1

4.5K 179 6
                                    



"Teeeeet" suara bel berbunyi

"5 Newton." kata seseorang sesaat setelah menekan bel dengan nada yang terburu buru.

Bukan salam yang dia ucapkan? Bukan, ini bukan bel rumah. Ini adalah final pertandingan fisika dengan seseorang yang bernama erlang yang saat ini sedang memimpin skor dengan perbedaan skor yang sedikit.

"Dewan juri, apakah jawaban dia benar?" tanya MC ke pada juri. Semua penonton terlihat tegang menyaksikan pertandingan tersebut karena sang jawara dua tahun berturut turut itu sedang berusaha mempertahankan juaranya lagi tahun ini.

Juri menganggukkan kepala sambil berkata "benar."

Sontak, semua penonton tepuk tangan dan bersorak ke Erlang, karena soal yang tadi merupakan soal terakhir, otomatis Erlang lagi-lagi yang mendapat juara satu di kompetisi ini.

**

Dengan memegang trofi, Erlang pun turun dari panggung, teman-temannya yang dari tadi di bawah menunggunya sontak menghampirinya untuk memberikan ucapan selamat.

"Selamat, yah."

"Selamat, kak."

"Kakak hebat!"

"Kamu makan apa sih, kok hebat banget."

"Kakak mau jadi pacarku, nggak?"

Karena banyak yang berebutan untuk bersalaman, Erlang menjadi kewalahan sampai-sampai dia tidak mengenali siapa yang mengucapkan selamat. Dia hanya menyalami mereka satu-persatu.

Setelah kerumunan penggemar Erlang perlahan-lahan berkurang, dua orang yang memiliki tubuh jauh lebih tinggi dari Erlang menghampirinya. Mereka adalah sahabat dari Erlang.

"Gak usah gue kasih selamat, yah. Soalnya setiap elo lomba elo yang menang terus, sih. Bosan gue." Ucap Bayu. Sementara Erlang hanya tersenyum simpul mendengar sahabarnya itu.

"Gue nggak pernah ngeraguin kemampuan elo." Sambung Satria.

Sementara Erlang hanya tersenyum sambil berkata "Biasa saja."

**

Malam hari

Jari jemari Erlang saat ini sedang asik mengetikkan sesuatu di laptopnya, padahal dia baru tiba di rumah 2 jam yang lalu. Erlang sedang mengerjakan essay yang merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh beasiswa di Singapura, itu merupakan impian Erlang sejak lama, yaitu menempuh pendidikan di National University of Singapore.

Di tengah-tengah dia sedang mengerjakan essay-nya, Ibu Erlang masuk ke dalam kamar sambil membawa nampan yang berisi segelas susu dan kue.

"Belum istirahat? Padahal baru pulang tadi, batas pengumpulan berkasnya, kan masih lama." kata ibu Erlang sambil menaruh nampan di atas meja belajar.

"Kebetulan sekarang ada inspirasi, bu. Jadi Erlang kerja saja."

Ibunya tidak menjawab apa-apa, Ia hanya melihat ke arah laptop erlang. Tak lama kemudian, ibunya kembali berkata.

"Tidak terasa, anak ibu sudah kelas dua belas. Sebentar lagi mau kuliah. Tinggal Ibu dan Ayah saja nantinya di rumah." Sambil mengelus kepala Erlang, terdapat ekspresi kesedihan karena karena anak bungsunya itu nantinya akan pergi untuk menempuh pendidikan di tempat yang jauh.

Erlang tersenyum saja mendengar perkataan ibunya tadi.

"Ibu keluar dulu, ya. Jangan lupa susunya diminum. Tidurnya jangan kemalaman, dan jangan lupa! Pintunya dikunci." kata ibunya yang bisa dibilang hampir setiap hari dia ucapkan, karena anaknya itu terkadang sering tidak mengerjakannya.

[COMPLETED] My Jenius Boyfriend Where stories live. Discover now