GILDA 17# Stress

413 35 0
                                    

Dengan seperti ini, mungkin aku bisa memaksakan hati ini untuk dekat denganmu.

-Adinda Putri Anggraeny-

***

Adinda POV

Sekarang hari weekend, tapi gua kebablasan bangun siang karena semalam gua tidur jam 2 pagi karena begadang. Dan sekarang udah jam setengah 10 siang, bablas bener ya?

Gua langsung mandi dan pakai baju, habis itu gua turun ke bawah. Gua melihat di ruang keluarga sedang ramai karena ada The Boyot's. Kenapa mereka mainnya di ruang keluarga? Kenapa gak di ruang tamu? Dan sekarang mereka semua menatap gua yang sedang menuruni tangga.

“Halo kebo kesayangan gua…” sapa kak Andri, gua menatap tajam karena di bilang kebo.

“Elo kali yang kebo!” kak Andri hanya cengegesan, dan gua lanjut melangkah menuju meja makan.

Namun langkah gua terhenti sebentar karena ada yang memanggil nama gua, gua tahu betul siapa orang itu. Gua hanya mengabaikannya dan melanjutkan langkah gua tanpa menoleh atau menjawab, ya orang itu adalah Gilang.

Gua cuek bebek aja, jarak antara ruang keluarga dengan meja makan tidak terlalu jauh sehingga gua masih bisa melihatnya. Saat gua lagi makan, lama-lama gua jadi risih karena dilihatin seseorang.

Yang lainnya lagi pada ketawa-ketawa bercerita hal gak penting, tapi yang satu ini dari tadi ngelihatin gua lagi makan mulu, bukannya gua geer, tapi memang kenyataan karena gua bisa melihat dari sorot matanya.

“Lo ngapain sih ngelihatin gua mulu? Risih gua!” kata gua yang membuat lainnya ikut menoleh.

“Lo ngomong sama siapa, Din?” tanya kak Andri, ya elah nih si kunyuk ikut campur wae.

“Manusia!”

“Siapa? Manusia kan di sini banyak, jangan-jangan lo ngomong sendiri lagi kayak orgil. Wahh harus dibawa ke rumah sakit jiwa ini.” kata kak Andri.

Gua pun melempar sebiji buah anggur ke arahnya, dan pas banget buah anggurnya mengenai kepala dia.

“Nanggung amat kalo ngasih, kalo ngasih itu semuanya biar dimakan ramai-ramai, terus ini ngasihnya dilempar lagi. Nggak ikhlas banget, tapi gak papa deh, makasih ya.” katanya sambil memakan buah anggur yang gua lempar tadi.

“Apa lo lihat-lihat?!” kata gua dengan judes menatap Gilang yang sedari tadi masih aja ngelihatin gua.

“Lo cantik.” kata dia pelan, tetapi gua masih bisa mendengarnya. Gua pun pura-pura tidak dengar.

“Hah?”

“Ge-er banget lo, siapa juga yang ngelihatin. Orang gua lagi ngelihatin makanannya, kayaknya enak tuh.” elak dia.

“Alah bisa aja lo, Lang. Eh, Din, tadi itu Gilang bilang kalo lo cantik.” kata kak Rizky yang mulutnya langsung disumpal bantal sofa oleh Gilang.

Gua pun menahan tawa. Setelah selesai makan, gua menghampiri kak Andri.

“Kak, gua pergi main ya.” pamit gua dan mulai melangkah keluar tetapi tangan gua langsung ditahan.

“Eits, pergi ke mana? Lo gak boleh pergi!” tegas kak Andri.

“Gua mau ke rumah Mira, lama-lama boring gua kalo di rumah mulu.”

“Ke sana sendiri?”

“Iya lah.”

“Gak boleh!” Gua pun memohon dengan wajah melas. “Pliss kak...”

“Gak boleh, sayang!”

“Kak Andri ganteng deh.”

Gilda [ 𝓔𝓷𝓭 ]Where stories live. Discover now