GILDA 8# Mempertimbangkan Cinta

582 39 0
                                    

Aku sudah membukakan hati untuk dia sejak lama, tapi malu untuk mengakuinya. Hanya karena aku masih mempertimbangkan, hati mana yang sekarang harusnya aku pilih.

-Adinda Putri Anggraeny-

***

Mata mereka terbelalak saat mereka melihat sosok yang berpakaian putih di depannya.

Dan itu adalah...

“Pak Edi! Kagetin aja sih.” kata mereka berdua dengan kompak.

Yap! Pak Edi itu adalah satpam mereka yang sedang berjaga-jaga rumah setiap malam hari. “Non Adinda sama mas Andri lagi pada ngapain malam-malam di sini?” tanya Pak Edi.

“Panggil aja Andri kali, pak, gak usah pakai mas. Emang saya ikan mas?” kata Andri.

“Aku juga, panggilnya Adinda aja. Gak usah pakai non. sambung Adinda.

“Yaudah deh, kalian ngapain malam-malam di sini?”

“Kita mau nyar-- Aww.” Andri tiba-tiba mengaduh karena Adinda sengaja menginjak kakinya. “Sstt!” bisik Adinda.

“Mau apa?” tanya Pak Edi lagi.

“Kita cuma mau nyari teman kita. Katanya dia ada di sekitar sini, tapi-- eitss mampus gua!” kata Adinda yang tak sadar dan ia langsung mengatupkan mulut.

Andri berdecak dan memutar bola matanya malas. “Tadi mah gua aja yang ngasih tau jadi lo gak usah nginjak kaki gua!”

“Hehehe, maaf.”

“Apa?! Ada orang? Terus kapan dia masuk?” Pak Edi terkejut, Adinda dan Andri hanya mengedikkan bahu.

“Terus orang i--” kata Pak Edi yang belum selesai dengan omongannya.

“Hoaammm... Kita ke dalam dulu ya, pak. Udah ngantuk.” sela Andri yang berpura-pura mengantuk.

Karena kalau sudah mengobrol dengan Pak Edi, menjelaskannya harus panjang lebar. Ia juga orangnya banyak tanya, itu yang membuat mereka malas mengobrol dengan Pak Edi.

Adinda pun juga mengikuti Andri untuk berpura-pura mengantuk. Andri merangkul Adinda dan mereka pergi meninggalkan Pak Edi yang masih berdiam di tempat dengan wajah pongo.

“Lah? Belum selesai nanya udah ditinggal wae.”

***

Dari mana kalian? suara Agas terdengar ketika Adinda dan Andri masuk rumah. Tadi tuh pas aku chattan sama Gilang, kata Gilang dia ada di luar. Terus pas aku samperin ternyata bohong. jawab Adinda.

“Hahaha, terus?”

“Eh yang ada tadi kita malah disamperin sama putih-putih.” kata Andri.

“Iya, tapi ternyata itu Pak Edi.” sambung Adinda sambil memelas, Agas pun tertawa.

“Hahaha, lagian mau aja dibohongin Gila-aww aduh-aduh.” Agas langsung mendapatkan cubitan dari adiknya karena menertawai.

“Ketawa sono yang kencing!”

“Yang kencang!” kata Agas yang masih meringis. Adinda pun menambah cubitannya jadi kencang. “Aww sakit Dinda!”

“Katanya yang kencang.”

“Tadi cuma contoh. Seharusnya kamu bilangnya KENCANG bukan KENCING!” Karena kasihan, Adinda akhirnya melepaskan cubitannya.

“Hahaha, rasain lo diterkam sama macan!” celetuk Andri.

Gilda [ 𝓔𝓷𝓭 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang