GILDA 5# Hanya Hal Sepele?

717 46 0
                                    

Bel pulang berbunyi, semua siswa-siswi pun pulang ke rumahnya masing-masing. Tetapi Adinda, Tasya, Raisa dan Mira masih di kelasnya karena mereka sedang menunggu Adinda yang masih mencatat rumus Matematika dari papan tulis.

“Udah selesai belum, Din?” tanya Tasya yang duduk di sampingnya.

“Dikit lagi, Sya.” jawab Adinda yang sedang menulis.

“Lagian tadi ngobrol terus sih lo.”

“Kan elo yang ngajakin gua ngobrol terus, pea!”

“ADINDAAA!!!!”

Gubrakk!

Raisa berlari dari luar kelas hingga akhirnya ia tak sengaja menabrak Mira sampai mereka berdua tersungkur ke lantai.

“Awwww.”

“Sakit anjir! Datang-datang heboh banget lo pakai lari segala. Kenapa sih??” ketus Mira.

Raisa mengatur napasnya yang terengah-engah. “E--nggak ada apa-apa hehe, cuma di depan kelas ada orang yang lagi nungguin Adinda dari tadi.”

Adinda, Tasya, dan Mira mengerutkan dahi. “Siapa? Kak Andri?” tanya Adinda memastikan. “Bukan.” jawab Raisa sambil menggeleng kepala.

Adinda menaikkan sebelah alis. “Terus?”

“Yaelah… Siapa lagi sih kalo bukan kak Gilang.” ledek Raisa.

“Oalah, aduhay yang udah ditungguin pangeran.” goda Tasya sambil menyenggol lengan Adinda. Gadis itu menatap sinis.

“Diem lo.”

“Udah nyatetnya lanjutin di rumah aja, nanti gua fotoin terus kirim di WhatsApp. Sekarang lo samperin kak Gilang dan barang-barang lo biar gua aja yang beresin, oke?” kata Mira sambil mendorong Adinda pelan dan mulai memberesi barang-barangnya Adinda.

Adinda mulai berjalan keluar kelas untuk menemui cowok itu.

“Lang?” Gilang yang sedari tadi sibuk dengan ponsel, ia menoleh ke samping karena ada yang memanggil namanya.

“Eh Adinda.”

“Lo dari tadi di sini? Sorry ya, gua gak tau ternyata lo udah nungguin.”

“Gak papa, udah yuk pulang.” ajak Gilang. Mira datang dan memberikan tas Adinda kepadanya.

“Adinda ini tas lo.”

“Oh iya, makasih. Gua duluan ya.” kata Adinda sambil melambaikan tangan. Saat sedang berjalan menuju ke parkiran untuk mengambil motor, tiba-tiba tangan Gilang merangkul Adinda.

Deg!

Aduhh jantung gua gak bisa dikontrol lagi, mampus mati kutu gua! Kak Andriii help...’ batin Adinda.

“Biasa aja kali, gak usah tegang gitu karena gua rangkul, haha.”

‘Lah Gilang cenayang?’

Adinda melepaskan rangkulannya. “Dih? Nggak tuh.” Gilang hanya tersenyum kecil.

Setelah di parkiran, Gilang memasukkan kunci motor lalu menyalakannya. Mereka pun menaiki motor itu dan meninggalkan parkiran. Setelah meninggalkan sekolah, Gilang tidak langsung menuju ke arah rumah Adinda. Melainkan menuju ke suatu tempat.

Gilda [ 𝓔𝓷𝓭 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang