Bagian 47 . Perang Bubat

3.1K 300 20
                                    

Kamu tahu rasanya ketika kedatanganmu hanya dianggap sebagai persembahan? Terhina dan sakit, itu yang Dyah Pitaloka rasakan.

Gadis itu sempat mencuri dengar pembicaraan ayahnya dan Gajah Mada.

Hatinya geram, bagaimana mungkin lamaran yang diterima dengan hormat malah menjadi bukti kekalahan? Ini sungguh penghinaan terbesar yang dilakukan oleh Majapahit.

Di depan matanya sendiri, saat ini dia melihat bagimana ayahnya beserta pasukannya melawan pasukan Majapahit habis-habisan.

Mereka membela harga diri Padjajaran, dengan nyawa sebagai taruhannya.

''Ayah!'' Jerit Pitaloka, kemudian berlari menghampiri ayahnya yang sudah tumbang dengan pedang yang menancap didadanya.

Lalu, dengan tidak punya hatinya Gajah Mada menarik pedang itu, bersama hembus terakhir napas ayahnya.

Tak ada yang lebih menyakitkan selain melihat ayahnya sendiri meninggal di tanggan Gajah Mada.

Ayah yang selalu menyayanginya sepenuh hati, yang selalu memberi yang terbaik untuknya, kini telah tiada. Meninggalkannya sendirian ditanah orang.

Pasukan yang datang bersamanya dengan langkah tegap itu, kini telah terbaring kaku di tanah dengan bermandikan darah.

''Putri, ikutlah kami ke istana.''
Pitaloka hanya berdecih mendengar permintaan Gajah Mada.

Apa ini lelucon? Setelah menghina, membunuh, sekarang meminta? Bahkan gadis itu lebih memilih mati bersama Padjajaran dengan hormat daripada hidup tapi sebagai persembahan.

''Bermimpilah terus Gajah Mada. Bermimpi bahwa aku akan ikut menemui rajamu.''

''Dengarkan ini,

Aku lebih baik mati daripada menjadi tanda takluk Padjajaran. Dan akupun bersumpah....''

Pitaloka diam sejenak mengambil pedang ayahnya. ''Aku bersumpah, sampai kapanpun Padjajaran tak akan tunduk pada Majapahit. Dan ingatlah sampai kapanpun kau---Gajah Mada...'' Pitaloka mengarahkan telunjuknya, menunjuk Gajah Mada dengan dagu terangkat.

''Kau dan Rajamu, Hayam wuruk tak akan pernah diterima ditanah Pasundan. Sejengkalpun tanah Pasundan tidak akan menerima kehadiran kalian.''

Tak butuh waktu lama, Setelahnya Pitaloka melakukan bela pati. Bunuh diri, demi membela kehormatan kerajaannya.


***

Kamis, 24 Mei 2018

Maaf, gak bisa buat adegan action:(( jadi bagian perangnya cuma judul doang😆


Biru:))

Ninggalake ing Majapahit (Selesai)Where stories live. Discover now