thirteen, lay me down.

8.2K 1.1K 313
                                    

"aku sayang kakak."

hyunjin tidak menjawab, ia hanya tersenyum dan lalu mencium bibir jeongin dalam-dalam. bukan sebuah ciuman yang bergairah, namun kali ini ciuman yang penuh cinta dan kasih sayang.

jeongin balas tersenyum dan mencium balik bibir tebal pemuda itu. mengalungkan lengannya pada leher hyunjin dan membiarkan pria itu mengangkatnya ke gendongannya, menahannya di dinding, dan melumat habis bibir mungilnya.

jari-jari jeongin menyelinap di antara rambut hyunjin, meremat pelan ketika lidah hyunjin berhasil menerobos masuk ke dalam belah bibirnya. matanya terpejam, menikmati permainan kakak tingkatnya itu.

"mmhh.." lenguhan meluncur dari bibir mungilnya. jeongin meremat bahu hyunjin, menandakan bahwa ia sudah mulai sesak.

hyunjin melepasnya dengan pelan, menghasilkan jembatan saliva yang justru membuatnya tersenyum. wajah jeongin memerah, ia memeluk erat leher hyunjin dan menyembunyikan wajahnya di sana.

"kamu kok manis banget, sih? astaga, gemas." ucap si pria berbibir tebal itu sembari membawa jeongin duduk di atas ranjang. menahan pinggul mungil itu dengan kedua tangannya.

jeongin mengangkat kepalanya, lalu mengecup bibir hyunjin cepat. membuat sang empunya tertawa pelan lalu menyatukan dahi mereka berdua. hyunjin menatapnya dalam, seolah-olah sedang mentransfer sesuatu ke dalam diri jeongin.

yang ditatap hanya bisa diam membeku, menatap balik mata indah itu dan tersenyum. membuat hyunjin benar-benar merasa nyaman melihatnya. ia tersenyum kecil dan,

"can i claim you as mine?"








••••••









malam ini hyunjin mengajak jeongin untuk makan malam di sebuah restauran super mewah dan benar-benar elegan. mereka memilih meja di dekat balkon karena jeongin benar-benar suka melihat bintang di malam hari.

jeongin melahap makanan di depannya sembari sesekali tertawa kecil ketika hyunjin tak henti-hentinya berbicara tentang hal apa saja yang ia lakukan ketika berfikir tentang jeongin.

"jangan ketawa terus, sayang. nanti keselek." kata hyunjin.

yang diperingatkan hanya menunjukkan gigi berbehelnya lalu melanjutkan kunyahannya terhadap makanan favoritnya yang sedang berada di piringnya itu.

hening. hanya terdengar suara dari musik klasik yang ditampilkan secara live di restauran ini. jeongin menatap bintang-bintang yang tengah bersinar di atas sana lalu tersenyum dan beralih menghadap ke arah hyunjin yang sedari tadi memperhatikannya.

"i think i dont need to see those stars from my rooftop again," ucap hyunjin "because i've already had you as my own star."

jeongin menahan diri agar tidak langsung menerjang hyunjin dengan pelukan dan menyembunyikan wajahnya di dada bidang pria itu. ia hanya tertawa kecil sembari menggigit ujung garpunya, menahan pipinya agar tidak memerah seperti tomat yang baru matang.

"apasih, kak." balas jeongin untuk menghilangkan gugupnya.

hyunjin tertawa hingga matanya berubah menjadi garis, "kamu pelet kakak ya?" ucapnya.

jeongin langsung mengerucutkan bibirnya, tidak terima dengan statement hyunjin yang barusan. "ih, kakaaak!!" rengeknya.

"apa, sayangku?"

"stop it can you."

lagi-lagi hyunjin tertawa, membuat jeongin sedikit kesal dan melipat tangannya di dada. membuat laki-laki itu malah terlihat berkali lipat sangat menggemaskan.

hyunjin memajukan tubuhnya, mendekatkan bibirnya pada telinga jeongin dan berbisik, "i love you, mine."

mendadak sebuah bom merah meletus di pipi jeongin, membuat gumpalan itu merona dan terlihat seperti tomat matang yang siap dipetik. membuat hyunjin tidak tahan lagi dengan kegemasan di depannya ini.

ia langsung menarik sahabatㅡ ups, wrong, pacarnya itu untuk menyelesaikan makanannya dan segera kembali ke hotel.

hyunjin benar-benar langsung melajukan mobilnya menuju hotel. sesekali mencuri kecupan pada bibir jeongin yang sedari tadi mengomel karena ia masih mau menghabiskan makanannya dan memesan minuman lagi.

setiap jeongin mengomel, hyunjin memberinya sebuah kecupan ringan. hingga sampai di hotel, dan jeongin meninggalkannya di dalam mobil, berjalan ke arah lift dan memencet tombolnya.

namun tetap saja tidak masuk ke dalamnya dan naik ke lantai empatbelas, kamar mereka menginap karena ia menatap hyunjin yang berjalan ke arahnya sembari menggigit kuku jempolnya danㅡ

"k-kak, takut.."

ya tuhan, tolong jangan bunuh hyunjin perlahan kaya gini.

ㅡㅡㅡ
kalau fanfict ini berakhir
dengan menjadi
lebih ke daily life,
otoke?

FOOLS.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang