21

940 50 2
                                    

Erlang POV

"Lang, kita makan dimana?" tanya Andien. Andien tadi mengajakku untuk ke toko buku. Dengan masih mengenakan seragam sekolah, aku langsung menuju tempat ini selepas pelajaran jam terakhir selesai.

Sekarang kami berdua baru selesai berbelanja. Sekarang kantung plastik yang kupegang sudah berisi beberapa novel keluaran terbaru. Sebagian besar novel yang kumiliki bergenre detektif dan sciense fiction, itu adalah favoritku.

Sherlock holmes, harry potter,...., fifty shades of.... Lupakan! Aku pernah tidak sengaja membaca itu.

Andien adalah teman yang baik jika diajak ke toko buku, dan ini pertama kalinya aku merasa nyambung dengan perempuan. Sejujurnya, aku lebih nyambung berbicara dengan Andien kalau dibandingkan dengan Airin. Tapi Airin ngambungnya di hati, hahahah.

"Lang? Kenapa lo senyum-senyum sendiri?" perkataan Andien tiba-tiba menghancurkan lamunanku.

"iya?" aku terkejut dibuatnya.

"Jarang gue lihat lo senyum segitunya."

Aku menggaruk kepala, walaupun tidak gatal. "Kamu bliang apa yang sebelumnya?" aku berusaha mengembalikan kondisi seperti tadi.

"Kita mau makan dimana?"

"Apapun selain makanan jepang atau seafood." Aku tidak mau seperi waktu aku jalan dengan Airin sebelumnya. Jadi, aku sebutkan makanan yang tidak aku sukai. Iya, aku tidak suka dengan apapun yang berhubungan dengan ikan dan sejenisnya. Bukannya aku alergi, aku hanya tidak suka.

"Oke, mau seperi yang sebelumnya? Waktu kita rame-rame dulu?"

Aku hanya menganggukkan kepala tanda setuju.

"Sebenarnya gue pengen ngajak elo minggu lalu. Tapi, akhir-akhir ini setiap weekend gue nemenin nenek gue di rumah sakit."

Aku tidak berkata apa-apa, lalu setelah itu melanjutkan memasukkan pasta ini ke mulutku. Toh, ini hanya pernyataan.

"Karena kebetulan sekarang bukan weekend, jadi sekarang giliran sepupu gue yang jagain nenek."

Aku hanya menganggukkan kepala. Terjawab juga pertanyaanku, walaupun aku tidak bertayanya. Atau dia tahu isi kepalaku?

Aku kemudian melanjutkan makanku, dan aku lihat Andien lalu mengambil ponselnya yang dia letakkan dari tadi di atas meja kemudian memainkannya. Aku tidak tahu apa yang dia buka, dan aku tidak mau tahu. Aku hanya fokus menghabiskan makananku ini.

Aku harus menunggu Andien menghabiskan makanannya selama beberapa menit, dia makan sangat lambat dan diperlambat lagi dengan dia memainkan ponselnya tadi.

"Sudah hampir malam. Bisa dipercepat makannya?" Sudah tepat, kan kata-kataku? Aku berusaha agar tidak menyinggung perasaannya. Aku terkadang berusaha seperti Bayu, tetapi tidak bisa, aku terlalu takut itu akan penyinggung perasaan orang.

"Ehh, Iya. Tunggu!" Kata Andien yang kemudian mempercepat makannya.

Aku dibuat menggelengkan kepala melihatnya. Dasar wanita! Oke, ralat. Dasar Andien! Karena tidak semua wanita begitu, dan terlalu sensitif untuk membahas gender disini. Untunglah Airin tidak makan selambat ini, dan aku suka dia karena selama aku jalan sama dia dia tidak pernah menggunakan ponselnya.

**

[COMPLETED] My Jenius Boyfriend Where stories live. Discover now