33 : baikan

681 62 2
                                    

Sudah 5 hari gue dirawat di Rumah sakit, padahal gue udah pingin pulang banget. Dan ini udah hari ke 3 gue udah dirumah.
Dan selama itu pula gue nggak ketemu sama Guanlin. Gue kangen banget sama Guanlin. Perasaan gue masih nggak enak aja sama dia. Secara, gue belom minta maaf langsung sama Guanlin.

Tapi, anehnya gue juga nggak ada usaha dikit buat ketemu sama Guanlin. Aneh banget nggak sih.
Kayaknya karena ada faktor lain. Kayaknya karena Renjun, selama gue sakit dia yang selalu nemenin gue. Mungkin gara-gara itu gue jadi agak lupa sama Guanlin. Huh, maaf Lin.

Renjun selalu nemenin gue kalo Bang Ong lagi ada materi tambahan buat UN dan dia pasti pulang sore. Kadang, Renjun nemenin gue dari jam pulang sekolah sampai malem. Renjun juga serinh bawa hadiah-hadiah kecil buat gue. Kayak, gantungan kunci dari kulit kerang, bunga imitasi, boneka-boneka kecil, pokoknya ini  Renjun banget. yang selalu buat kejutan-kejutan kecil ke gue kayak dulu.

Gue selalu ngingetin Renjun buat pulang untuk istirahat, lagian ortu gue juga udah balik waktu tahu gue opname. Tapi Renjun tetap kekeuh untuk nemenin gue.

Gue seneng sih liat Renjun yang sekarang ada disini sama seperti dulu nggak pernah berubah sama sekali. Renjun yang perhatian, baik, selalu manjain gue, ya begitulah sifat Renjun yang selalu gue sukai dan gue rindukan.



***

Author pov

Sudah sejak seperempat jam yang lalu Guanlin berdiri didepan gerbang sekolah, mirip dengan tukang parkir didepan Supermarket dijalan jendral sudirman.

Guanlin selalu melakukan hal itu sejak beberapa hari terakhir, berharap bahwa gadis yang ia cintai akan datang dan meminta maaf padanya.

Namun kenyataan nya nihil, sejak beberapa hari yang lalu kekasihnya itu tidak masuk sekolah sama sekali. Jauh dalam lubuk hati Guanlin, ia sangat merindukan kekasihnya dan tidak bermaksud untuk membuatnya merasa bersalah karena Guanlin memergoki Nana sering berduaan dengan Baejin.
Cuma, sebenernya Guanlin saja yang terlalu negatif thinking. Itu namanya cemburu.

Sekarang, dia menyesal karena telah bersikap berpura-pura kecewa terhadap Nana, walau jauh dalam hatinya ia memang kecewa, tetapi Guanlin tidak bisa jika tidak memaafkan gadis kesayangannya itu.

Sebenarnya, bisa saja Guanlin datang ke rumah Nana untuk berbaikan karena rumah mereka bersebelahan. Namun, rumahnya selalu terlihat sepi dan tidak ada tanda-tanda keberadaan Nana.

Na, kamu kemana? Aku kangen sama kamu. Aku udah maafin kamu dari jauh-jauh hari, Na.

Bel tanda masuk tinggal lima menit lagi berdering saat gadis yang ia tunggu dilihatnya turun dari sebuah kendaraan pribadi.


Ada yang berbeda dari dia, Bunda...dia masih tetap terlihat cantik dengan rambut sebahunya.


"Hai.." sapa Guanlin lebih dahulu.
Nana enggan menjawab sapaan Guanlin, ia hanya terpaku dengan apa yang dilihatnya, apa Guanlin sudah memaafkannya? Pikir Nana.

Seolah menyadari dengan perubahan dari Nana, Guanlin mengusap pipi Nana pelan.
"Kok kamu kurusan? Atau cuma perasaan aku aja? Tapi kamu tetap cantik."

Mata Nana tampak mulai berkaca-kaca setelah mendengar penuturan Guanlin. Dia sangat rindu dengan lelaki yang ada didepannya. Detik selanjutnya, Nana sudah berada di pelukan Guanlin, tangannya mencengkeram lengan seragam Guanlin.


"Lin, aku minta maaf. Aku nggak mau kamu marah lagi. Aku sama Baejin cuma sebatas teman, nggak lebih."
Ucap Nana dengan suara agak parau.

"Aku udah maafin kamu, kok. Lagian, aku nggak bisa marah lama-lama sama kamu." ujar Guanlin lembut.


Nana melepaskan pelukannya dan menyeka air mata yang meninggalkan jejak di pipinya.
"Beneran, ya? Jangan marah-marah lagi??"

"Iya iya, enggak kok." ujar Guanlin.




"Na, kamu kenapa agak berubah jadi kurusan?" tanya Guanlin.
"Aku sakit sejak seminggu terakhir, makanya aku nggak bisa nemuin kamu." ucap Nana pelan.

Kini Guanlin menatap Nana dengan tatapan khawatir.
"Kamu sakit kenapa? Kok kamu nggak ngasih tahu aku?"

"Ya, lagian kamu dichat aku aja cuek banget. Maleslah kalo mau bilang ke kamu kalo aku lagi sakit."
Nana memalingkan muka dari Guanlin.

"Tapi kan itu juga gara-gara kamu yang bikin aku cemburu." ucap Guanlin seraya tersenyum menampilkan lesung pipinya yang dalam.

"Terus, ini semua salah aku gitu?!"
Tukas Nana.

"Yee mulai lagi deh."

Tiba-tiba bel tanda masuk berdering. Kemudian, Guanlin dapat merasakan ada sebuah tangan menarik lengannya dengan lembut menuju gerbang sekolah.



***


"Nana, maaf gue kemarin-kemarin gak bisa jenguk lo."
Ucap Baejin yang tiba-tiba duduk di depan Nana.

"Iya, nggak papa, lagian cuma sakit biasa kok—eh tapi lo tahu gue sakit dari siapa?" tanya Nana.


"Euhm, itu dari si Yuna." gumam Baejin dan Nana hanya mengangguk sebagai jawabannya.


"Na, maaf juga gara-gara gue Guanlin jadi marah sama lo." Baejin meminta maaf lagi pada Nana.

"Nggak papa Bae, lagian gue sama Guanlin juga udah baikan kok."
Nana mengusap punggung Baejin pelan.


Baejin menghela nafas lalu tersenyum.
"Syukur deh kalo gitu."

***


Always Lin [Lai Guanlin]Where stories live. Discover now