28

851 46 0
                                    

Airin POV

"Lang, bisa temenin aku sebentar belanja, tidak?"

Erlang yang saat ini sedang sibuk makan kemudian melihat gue lalu menganggukkan kepala. Iya gue sekarang lagi jalan sama Erlang dan saat ini emang gue lagi makan.

Makan, makan, dan makan. Gue harap elo nggak bosan dengan cerita gue yang gini-gini aja sama Erlang. Mungkin ini risiko gue pacaran dengan orang yang nggak pernah pacaran sebelumnya. Jadi, hubungan gue sama dia cenderung datar-datar saja, dan dia belum pernah nunjukin sikap romantasnya ke gue. Ehh, ada sih, itu pun kalau elo nganggap itu romantis dan yahh, bisa dihitung jari. Jalan sambil berpegangan tangan aja gue belum pernah. Tetapi sampai saat ini gue fine-fine aja dengan itu, dan mungkin gue akan melakuin eksperimen yang aneh-aneh sama Erlang setelah kami menikah nanti.

Tetapi, gue bersyukur karena makin lama hubungan gue makin berkembang sama dia. Erlang nggak seperti yang pertama kali gue jalan, dia nggak kaku seperti dulu lagi.

Ada baiknya juga, sih gue makan di setiap gue jalan sama dia. Erlang, kan kurus banget. Jadi, dengan gue makan setiap kali jalan yah hitung-hitung bisa nambah berat badannya.

"Kamu mau beli apa?" tanya Erlang sesaat makanannya habis, dia sedang melap mulutnya dengan sapu tangan yang dia sering bawa.

"Aku hanya ingin belanja baju."

Erlang hanya menganggukkan kepala kemudian berkata "makanannya dihabiskan dulu!"

Oiya, gue baru sadar ternyata makanan gue belum habis, dan Erlang paling anti dengan nggak habisin makanan.

**

Sudah lebih dari sepuluh menit gue keliling mall dan Erlang nggak pernah ngeluh, nggak salah gue pacaran sama dia. Sabar banget, kan dia. Jayden aja yang rajin berolahraga baru beberapa menit sudah ngeluh gue ajak keliling mall.

Tetapi, gue agak ngerasa janggal dikit. Gue rasa ada yang ngkutin kita berdua dari belakang.

"Kenapa? Dari tadi aku lihat kamu balik ke belakang terus." Tanya Erlang yang tiba-tiba mengagetkan gue.

"Enggak, nggak ada apa-apa, kok."

"Aku mau ke toilet dulu, yah!" katanya sambil menunjuk ke toilet kemudian dia langsung saja ke sana.

Gue mengedarkan pandangan ke seluruh mall karena gue masih ngerasa ada yang ngikutin kami berdua, dan benar. Ada yang ngikutin kita berdua ternyata, dan dia adalah Andien! Dia langsung menghampiri gue sesaat setelah Erlang masuk ke toilet.

"Kenapa lo?" tanya gue ketus setelah Andien tiba di hadapan gue.

"Seharusnya gue yang bertanya. Kenapa elo bisa jalan sama Erlang?" tanyanya dengan ekspresi yang bisa gue kategoriin muka bego, hahahah.

"Emang salah jalan sama pacar sendiri?"

Andien membulatkan matanya setelah mendengar gue "elo nggak sedang bercanda, kan?"

Gue memutar mata kemudian berkata "Enggak, lah."

"Makanya jadi cewek jagan kebanyakan kode. Jadinya, kan keduluan."

Dia masih mematung sambil mendongak menatap gue. Memang faktanya gue jauh lebih tinggi dari dia.

"Oiya, gue sudah dapetin Erlang dan gue harap elo nggak ganggu hubungan gue sama Erlang."

"Dan satu lagi, jangan doa'in gue putus sama dia, yah! Jangan harap itu terjadi!"

Dia masih dengan posisi yang sama seperti tadi, tetapi gue lihat dia mengepalkan tangannya. No, gue nggak mungkin pake kekerasan, kami berdua cewek dan ini tempat umum. Cukup gue main cantik saja disini.

"Lebih baik lo pergi, gih. Sebelum Erlang datang."

Dia terlihat menahan tangis kemudian berbalik lalu ninggalin gue. Bagus, ternyata dia langsung pergi.

"Maaf, di dalam antre." Sontak gue berbalik setelah mendengar itu.

"Nggak apa-apa, kok. Ayo kita jalan!"

**

"Perasaan tadi kita sudah lewat disini." Kata Erlang saat kami berdua berada di depan toko yang gue tuju.

Gue hanya tersenyum mendengar Erlang kemudian masuk ke dalam dengan Erlang ngikut di samping gue.

Gue akuin, Erlang cowok tersabar yang pernah gue temui. Walaupun gue nggak tahu isi pikirannya, yang bisa jadi sekarang ia meronta-ronta ingin pulang tapi nggak enak ke gue? Sudah tiga pulun menit gue pilih-pilih baju dan dia masih saja setia duduk nungguin gue sambil memainkan ponselnya.

Beberapa kali gue minta saran mana yang bagus dan dia hanya nganggukin kepala setiap gue tunjukin baju. Oke gue akuin, gue salah dengan minta rekomendasi ke Erlang. Iya, selera Erlang nggak bagus dalam hal fashion. Dia selalu saja menggunakan celana chino yang dipadukan dengan kemeja ditambah dengan hoodie setiap kali kita jalan. Formal banget, kan? Berbanding terbalik banget dengan sahabatnya, Bayu yang lebih casual. Dia nggak masuki kemejanya ke celana, kok. Jadi, nggak usah ngeri membayangkan gimana tampilan pacar gue itu. Dia nggak seperti cowok kutu buku yang sering lo lihat di film-film.

Dengan menenteng tas belanjaan, gue kembali menghampiri Erlang yang masih saja setia duduk di kursi sambil memainkan HPnya dengan earphone yang menempel di telinganya.

"Sayang! Aku sudah selesai." Upss gue kelepasan.

Sontak Erlang mendongak menatap gue kemudian mencopot earphone-nya lalu membetulkan letak kacamatanya yang agak turun.

"Ehh, sudah selesai?" Erlang lalu bangkit dari tempat duduknya, kini tubuhnya lebih tinggi dari gue, walaupun hanya selisih beberapa cm saja. Dan ekspresinya itu terlihat biasa-biasa saja. Apakah dia dengar apa yang gue bilang tadi?

"Iya." Jawab gue dengan antusias.

"Kita beli es krim dulu, yuk sebelum pulang." Ajak gue sesaat setelah keluar dari toko baju.

Lagi-lagi dia hanya menganggukkan kepala.

**

[COMPLETED] My Jenius Boyfriend Where stories live. Discover now