35

849 46 0
                                    

Airin POV

Gak terasa, sudah tiga bulan gue pacaran dengan Erlang. Gue hampir hafal betul kebiasaan dia setelah berkali-kali jalan dengan dia. Dia sangat suka makan ayam goreng di warung tenda pinggir jalan walaupun dia juga suka makan di restoran yang ada di mall, intinya selera dia simple. Dia juga suka sekali dengan keju, cokelat, atau matcha, itu yang dia sering pesan kalau gue lagi makan sama dia di cafe, dia nggak pernah memesan kopi. Dia tidak suka itu, dan dia pernah bilang dia sering sakit kepala jika meminum kopi, unik juga. Cara makan dia rapi, tidak berantakan walau makan menggunakan tangan sekalipun. Dia juga tidak pernah menyisakan makanan sedikitpun, dia sering menasehatiku agar tidak membuang-buang makanan, sungguh suamiable bukan? Dia juga tidak suka makan ikan, lebih tepatnya segala jenis seafood. Dia memang tidak suka, bukan alergi. Setiap kali jalan dia selalu menggunakan hoodie, dan dia paling sering memakai hoodie-nya yang berwarna abu-abu, itu mungkin yang paling dia suka. Dia suka dengan warna biru, terutama navy. Gue lihat banyak baju dia yang berwarna begitu.

Hari ini tepat 3 bulan gue pacaran dengan Erlang. Gue yakin, Erlang pasti tidak ingat. Bukan saja tidak ingat, dia pasti tidak tahu. Bahkan gue ragu dia hafal tanggal jadian kita berdua. Erlang bukan tipe cowok yang menghafal semua detil-detil hubungannya. Ulang tahun gue aja dia ngucapinnya telat. Tapi, aku tidak pernah menuntut dia untuk mengingat semu itu kok. Dia bisa naruh gue di otaknya aja gue udah senang banget.

Selama tiga bulan gue pacaran sama dia, nih. Nggak pernah tuh sekali-kali dia ngucapin selamat pagi, siang, malam, atau ngucapin apa kabar? Lagi ngapain? Sudah makan belum? Tidak pernah dia bilang begitu, waktu gue sakit aja dia nggaj bilang get well soon, gws, atau cepat sembuh! Dia malahan nasehatin gue untuk jangan makan sembarangan, kalau makan juga tepat waktu, jangan ditunda-tunda, istirahat yang cukup, jangan suka begadang. Kalau yang ini gue begadang karena kamu juga, sih. Bahkan dia tidak pernah memanggilku dengan kata sayang, babe, atau sejenisnya. Tapi, tidak tahu kenapa gue bisa jatuh cinta sama dia, yah?

"Airin! Kenapa kamu melamun terus?" kata Erlang yang menghancurkan lamunan gue. Iya, Erlang sekarang sedang berada di hadapan gue. Kami berdua sedang makan di tempat biasa, di warung tenda yang ada di pinggiran jalan. Tempat dimana dia nembak gue dulu. Gue sering senyum-senyum sendiri mengingat kejadian itu. Untung saja pada saat itu sedang tidak ramai.

"Airin!" panggil Erlang sambil melambaikan tangannya di depan wajahku.

"Kenapa kamu senyum sendiri?"

"Ehh, nggak apa-apa kok."

Dia hanya tersenyum mendengarkan perkataanku tadi. I love his smile so much, apalagi yang punya.

"Kenapa makanannya tidak dimakan?"

"Masih panas, tunggu dingin dulu"

Erlang lalu mengambil ayam goreng milikku lalu memotong-motongnya dengan tangan.

"Ini!" sambil menyodorkan ayam goreng yang telah ia potong-potong. Inilah terkadang kebiasaan yang sering membuat gue ngefly, dia perhatian. Bukan dengan kata-kata lagi ngapain? Apa kabar? Selamat pagi atau mengirim kabar setiap saat seperti orang lain, melainkan dengan perbuatan, walaupun perbuatan yang sangat sederhana sekalipun.

**

"Sepertinya ini terakhir kita bertemu" kata Erlang sambil melap mulutnya dengan tisu. Tisu yang ia bawa sendiri, dia pernah bilang tidak mau melap wajahnya dengan tisu toilet.

"Kenapa?" gue menyipitkan mata mendengar perkataan Erlang.

"Tidak lama lagi kita akan ujian nasional, aku tidak mau kita terganggu, dan aku mau kamu fokus belajar." Kirain dia minta putus, hampir aja gue mati di tempat ini.

"Dan kamu juga harus mengurangi penggunaan ponsel."

"Jadi, kita tidak usah chat selama ujian dan menjelang ujian."

"Bisa, kan?"

"Tidak lama, hanya dua minggu."

Gue hanya menganggukkan kepala mendengar perkataan dari Erlang tersebut. Walaupun ini berat sih, tapi demi kebaikan gue juga, kan? Ini lebih baik dari pada seperti orang lain yang putus dengan alasan ter-bullshit pengen fokus UN dan keesokannya bawa gandengan baru. Iya, kan?

"Kalau ada yang darurat bagaimana? Atau kalau aku ingin minta diajar matematika, Bagaimana?"

"Kamu bisa mengirim sinyal SOS." Kata Erlang yang sementara gue hanya menampilkan ekspresi datar karena gue nggak tahu itu apa.

"Eh, joke aku tidak lucu, yah." Sambungnya sambil menampilkan ekspresi kikuk, dan itu lucu banget. Gue hanya bisa tertawa melihat ekspresinya itu.

Ini nih risiko punya pacar pintar. Itu juga salah satu yang gue hafal dari dia, dia sering membuat joke-joke yang sama sekali gue nggak paham, mungkin kalau gue pintar gue paham kali, ya.

**

Mobil yang kita berdua tumpangi akhirnya sudah berada di depan rumah gue dan sekarang hujan turun dengan sangat deras.

"Aku duluan dulu, Lang."

"Eh tunggu dulu!" Gue yang akan membuka pintu mobil, menjadi berhenti.

"Kenapa?"

Erlang lalu melepas hoodie yang dia gunakan kemudian menyerahkannya ke gue.

"Kamu pakai ini untuk masuk ke dalam rumahmu. Nanti kamu basah."

"Kamu juga nanti basah juga, dong."

"Tidak apa-apa. Mungkin hujan sudah reda jika sudah sampai di rumah."

"Terima kasih." Gue tersenyum menatapnya yang juga dibalas dengan senyuman level dua dari dia.

[COMPLETED] My Jenius Boyfriend Where stories live. Discover now