26

903 45 0
                                    

Erlang POV

"Gak apa-apa lah kita juara dua. Gue sudah senang banget." Kata Satria dengan ekspresi bahagia sambil memegang trofi.

"Maaf, yah. Karena tadi gue salah jadinya kita hanya bisa dapat juara dua. Padahal tadi bisa banget kita dapat juara satu." Kata Dika. Dika tadi melakukan beberapa kali kesalahan dalam menjawab soal yang menyebabkan tim kami tadi beberapa kali mengalami pengurangan nilai.

"Ngak apa-apa kok. Belum waktu kita juara satu." Kata Satria.

"Sebenarnya gue kurang rela, sih dapat juara dua. Tapi, yah mau diapakan lagi." Sambung Bayu yang saat ini memegang plakat.

"Sudah bagus kita bawa pulang piala." Sambungku.

**

Sudah beberapa menit aku duduk diam di kursi ini memandangi temanku yang sedang sibuk dengan kegiatannya masing-masing setelah turun dari panggung tadi untuk menerima trofi. Ada yang mengajak berfoto, diajak berfoto atau berfoto sendiri. Banyak perempuan yang mengantri untuk berfoto dengan Bayu, sedangkan Satria aku lihat dia beberapa kali minta foto dengan peserta perempuan dari sekolah lain. Beda dengan Dika, dia hanya berfoto dengan Gadis saja dan sekarang aku lihat mereka berdua sedang asyik mengobrol. Sebenarnya ada juga yang mengajak aku berfoto, hanya beberapa orang dan tidak sebanyak Bayu.

Bisa dibilang perlombaan juga bisa jadi ajang mencari pacar. Ada beberapa temanku yang mendapat pacar disini, dan sebagian dari mereka ada yang masih lanjut hingga sekarang.

Aku? Tidak. Aku hanya menjadikan lomba sebagai kesenangan dan tidak pernah terlintas pikiranku untuk berpacaran waktu itu.

Lagi pula, aku sudah punya Airin, kan?

Aku dari tadi hanya mengamati mereka semua, aku ingin mengirim chat ke Airin tetapi aku ingat ternyata ini jadwal dia bimbel dan aku tidak mau mengganggunya.

"Diam, aja lo dari tadi." Kata Bayu yang tiba-tiba menghampiriku.

Aku tidak menjawab apa-apa, hanya melirik sekejap saja. Kemudian Bayu menggeser kursi lalu duduk di sampingku. Setelah itu tidak ada percakapan terjadi diantara kita berdua.

Aku sempat melirik ke arah Bayu dan ternyata dia sedang melakukan kebiasaan buruknya. Dia sedang senyum ke para perempuan. Bukan jenis senyuman yang menunjukkan kita ramah ke orang-orang, senyuman yang dia perlihatkan ini lebih tepat ke arah senyuman menggoda dan terkadang dia menaikkan alisnya atau mengedipkan matanya. Aku dibuat menggelengkan kepala melihatnya. Mirisnya lagi dia sempat mengedipkan mata ke salah satu laki-laki dan laki-laki itu terlihat memerah. Aku hanya bisa mengusap wajahku lalu meninju lengan Bayu. Bayu langsung mengaduh kemudian aku berkata "Tidak hilang juga kebiasaan kamu, tidak takut kamu kejadian waktu SMP terjadi lagi."

Bayu hanya terkekeh mendengar perkataanku. Iya, Aku dan Bayu punya pengalaman buruk gara-gara hobinya yang sering menggoda orang itu.

Flashback

Pada saat itu aku dan Bayu masih kelas tiga SMP. Kami berdua pergi ke pasar sepulang untuk belanja keperluan pelajaran prakarya. Bukan Bayu namanya kalau tidak tebar pesona ke orang-orang, dia menatap orang-orang kemudian tersenyum dan terkadang memainkan alisnya. Mulai dari gadis remaja, ibu-ibu, tante-tante, bahkan nenek-nenek, aku merasa malu berada di dekat dia. Aku meninju lengan Bayu, dan dia tidak merespon, hanya mengaduh saja dan berkata "Kita harus ramah ke semua orang, dan lo tahu, kan senyum itu ibadah."

"Senyum ya senyum, tapi tidak begitu juga kali." Balasku.

Dia tetap saja begitu dan tersenyum ke semua orang sepanjang kami berdua menyusuri lorong-lorong di pasar. Aku merasa malu berada di dekatnya.

Ada yang dari hanya tersenyum simpul melihatnya, ada yang tersipu malu, atau bahkan ada yang sampai mencubit pipi Bayu. Aku kembali dibuat menggelengkan kepala melihatnya.

Bukan hanya perempuan, waktu dia sempat menggoda seorang waria. Kau tahu apa respon orang itu? Dia tersipu malu lalu menujukkan wajah centil sambil berkata "Aduh, gantengnya! Jadi pengen cium."

Dia lalu berjalan mendekati kami berdua sengan tangan terbuka seakan-akan ingin memeluk Bayu. Sontak melihat orang itu mendekat, tanpa ancang-ancang Bayu langsung lari meninggalkanku. Karena takut aku yang jadi korban, aku pun ikut lari menyusul Bayu. Sementara orang itu aku lihat saat balik ke belakang dia juga lari mengejar Bayu. Melihat itu, aku berlari semakin kencang hingga sejajar dengan Bayu.

Aku dan Bayu berlari hampir menyusuri seluruh area pasar, gara-gara itu kami berdua menjadi pusat perhatian.

Orang itu berhenti mengejar kami waktu aku dan Bayu bersembunyi di bawah meja penjual ikan. Badan penuh keringat, bernapas tida teratur ditambah lagi bau amis dimana-mana.

"Gara-gara ....." Kataku yang tergantung di akhir karena Bayu menutup mulutku dengan tangan kirinya sambil berkata "diam!" dengan suara yang dikecilkan.

"Aduhh, dimana ganteng ku itu?" Aku mendengar suara orang itu. Aku semakin deg-degan dan berdoa semoga orang itu tidak menemukan persembunyianku atau semoga tidak ada orang yang memberi tahu dia.

"Sudah pulang mereka, baru ke naik angkot tadi." Kata ibu-ibu yang tempatnya aku pakai bersembunyi kepada orang itu. Huft, aku menjadi sedikit lega mendengarkannya.

Setelah beberapa saat, mungkin orang itu sudah pergi. Ibu-ibu penjual itu kembali berkata "Sudah aman."

Flashback End

Aku sering tersenyum sendiri ketika teringat kembali dengan kejadian itu, terkadang juga aku ngeri.

"Sudah puas ngedatenya?" sindir Bayu saat Dika datang menghampiri kami berdua. Sementara Dika hanya terkekeh mendengarnya.

"Pulang, yuk! Sudah malam, nih." Kata Satria yang menghampiri kami bertiga.

"Sudah puas cari ceweknya?" Sindir Bayu.

"Yaelah baru segini, lo dari tadi tebar pesona sama semua cewek." Balas Satria.

"Kita cari makan dulu, yuk!" Ajak Satria.

**

[COMPLETED] My Jenius Boyfriend Where stories live. Discover now