40 : what a fact?

617 57 0
                                    

Nana sekarang sudah disibukkan dengan kuliahnya. Begitu juga Renjun, yang selalu menemani Nana kuliah.
Guanlin? Juga lebih sibuk dari dirinya.

Nana sudah menjadi mahasiswi dan sekarang sudah hampir memasuki semester 2.

Keadaannya, seperti kurang membaik. Badannya sedikit kurus, mungkin karena terlalu serius memikirkan kuliahnya, atau mungkin ada penyebab lain? Dirinya pun tidak tahu.

Kedua orangtuanya sangat khawatir pada keadaan anaknya, berulang kali mereka membujuk anaknya untuk memeriksa ke dokter, namun Nana selalu menolaknya dan menganggap dirinya baik-baik saja, padahal sebenarnya tidak...

"Wajah Lo pucet, Lo sakit? Mau gue anterin ke dokter?" Tanya Renjun yang duduk di sebelahnya—duduk di koridor kampus.

Nana yang sedang sibuk memainkan phonselnya menoleh dan menggeleng pelan.
"Nggak usah, lagian gue nggak sakit. Wajah gue emang gini kan?"

"Jangan keras kepala, kalo Lo ada apa-apa gimana?" Ucap Renjun, berusaha membujuk Nana.

Nana hanya tertawa kecil, "nggak usah berlebihan ih Njun, gue nggak apa-apa beneran."

"Tapi, kan..euhm, mencegah lebih baik daripada mengobati. Maksud gue, sebelum semuanya terlambat,"
Ujar Renjun pelan.

Nana menatap Renjun lekat-lekat.

"Maksud Lo apa?"
Tanya Nana dan Renjun sedikit terkejut, namun dengan segera ia menetralkan ekspresi nya.

"Y-ya.. maksud gue, kalo Lo sakit kan, seenggaknya dicegah dulu, sebelum Lo sakit dan sembuhnya lama, kan sayang nggak masuk kuliah." Ucap Renjun.

"Jadi Lo mendoakan gue biar sakit nih?"

"Ish, bukan begitu. Lo mah dikhawatirkan malah begitu." Ucap Renjun dan membuat Nana tertawa kecil.

"Thanks udah mengkhawatirkan gue," Nana terkekeh.

"Udah tahu sih, kan, dari dulu."
Sindir Renjun.

"Udah ah, gue pergi duluan ya, habis ini gue ada kelas. Ntar pulang duluan aja, gue ambil kelas tambahan soalnya. Bye.." ujar Nana lalu pergi menjauh dari situ, menyisakan Renjun yang menatapnya khawatir.

Renjun hanya menghela nafas panjang, ia takut suatu hal yang selama ini ia takutkan akan mengejutkan Nana.
Dimana sebuah hal, hanya Renjun dan kedua orangtua Nana yang tahu.

Sebuah hal besar, namun, kedua orangtuanya memilih untuk tidak memberi tahu Nana soal itu. Padahal Renjun sudah mengusulkan agar segera diberi tahu, sebelum semuanya benar-benar terlambat..
Namun kedua orangtuanya menolak, membiarkan Nana menikmati masa-masa bahagianya dulu, padahal itu keputusan yang salah.

Iya, bukan? Bagaimana perasaannya ketika ia sudah dibuat bahagia, sebahagia mungkin, namun suatu hari, hanya dalam beberapa menit saja, sebuah fakta membuatnya hancur.
Hancur tak tersisa, pasti Nana akan sedih. Renjun takut, Nana akan bersedih berlama-lama.

Renjun memilih kuliah bersama Nana karena ia berniat untuk menjaga Nana, was-was jika suatu saat ada yang terjadi padanya. Dan kedua orangtua Nana juga memberinya sebuah kepercayaan untuk menjaga Nana.

"Na, maaf aku nggak bisa ngomong sekarang sama kamu, aku takut kamu langsung down, dan kamu nggak nerusin kuliah karena kamu kepikiran." Gumam Renjun sendiri.

***

Sementara dilain sisi, Nana yang sedang mengikuti kelasnya, sedikit tidak fokus.

Ia hanya menghela nafas, ia tahu jika dirinya sedang tidak baik-baik saja.
Namun dia sendiri menutupi hal itu dari orang-orang disekitarnya.

Always Lin [Lai Guanlin]Where stories live. Discover now