GILDA 4# Ragu

890 58 1
                                    

Perasaan ini mulai muncul di hatiku.
Tapi maaf, aku masih ragu untuk mengungkapkannya
pada siapa pun.

-Adinda Putri Anggraeny-

***

Setelah Adinda selesai makan, ia mengernyit heran karena melihat makanan di piring Andri dan Agas terlihat masih banyak. Padahal mereka makannya lebih dulu dari Adinda tetapi Adinda telah selesai duluan makannya.

“Makannya pada lelet banget, padahal kan kalian duluan makannya.”

“Emang kalo orang yang makannya duluan, selesai makannya harus duluan juga gitu?” sahut Andri yang masih mengunyah makanannya di dalam mulut.

“Ya iya lah.”

“Nggak sih.”

“Iya sih.”

“Nggak!”

“Iya!”

“Ngg--- uhuk uhukk.” tiba-tiba Andri tersedak karena saat makan ia berbicara, dan langsung saja Andri mengambil air teh manis milik Agas.

“Eh monyet! Teh siapa tuh, main nyeruput-nyeruput aja. Bikin sono!” ketus Agas yang langsung menarik gelasnya.

Adinda pun tertawa geli. “Haha mampus!Lagian gitu aja pakai nyolot.”

“Lah songong nih ya, dasar anak kecil!” kata Andri sambil melototi Adinda.

“Udah ngapa udah!” lerai Agas.

“Tau nih kak Andri!”

“Lah kok gua?”

“Iya lah.”

Dari pada menjadi serius, lebih baik Andri yang mengalah. “Yaudah iya.”

‘Cowok memang selalu salah.’

Hening.

“Kak.” kedua cowok itu pun menoleh ke Adinda.

“Ayah mana sih? Dia kok pulang lama banget, dia udah bertahun-tahun ninggalin kita demi pekerjaannya. Emang penting banget ya sampai dia gak pulang-pulang?”

“Kakak juga gak tau, Din, kita udah pernah ngabarin tapi telponnya gak pernah diangkat.” jawab Agas.

“Dari kecil kita gak pernah diberi kasih sayang sama orang tua kita. Aku iri tau, kak, sama anak-anak yang lain. Andai bunda masih hidup, jadi aku masih bisa ngerasain kasih sayang orang tua.” kata Adinda dengan suara yang mulai terdengar lirih.

“Kata siapa kita gak pernah diberi kasih sayang sama orang tua? Kita kan masih ada Bi Imah yang selalu ngerawat kita dari kecil. Ya walaupun dia pembantu kita, tapi setidaknya kita bisa anggap dia sebagai orang tua kita kan?” kata Agas sedangkan Adinda dan Andri hanya diam mendengarkan.

Hening lagi.

“Oh iya, Din.” kata Andri yang memecahkan hening. “Hm?”

“Si Gilang nge-chat lo gak? Soalnya tadi pas lo lagi tidur, dia min--”

“Iya iya udah tau, tadi dia udah nge-chat gua.” sela Adinda.

“Terus gimana?”

“Ya nggak gimana-gimana. Udah ya gua mau ke kamar. Mau tidur.” lanjutnya dan bangkit dari duduk lalu berjalan menuju kamar.

“Lah tidur lagi? Palingan dia mau lanjut chatting-an sama Gilang.” kata Andri sambil terkekeh dan menyeruput teh manis milik Agas lagi.

Pletakk!

Gilda [ 𝓔𝓷𝓭 ]Where stories live. Discover now