GILDA 15# Berubah II

423 32 0
                                    

Gilang POV

Udah 3 hari Adinda gak mau ketemu sama gua, ya Allah ternyata sunyi rasanya kalo Adinda cuekin gua kayak gini. Jadi sapi, eh sepi maksudnya.

Kata teman-temannya Adinda sekarang dia berubah jadi pendiam hanya karena gua, ya ampun kayaknya gua bersalah banget sama dia. Kalo gua minta maaf, apa dia mau ngemaafin dan dengerin kata maaf gua? Boro-boro. Gua pengen ngejelasin yang sebenarnya aja dia gak mau ngedengerin, apa lagi kata maaf dari gua.

Oh iya by the way si Andri gimana tuh ya? Dia udah ngejelasin ke Adinda atau belum?

Drrtt.. Drrtt

Tiba-tiba ada panggilan masuk di hp gua, gua pun mengangkat telponnya.

“Halo?”

“...”

“Hah? Gak kedengeran.”

“...”

“Nggak, emang kenapa?”

“...”

“Lah ini siapa sih?”

“...”

“Oh elo.”

“…”

Kapan?

“...”

“Serius.”

“...”

“Otw.”

Tut..

Telepon diputuskan oleh gua, dan gua sekarang bersiap-siap menuju ke suatu tempat untuk menemui seseorang.

***

Author POV

“Din, bangun. Ayo sekolah.” kata Andri yang tengah membangunkan Adinda, tak lama kemudian Adinda mulai menerjapkan mata lalu ia langsung berjalan ke kamar mandi.

Andri yang masih terdiam, akhirnya ia keluar dari kamar Adinda lalu turun ke bawah untuk menunggu. Beberapa menit kemudian Adinda selesai mandi dan memakai seragam, ia turun ke bawah dengan wajah datar dan menatap tatapan kosong.

‘Baru kemarin lo bersuara, sekarang jadi pendiam lagi, Din.’ batin Andri.

Andri dan Agas yang melihat adiknya seperti itu jadi khawatir dengan perubahan Adinda. Andri yang berada di ruang makan pun tersadar melihat arah tujuan Adinda berjalan. Yang seharusnya Adinda sarapan terlebih dahulu, tetapi tidak, ia malah pergi menuju keluar.

“Din, lo gak sarapan dulu?” teriak Andri tetapi tidak ada jawaban.

“Adinda sarapan di sekolah aja, udah sana nanti telat. Jangan lupa nanti sampai sekolah suruh Adinda sarapan, kalo dia gak mau paksa aja.” pesan Agas dan mendapat anggukan dari Andri.

“Yaudah gua berangkat dulu.” pamit Andri sambil menyalami tangan Agas, dan ia menyusul Adinda yang sudah menunggu.

***

Setelah sampai sekolah, Andri memarkirkan motor. Ia pun terheran sejak kapan Adinda sudah tidak ada di motornya?

“Lah Adinda mana? Ketinggalan apa ya? Ah tapi gak mungkin.”

Andri bertanya pada diri sendiri, ia jadi bingung. Kini ia memutuskan ke kelas Adinda untuk memastikan kalau adiknya ada apa belum. Setelah di depan pintu kelas 8a, Andri melihat adiknya sedang dikerumuni sahabat-sahabatnya yang mungkin sedang bertanya-tanya dengan keadaan Adinda.

Gilda [ 𝓔𝓷𝓭 ]Where stories live. Discover now