GILDA 18# Sabar

377 30 0
                                    

Author POV

Seseorang yang kini sedang berada di pinggir kolam renang, ia memainkan gitarnya sambil mengeluarkan suara emas yang jarang sekali ia keluarkan.

Bulan terdampar di pelataran
Hati yang temarang
Matamu juga mata-mataku
Ada hasrat yang mungkin terlarang

Satu kata yang sulit terucap
Hingga batinku tersiksa,
Tuhan tolong aku jelaskanlah
Perasaanku berubah jadi cinta

Reef :

Tak bisa hatiku menafikkan cinta
Karena cinta tersirat bukan tersurat
Meski bibirku terus berkata tidak
Mataku terus pancarkan sinarnya…

Ku dapati diri makin tersesat
Saat kita bersama, Ooouuoo
Desah napas yang tak bisa dusta
Persahabatan berubah jadi cinta

Tak bisa hatiku menafikkan cinta
Karena cinta tersirat bukan tersurat
Meski bibirku terus berkata tidak
Mataku terus pancarkan sinarnya

Apa yang kita kini tengah rasakan
Mengapa tak kita coba tuk satukan 
Mungkin cobaan tuk persahabatan
Atau mungkin sebuah takdir Tuhan...

Ketika Andri telah selesai bernyanyi, tiba-tiba ia dikagetkan oleh seseorang hingga terkejut dan jatuh ke kolam renang.

“HAYOO!!!” jahil Adinda pada kakaknya. Adinda dan Tasya pun tertawa lepas. Ya, tanpa sepengetahuan Andri, dari tadi mereka berdua sedang mendengarkan Andri bernyanyi.

“Kampret! Baju gua basah semua Dinda!!”

“Hahaha.”

“Eaaa, lagu buat Tasya ya??” Andri tidak menjawab, ia pun naik ke atas yang membuat Adinda kesal dan mengerucutkan bibir karena di kacangi.

“Ditanya tuh, kak, sama Dinda.” kata Tasya.

“Lah ditanya apaan? Aku gak dengar.”

“Congek dasar!” ketus Adinda.

“Emang lo nanya apaan my honey.” tanya Andri dengan nada alay. Adinda yang mendengarnya pun bergidik geli dan pergi meninggalkan mereka berdua.

“Dih aneh.”

Tasya menyusul Adinda tetapi tangannya dicekal oleh. “Mau ke mana?”

“Nyusul Dinda.”

“Ninggalin aku?”

“Hehe, terus?”

“Aku mau ngomong serius sama kamu.”

“Ngomong apa?”

“Aku mau ganti baju.” jawab Andri polos yang membuat Tasya menyatukan alisnya.

“Itu yang di bilang serius?”

“Apanya?” lagi-lagi Andri dengan tampang polosnya yang benar-benar membuat Tasya jengkel.

‘Kok gua punya pacar begini amat yak.’ batin Tasya.

“Yang tadi.”

“Yang mana?”

“Ya Tuhan.. Beri hambamu kesabaran buat hadapin makhluk yang satu ini.” kata Tasya sambil mengangkat kedua tangannya ke atas seperti sedang berdoa. Sedangkan Andri mengerutkan dahi.

“Kok kamu ngomong begitu?”

“Tau ah!” kesal Tasya lalu meninggalkan Andri yang sedang melongo.

Gilda [ 𝓔𝓷𝓭 ]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora