•Epilog•

934 40 7
                                    

Sunyi, hampa, kini telah memasuki hidup ini di saat engkau telah pergi jauh. Tuhan, apakah suatu saat aku masih bisa bertemu dengannya? Tolong jangan biarkan aku terbawa oleh kesunyian ini selamanya karena tak ada sosok dia di hidupku.

-Andrian Faizal Anggara-

***

20.00 pm

Tok Tok Tok!

“Andri?” panggilnya namun tak ada sahutan.

Langsung saja Agas masuk ke kamarnya, saat masuk pun ia terkejut karena di dalam kamar ini nampak sangat gelap, namun masih ada cahaya yang masuk dari lampu balkon yang terletak di samping kamar itu.

“Buset, ini kamar atau gua?”

“Andri?” panggilnya sekali lagi.

Kini matanya tertuju pada balkon itu, di sana ia melihat seperti ada seseorang yang sedang berdiam. Agas berjalan menuju balkon dan terdapat Andri sedang nangkring di atas pagar sambil melamun menatap jalan raya yang ada di bawahnya.

Agas menepuk bahu Andri, Andri pun menoleh dan langsung membelalakkan mata.

“Adinda?” kata Andri saat menoleh ke Agas.

Agas pun mengernyit bingung. “Hah? Adinda?”

Andri menggeleng kepala dan menerjapkan mata untuk melihat jelas sosok yang di depannya. Setelah terlihat jelas ia menatap Agas dingin lalu kembali menatap jalan raya.

“Lo kenapa?” tanya Agas.

“Yang pastinya lo tau gua kenapa.” jawab Andri dingin.

“Gua gak tau, makanya gua nanya sama lo. Lo kenapa?”

“Dasar gak peka!”

“Gua tanya lo kenapa??!!”

Andri menatap Agas tajam. “GUA,SEDIH,KARENA,DI TINGGAL,ADINDA!”

“PUAS LO?!!” kata Andri dengan nada menekan. “Karena lo udah tahu jawabannya, lo dipersilakan untuk keluar!!”

“Ndri, gu--”

“Tinggalin gua sendiri!!!” bentak Andri.

“Gua ma--”

“ANJING!! LO DENGAR GAK SIH?!”

Rasanya Agas ingin menampar Andri sekarang juga, namun ia tahan. Karena Agas tahu dengan perasaan Andri yang sekarang, Andri sedang tak ingin diganggu. Jika Agas menamparnya, ini akan membuatnya semakin buruk.

Ia pun melangkah keluar meninggalkan Andri yang kembali ke lamunannya. Ketika Agas di depan pintu kamar Andri, ia hanya melihat adiknya dari kejauhan lalu menghela napas pelan.

“Gua tau ini berat bagi elo, Ndri. Lo belum bisa menerima semua kenyataan ini.”

“Tapi dengan kepergian dia, apa lo akan selalu seperti ini? Gua jadi ikut sedih karena lo yang terus-menerus mikirin Adinda. Dan gua khawatir kalo lo ngelakuin suatu hal yang macem-macem karena ditinggalnya.”

“Begitu besarnya ya rasa sayang lo pada Adinda walaupun ternyata dia bukan adik kandung kita?” gumam Agas lalu pergi.

Andri menghirup napas dalam lalu mengembuskannya. Setetes cairan bening dari mata tiba-tiba jatuh dengan sendiri.

‘Baru sehari tanpanya, gua merasa gak sanggup buat ngejalanin aktivitas kalo gak ada dia. Apa gua akan seperti ini terus setelah penyemangat hidupku udah hilang? Gua udah kehilangan bunda, dan sekarang gua mesti lepas dari lo juga.’ batinnya.

“Adinda, meskipun sejuta kali gua perjelas, lo nggak akan pernah ngerti seberat apa gua jalani hidup tanpa lo. Gua jadi berpikir, kenapa gua harus mati suri jika pada akhirnya Tuhan membiarkan gua untuk tetap hidup dalam kehampaan nanti?”

“Janji?”

“Gua gak bisa janji, tapi gua usahain gak akan pernah bikin lo merasa kehilangan gua."

--

“Janji ya?”

“Gua gak bisa janji, tapi kalo waktu masih menginginkan kita bersama, gua berusaha agar gak jauh dari lo. Gua bakal selalu ada di hidup lo, kak”

Andri tersenyum kecut mengingat semua obrolan-obrolan bersama Adinda waktu itu. Jadi ini? Maksud jawaban dari ucapannya yang tak bisa berjanji pada Andri.

“Sekarang gua paham kenapa lo nggak bisa menjawab di saat gua minta untuk berjanji. Lo hanya bilang akan berusaha untuk selalu ada bersama gua, tapi nyatanya, usaha lo gagal.”

Namun, di sisi lain pun Andri sadar. Seberapa banyak kata yang ia ucapkan untuk melarang Adinda pergi, tetap Andri akan kalah dengan takdir Tuhan yang memiliki cara untuk memisahkan mereka.

Andri terlalu egois, hingga Tuhan memberi cobaan seperti ini agar ia dapat mengubah sifatnya.

Andri juga sadar, kalau kebahagiaan Adinda tidak hanya pada saat bersamanya. Adinda berhak mendapatkan kebahagiaan baru bersama keluarga baru. Seiring waktu berjalan, ia berusaha belajar ikhlas menerima semua kenyataan di tengah kehampaan ia jalani hidup tanpa sosoknya di samping. Tak peduli dengan setiap rasa sakitnya, namun Andri akan selalu berusaha tersenyum melihat kebahagiaan Adinda dari jauh.

Serta harapan besar yang selalu ada untuk mereka kembali bertemu di suatu saat nanti.

-TAMAT-

***

Hadehade..
Kelar juga kan ceritanya, yah yg ngevote dikit:(

Maaf yah kalo Sad Ending 😅 Habisnya gua bingung mau diapain lagi:v

Yeayyy.. I'm free!!!!

Eh tapi ini masih ada lanjutannya lohh... Tapi ini tentang versi SMA nya

Liat cover nya yuk..

Liat cover nya yuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini dia... Pengen tau apa yg terjadi sama Adinda dan Andri saat mereka bertemu lagi?

Semuanya komplit kok disana..

Jangan lupa tinggalkan jejak disana yah😊

Terima kasih untuk semuanya yg udah mau nyempatin waktu buat baca cerita ini sampai selesai

Dan terima kasih juga untuk dukungannya, apalagi yg udah masukin cerita gua ke Reading List kalian :)

Maaf yah kalo ceritanya ada yg Gaje atau typo gitu

See you para Readers 💞

Nanti kita ketemu lagi lanjutan ceritanya di cerita ANDIN

Oh ya, follow my instagram.
@nraisyf


Selesai pada tanggal
-2 Juni 2018

Gilda [ 𝓔𝓷𝓭 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang