20

1K 51 0
                                    

Airin POV

"SERIUS, LOH?" tanya Zalza dengan suara yang keras yang membuat seisi kelas menoleh ke kami bertiga. Sontak gue langsung melotot ke Zalza.

"Gak usah pake urat juga, kali. Dan juga gue harap elo nggak usah ribut, ok?"

"Oki doki!" seru Zalza dengan volume suara yang lebih kecil dari yang tadi, tetapi masih besar juga. Oiya, kapan, sih suara Zalza itu kecil.

Gue melototin mata sambil berkata dengan tekanan "Gue harap elo diam dan simak aja yang gue bilang. JANGAN MEMANCING ORANG-ORANG SEKELAS!"

"Gue bawain elo kak Aldo kalau elo masih ribut." Sambung gue dengan nada mengancam.

Sontak Zalza langsung terkejut mendengar ancaman gue. Memang itu ancaman paling ampuh gue untuk Zalza, dan memang benar gue pernah bawa kak Aldo ke dia.

"Jadi, beneran, nih elo sudah jadian sama Erlang?" tanya Zalza dengan suara berbisik, syukurlah.

Gue hanya menganggukkan kepala.

"What!" kata Zalza dan Cinta secara bersamaan sambil melongo.

"Hebat, kan gue." kata gue sambil kibas-kibas rambut.

"Oiya, gue harap elo berdua nggak usah ribut soal ini, kan hanya pacaran boongan." Kata gue yang sebenarnya nggak sesuai dengan realita.

"No pict hoax." Kata Cinta.

Gue hanya memutar bola mata malas.

"Lo tahu, kan. Gue beberapa kali jalan sama dia. Jadi, ini sudah cukup jadi bukti, kan?"

"Lagi pula, nih. Erlang nggak suka berfoto." Gue jujur disini, Erlang pernah nolak waktu gue ajak foto berdua.

"Jadi, hari minggu kita ke starbukcs, yah!" sambung gue sambil menampilkan senyum penuh kemenangan.

"Gue masih setengah percaya dengan elo." Kata Cinta dengan wajah penuh kecurigaan.

Gue lalu merogoh saku baju gue kemudian mengambil HP kemudian menyerahkannya ke Cinta "Mungkin ini ada sedikit bukti."

Gue kasi lihat chat gue sama Erlang yang nggak seberapa banyak dan penting itu. Karena memang hubungan gue dan Erlang itu di dunia nyata, NGGAK DI DUNIA MAYA!

"Sebenarnya, sih gue masih belum percaya sepenuhnya. Tetapi, gue pengen tahu bagaimana jalan ceritanya hingga elo bisa Erlang nembak elo yang notabene pengalaman kerjanya aja nggak ada sama sekali."

"Iya, sih. Dia nembak gue dengan nggak ngucapin 'elo mau nggak jadi pacar gue.' Nggak gitu cara dia nembak gue. dia pidato kenegaraan dulu, malah."

"Tapi intinya gue sudah official sama dia. Jadi, gue hebat, kan?"

"Airin dilawan." Sambung gue dengan ekspresi penuh kebanggaan.

"Iya! Iya! Gue akuin elo hebat." Kata Cinta.

"Jadi setelah ini mau dibawa kemana hubungan elo itu."

Gue berfikir sejenak sebelum menjawab "gue putusin dia, kan?"

Erlang, kan bilang untuk ngerahasian hubungan kita berdua. Jadi, maaf gue lagi-lagi harus berbohong.

"Teman-teman, setelah istirahat Ibu Sri nggak masuk. Jadi, katanya kerja halaman seratus sepuluh!" seru Farhan yang baru saja masuk ke kelas.

"Ke kantin dulu, yuk!" ajak Zalza.

"Mumpung jam setelah istirahat kosong."

"Oke, tapi elo yang bayar, yah!"

"Hmmm." Jawab Zalza malas.

Gue hanya nyengir mendengarnya.

**

"Ihhh, apaan sih elo. Lepasin!" tolak gue sambil melepas rangkulan dari Farel. Sementara Zalza dan Cinta hanya nyengir lihat gue sambil terus berjalan ke parkiran.

"Lagipula elo jomblo, kan? Jadi nggak bakalan ada yang cemburu." Kata Farel yang kembali ngerangkul bahu gue yang membuat gue semakin ilfeel sama dia.

Farel, mantan gue sebelum kak Devan. Gue putusin dia dengan alasan yang nggak jauh beda dengan kasus Zalza, Farel terlalu posesif dan sering banget ngatur hidup gue.

Saat gue tengah jalan ke parkiran, gue lihat Erlang sedang berjalan sambil menenteng buku. Sepertinya dia habis dari perpustakaan, dan sialnya lagi mata kami berdua sempat bertemu dan buruknya lagi dia lihat gue dirangkul sama Farel.

Zalza dan Cinta berdehem saat melihat gue bertatapan dengan Erlang. Sontak gue langsung melepas rangkulan Farel dengan keras kemudian berjalan cepat ke mobil Cinta.

Farel tetap saja ngikutin gue dan berusaha nyamain langkah gue. Sontak gue berhenti kemudian menatapnya "Jangan ganggu gue lagi! kalaupun elo ngajak balikan gue nggak mau dan NGGAK AKAN!"

"Gue janji, Rin. Gue nggak akan ...."

"NGGAK!" potong gue.

"Pergi sana!" Usir gue yang setelah itu Farel pun ninggalin gue.

Gue lalu membuka pintu mobil Cinta kemudian duduk di kursi samping kemudi. Tak lama kemudian Cinta dan Zalza masuk ke mobil. Cinta kemudian menyalakan mesin mobil lalu membawa kami keluar dari sekolah.

"Upsss, kalian terciduk tadi." Zalza lalu buka suara.

Gue hanya berdehem, sementara Cinta masih fokus mengemudi.

"Bisa-bisa Erlang putusin elo." Sambung Zalza.

"Itu, kan mau elo." Kata gue yang kemudian merogoh baju sekolah gue lalu mengambil hp gue untuk klarif ke Erlang.

Gue lalu mengetikkan pesan ke Erlang.

"Erlang?"

Oke, gue bodoh. Mana mungkin Erlang membaca chat gue. Dia nggak pernah bawa hp ke sekolah.

**

"Aku percaya dengan kamu."

Gue langsung lega sesaat setelah Erlang kirimin gue pesan ini. Dia kirimin gue tiga jam setelah gue kirim pesan yang tadi.

"Terima kasih, Lang :)"

"Aku tidak suka dia, kok. Dia saja yang langsung rangkul-rangkul tanpa izin."

Hingga beberapa menit kemudian, Erlang tidak membalas sepatah kata pun, dia hanya membacanya saja.

**

[COMPLETED] My Jenius Boyfriend Where stories live. Discover now