12

1K 54 0
                                    

Erlang POV

"Siapa yang punya ini?" aku baru saja menemukan kue cokelat di dalam laci mejaku. Sebenarnya sudah beberapa kali aku dapat hal seperti ini, tetapi aku masih belum tahu siapa pengirimnya, dan baru kali ini ada yang mengirim kue, biasanya cokelat. Sebenarnya aku tidak tahu siapa yang pemilik benda ini, tetapi Bayu selalu bilang "ambil saja, anggap saja itu hadiah."

Aku menaruh kue itu di atas meja dan tak lama kemudian terdengar suara tawa yang berasal dari luar kelas yang perlahan-lahan semakin jelas suara siapa itu. Siapa lagi kalau bukan Bayu, Dika dan Satria, mereka lanngsung muncul dari balik pintu kemudian berjalan menuju tempat ku sekarang dan terlihat Bayu dan Dika sudah tidak mengenakan tasnya.

"Lo yang bawa ini?" tanya Bayu sesaat setelah melihat kue cokelat yang ada di atas mejaku, sementara Satria langsung duduk di sampingku.

Aku hanya menggelengkan kepala.

Bayu hanya ber-oh saja kemudian berkata "Gue buka, yah!"

Aku belum bilang iya, Bayu sudah mengambil kemudian membuka kotak plastik transparan itu. Itu sebenarnya sudah hal yang biasa selama aku mengenal Bayu, jadi harap dimaklumi.

"Enak juga." Komentar Bayu, yang disusul Satria dan Dika yang mengambil sepotong, sementara aku belum mencobanya sedikit pun. Aku terkadang sengaja terakhir memakan ini semua, untuk jaga-jaga siapa tahu makanan ini tidak aman. Apalagi ini tidak diketahui siapa pengirimnya. Walaupun sebenarnya Bayu dan Satria adalah tester yang buruk. Mereka bahkan tidak bisa membedakan makanan yang sudah basi. Asalkan kau tidak bilang-bilang itu sudah basi pasti mereka berdua makan, dan itu pernah terjadi waktu acara persami dulu, saat nasinya mau diambil kembali sama panitia karena tidak layak konsumsi, mereka berdua sudah menghabiskannya.

"Lo nggak mau, Lang?" tanya Satria dengan mulut penuh dengan makanan.

"Sisakan satu saja." Kalau tidak ada hal yang buruk terjadi sama mereka, yah aku memakannya, tapi jangan beri tahu mereka tentang alasanku ini!

"Sepertinya gue harus tahu siapa yang kirim ini. Gue pengen minta lagi, soalnya." Kata Bayu yang saat ini sudah menghabiskan tiga potong.

"Enak juga, yah punya fans." Komentar Dika.

"Banyak yang kasi hadiah." Sambungnya.

"Iya, nggak kek elo yang keluar modal melulu." Balas bayu sambil menarik sapu tangan yang aku genggam. Baru aku mau mencegahnya dan menariknya kembali, dia sudah telanjur mengelap mulutnya.

"Gue pake, yah. Lang." Kata Bayu yang saat ini mengembalikan satu tangan milikku. Dia baru minta izin disaat dia ingin mengembalikannya.

Aku hanya menggelengkan kepala melihat kebiasaan Bayu ini, tapi untung aku masih punya beberapa stok sapu tangan di tas.

**

Airin POV

Gue sekarang sedang berjalan di sepanjang koridor kelas dua belas dengan perlahan-lahan. Gue tadi habis dari toilet, dan sekarang gue pengen balik ke kelas. By the way, pak Rizal yang sekarang mengajar di kelas. Jadi tahu kan, kenapa gue jalan lambat.

"Kamu makin cantik aja. Aku jadi tambah sayang, deh." Gue kenal suara itu, sontak gue menoleh ke sumbernya dan benar! Itu adalah suara Jayden. Dia sedang berduaan dengan Karin. Mereka duduk di taman dengan posisi membelakangi gue. Gue melambatkan langkah kaki gue karena gue pengen nguping pembicaraan mereka.

"Gombal." Jawab Karin manja.

Aduh, rasanya gue pengen samperin si Karin terus tarik telinganya. Gue pengen teriak "DIA JUGA PERNAH BILANG GITU KE GUE!"

Mau aja lo dibegoin sama tuh cowok.

Tapi biarin, gue nggak peduli. Tunggu saja dia dilepeh kek gue. Nggak sabar gue tunggu dramanya.

"Sayang."

"Ada apa, yang?"

"Nggak tahu kenapa kamu itu seperti AC, sejuk banget hatiku kalau di sampingmu."

"Gombal." Balas Karin manja sambil mencubit lengan Jayden. Sini, gue pengen cubit Jayden juga. Cubit pake tang maksud gue.

Rasanya gue pengen siram mereka berdua pake ember di belakang mereka. Menjijikan banget, ewh.

Gue baru sadar, ternyata kalau kita yang melihatnya menjijikan juga digituin, soalnya Jayden pernah gombalin gue kek gitu.

Dari pada gue semakin jijik disini, gue memilih mempercepat langkah gue ke kelas. Sakling kerasnya terdengar banget langkah kaki gue itu, gue nggak tahu. Apakah mereka berdua sudah sadar dengan kehadiran gue?

Gue masuk ke dalam kelas dengan kelas dengan langkah seperti tadi. Sontak gue langsung berjalan menjadi menuju meja gue dengan perasaan awkward karena pak Rizal menghentikan penjelasaanya sejenak terus melihat gue dengan tatapan yang tajam, begitu pun dengan orang-orang sekelas melihat gue dengan tatapan heran.

Sejak gue pendekatan dengan Erlang, gue sudah memutuskan untuk menetap di bangku depan samping jendela. Sudah tahu kan, tujuan gue? Dan selalu saja dia menutup tirai di kelasnya, padahal dulu nggak seperti itu, lho.

Oke, aku harus kembali ke dunia nyata! Pak Rizal sedang menjelaskan dan gue harus tidur. Atau paling nggak gue mencatat catatan yang di samping gue.

**

[COMPLETED] My Jenius Boyfriend Where stories live. Discover now