9

1.1K 60 0
                                    

Author POV

Sekarang sedang dilaksanakan upacara bendera, dan sekarang adalah pengumuman atas hasil lomba yang di dapat Erlang beberapa waktu lalu, dan hal ini terkadang membuat beberapa siswa kesal karena lamanya upacara pasti bertambah.

"Sepertinya saingan lo berat kali ini." kata Cinta yang melihat Erlang dan Andien berfoto bersama guru-guru yang lain.

"Sudah pinter, cantik lagi." Puji Zalza. Mereka bertiga, Airin, Zalza dan Cinta berada di barisan paling belakang.

"Gue juga cantik kok. Lebih cantik gue malahan." Kata Airin dengan percaya diri.

"Cantik, tapi lo nggak pinter seperti dia." Kata Zalza yang disertai tawa bersama dengan Cinta.

"Hushhh." kata Cinta dengan telunjuknya di depan bibir.

"Nanti pak Rizal kesini lagi." sambung Cinta dengan suara yang dipelankan sambil tangannya mengarah ke pak Rizal yang sedang mengawasi siswa barisan belakang.

Mereka berdua pun tertawa cekikikan.

"Sialan lo." umpat Airin.

"Gue bisa dapetin dia kok. Gue yakin!" Sambungnya.

"Serasi banget yah mereka." goda Cinta.

"Kayaknya mereka pacaran, deh." tambah Zalza sambil tertawa cekikikan.

"Kalau mereka pacaran pasti keren banget! Dua-duanya jago fisika." Sambung Zalza.

"Yah, kalau mereka berdua pacaran gue bisa rebut dia kok." kata Airin.

"Yang dulunya korban, sekarang ingin menjadi pelaku" kata Cinta yang membuat tawa Zalza dan Cinta meledak.

"Ekhmmm." terdengar suara berat yang sangat dikenali di SMA Sebelas, siapa lagi kalau bukan dari pak Rizal. Sontak, mereka bertiga yang dari tadi mengobrol tiba-tiba terdiam dan membeku ditempat.

**

Airin POV

Hari ini lagi-lagi pelajaran pak Rahmat. Maklum, aku, kan anak IPS, jadi pelajaran sejarahnya lebih lama dari anak IPA, dan lagi-lagi gue harus duduk berpisah dari dua cewek centil itu. Dengan penuh kebosanan, gue hanya mencorat coret tidak jelas bagian belakang buku tulis gue. Entah sudah berapa lembar yang gue habisin saking bosannya.

Kapan selesai yah pelajarannya? Karena bosan, gue nggak sengaja mengalihkan pandangan ke arah jendela, dan tebak apa yang gue dapat? Gue melihat Erlang! Terlihat dia sedang fokus menatap ke papan tulis. Gue baru tahu ternyata kelas dia berada di seberang. Kemana aja gue selama ini? Damn, dia manis banget kalau lagi serius, sumpah! Bisa-bisa gue kena meningitis lagi. itu tuh penyakit kalau kebanyakan gula. Ehh, gue salah yah. Lupakan! Rasanya gue pengen ucapin terima kasih banyak ke pak Rahmat karena mindahin gue ke sini. Tapi, gue masih berpikir. Bagaimana cara mendekat ke dia, yah? Bisa-bisa gue kehabisan waktu lagi, gue nggak mempermasalahkan uang gue sih. Tapi, bagaimana dengan harga diri gue di depan Cinta dan Zalza?

Berpikir! Berpikir bagaimana cara buat dapetin dia. Tapi, bagaimana, yah?

Di tengah gue berpikir bagaimana cara mendapatkan hatinya, tiba-tiba saja terdengar suara bel tanda istirahat telah berbunyi. Akhirnya pelajaran sejarah selesai juga. Gue mengalihkan pandangan ke jendela dan disitu gue melihat dia sedang merapikan buku-bukunya lalu memasukannya ke dalam tas. Saat dia berbalik, tidak sengaja mata gue dan dia bertemu. Dengan spontan, gue memberikan seyuman terbaik gue, seyuman yang katanya membuat banyak cowok melting, yang konon katanya juga dapat membuat gay kembali ke jalan yang lurus dan demen sama cewek lagi. Sayangnya, bukannya membalas, ia malah mengabaikan senyuman gue, tanpa raut bersalah dia hanya menampilkan wajah datar lalu memalingkan wajahnya kemudian kembali menghadap ke depan. Ehh, dia itu normal nggak sih?

Benar kata Cinta dan Zalza, dia agak susah dideketin. Sepertinya gue harus usaha lebih kali ini. Apa sih yang nggak bisa dari Airin?

"Oke anak-anak, pelajaran kita lanjutkan minggu depan." Kata pak Rahmat. Ini, nih kata-kata yang dari tadi gue tunggu. Setelah itu, pak Rahmat lalu merapikan buku-bukunya kemudian keluar dari kelas.

**

Apa gue harus pintar juga yah seperti dia biar dia lihat sekali-kali ke gue? Gue masih berpikir keras bagaimana caranya agar gue bisa dapetin dia sambil metatap langit-langit kamar gue.

Oh, gue ada ide! Gue lalu mengambil hp yang ada di tergeletak di samping gue. Sambil berbaring, gue iseng-iseng buka google mencari cara mendekati cowok pendiam. Siapa tahu ada tipsnya disitu. Iya, kan?

Pertama, yang gue dapat cara mendekati cowok cuek adalah dengan setia mengecek akun sosial media miliknya. Oke, mungkin setelah ini gue harus mencari akun sosial media milik Erlang.

Oke, lanjut ke tips nomor dua, disini mengatakan gue harus bercerita tentang apa yang ia suka. Gue tahu! Dia itu pinter, dia suka pelajaran fisika, dan dia sangat jago itu. Tapi masalahnya, masa gue harus belajar fisika juga sih demi bisa buka obrolan dengan dia aja? Oke, gue harus berusaha, mungkin ada topik pembicaraan lain yang bisa gue bahas dengan dia. Dia, kan pinter. Jadi ada banyak topik yang bisa gue bahas sama Erlang, tapi pasti topiknya agak berat kali, ya.

Ehh, tapi nggak mungkin juga kan gue debat masalah orde baru itu bagus atau nggak. Btw, gue sempat simak pelajaran pak rahmat tadi, ya! Jadi gue juga tahu, walaupun sedikit.

Tips ketiga yang gue dapat, katanya gue harus sering sering meminta pendapatnya. Oke, mungkin bisa dimasukkan ke dalam daftar.

Selanjutnya, disini mengatakan karena dianya yang pendiam, maka gue harus bawel. Oke, boleh dicoba juga yang ini.

Disini, ada juga yang mengatakan cowok pintar biasanya suka dengan cewek yang menyukai hal yang sama dengan dirinya. Gue udah bilang tadi, enggak mungkin, kan gue belajar fisika juga? Kalau yang ini bisa-bisa gue kalah sama Andien lagi.

Selanjutnya yang gue dapat, cowok cerdas cenderung menyukai cewek cerdas. Aduh, kalau yang ini kayaknya gue nggak bisa, deh. Tapi, bagaimanapun caranya gue harus berusaha.

Tips terakhir, jangan menyerah. Nggak mungkin kok gue menyerah, nggak ada kata nyerah dalam kamus hidup Airin.

Setelah berkeliling-keliling di google, gue kemudian membuka instagram. Tadaaa, baru gue buka gue udah dapet sesuatu! Bayu baru saja memposting sebuah foto bersama teman-temannya. Pastinya disitu ada Erlang, Bayu men-tag Erlang berserta teman-temannya yang lain. Baru tahu gue Erlang punya instagram. Gue pun berniat untuk stalk akunnya. Dan, tada! Tidak ada satu pun yang dia post. Ada sih, itu pun hanya satu, dan bukan foto dia. Foto salah satu ilmuwan, kalau nggak salah itu Stepen Hawking dan ada kata-kata dalam bahasa inggris yang tertulis di foto itu. Jangan tanya! Gue tidak tahu artinya. Hmmm, sepertinya tips nomor satu tadi tidak berlaku untuk Erlang, jadi hilangkan dari daftar. Setelah itu, gue kemudian beralih ke akun Bayu, ternyata cukup banyak foto Bayu bersama Erlang disini, bersama temannya yang lain juga, sih. Gue pake untuk apa hp gue selama ini? Kok baru nyadar, sih. Gue sudah lama follow Bayu, lumayan kenal malahan. Dulu gue pernah punya kerjaan sama dia. Kita berdua pernah jadi model dalam rubrik remaja sebuah majalah waktu kelas sepuluh dulu, walaupun majalah lokal tapi lumayan naikin nama gue dan Bayu sih. Tapi nggak tahu mengapa Bayu nggak pernah lanjutin jadi model, padahal banyak, loh yang minta ke gue kontaknya untuk dipanggil. Sayang tuh muka seganteng itu nggak dipake.

Kalau mereka berempat berkumpul, orang-orang pasti pertama kali melihat Bayu. Tapi, kalau orang suka, kan nggak mandang fisik. Tapi, bukan berarti Erlang jelek loh, ganteng malahan. Orang-orang kurang sadar aja karena dia sering dekat dengan orang yang gantengnya lebih, jadi kek tenggelam gitu gantengnya.

Gue akuin, gue merasa mulai jauh cinta dengan Erlang. Walaupun gue masih malu untuk ngakuin ke Zalza dan Cinta sih. Mau kemana harga diri gue kalau dia tau gue jatuh cinta sama bahan taruhan sendiri.

Jadi lebih baik saja gue tetap bohong ke mereka.

**

[COMPLETED] My Jenius Boyfriend Where stories live. Discover now