinda pun jadi terdiam oleh ucapannya, ia langsung memalingkan wajah sambil menggigit bibir bawah. Sedangkan Gilang tersenyum kecil.

“Kenapa diam?” kata Gilang namun gadis itu tidak menjawab. Sepertinya ia malu.

Gilda [ 𝓔𝓷𝓭 ]Kde žijí příběhy. Začni objevovat