Bagian 11 . Hayam Wuruk

6.2K 553 18
                                    

Hari ini, adalah jadwal Hayam Wuruk untuk latihan memanah. Pemuda yang menjadi yuvaraja dengan gelar Maharaja Sri Rajasanagara itu, terlihat berjalan ke tempat latihan, yang berada di samping kediamannya.

Langkah tegak, berwibawa, dan mempesonanya mampu membuat siapa saja terpesona. Jangan lupakan bagian terpentingnya adalah dia memiliki wajah yang memikat kaum hawa.

''Paman, bagaimana dengan Kerajaan Padjajaran? Apa kau telah mengirim utusan, kesana?'' Tanya dengan mata yang masih tertuju kedepan.

Pria disampingnya, yang sudah berumur itu masih terlihat gagah. ''Saya terlah mengirim utusan, yang mulia.'' Jawabnya tegas.

''Ampun yang mulia, tapi Dyah Pitaloka masih saudara kandung yang mulia, harusnya pernikahan itu tidak terjadi.'' Lanjutnya, yang hanya di angkap angin lalu oleh pemuda disampingnya.

Dia sudah pernah mendengar perkataan Gajah Mada yang sudah dia angkap sebagai pamannya sendiri itu, memang menentang keinginannya.

Hayam Wuruk mengambil busur, dan anak panah yang diderahkan padanya.

Matanya memandang tajam, pada sasaran didepannya. Pikiran pemuda itu tengah berkecamuk, antara ambisinya untuk menyatukan Nusantara dibawah kekuasaan Majapahit, dan Gajah Mada yang menentang keinginannya untuk mempersunting Dyah Pitaloka sebagai permaisuri-nya

''Bagaimana dengan persiapan untuk menyerang Prahang lusa?'' Hayam Wuruk mengernyit, kemudian melepaskan anak panah itu, dan mendarat tepat ditengah sasaran.

Gajah Mada menghela nafas. ''Semua sudah siap, yang mulia.''
Mengangguk mengerti, Gajah Mada memang Mahapatih yang dapat diandalkan, berani, setia, dan tentu saja saktimandraguna.

***

Kamis, 03 Mei 2018

Ninggalake ing Majapahit (Selesai)Where stories live. Discover now