45 : hai Sena

704 47 0
                                    

Sudah empat bulan berlalu sejak kejadian malam itu, juga kejadian yang membuat Guanlin merutuki dirinya sendiri. Dan hampir satu bulan ia tinggal di Bandung— tidak dengan Sena tentunya, namun Sena sering mengunjungi Guanlin yang tinggal di rumah neneknya.
Guanlin bekerja di salah satu perusahaan teman Ayahnya, menjadi arsitek pada satu projek yang sedang digarap.

Semua terasa berubah. Tak ada lagi sapaan dari gadis itu, setiap pagi, atau menjelang malam, membisikkan ucapan selamat pagi ataupun selamat tidur.
Tak ada lagi gelak tawa saat ia berhasil membuat kejutan kecil, ataupun candaan Guanlin padanya.
Impiannya membangun sebuah rumah tangga dengannya sudah hancur, tidak ada lagi impian untuk dirinya bekerja keras demi Nana.

Kemudian, sedikit perasaan benci pada gadis itu mulai tumbuh, lebih didominasi oleh rasa rindu tentunya.
Rasa benci, rindu, cinta, semuanya beradu didalam hati Guanlin. Terkadang, mengingat kembali kenangannya dengan gadis itu membuat dirinya tak sengaja tersenyum. Namun, senyum itu hilang lagi jika mengingat saat gadis itu memutuskan hubungannya begitu saja dengan alasan dijodohkan.

Tidak, Guanlin sama sekali tidak percaya jika itu benar. Ia tahu betul bagaimana seorang Nana. Buktinya, hubungan mereka sempat bertahan lama, meskipun akhirnya....

Hanya kesibukan pada pekerjaan yang membuat Guanlin cukup untuk sedikit melupakan gadis itu.

Sekarang, kesibukannya ia lakukan untuk demi masa depan dirinya dan Sena.

Ya, Sena tengah mengandung anak Guanlin. Usianya menginjak empat bulan. Dan mereka belum menikah.
Tentu saja, karena Guanlin sendiri masih tidak percaya jika Guanlin melakukan itu pada Sena pasca acara wisuda.
Ia tidak ingat apapun tentang malam itu, tapi Sena memberikan beberapa bukti padanya, jika mereka berdua melakukan itu.

Guanlin mengulur waktu pernikahan mereka lebih lama, dengan alasan ia harus bekerja lebih dahulu. Bagaimanapun, Guanlin harus mencari nafkah untuk Sena.
Tapi sebenarnya bukan begitu, Guanlin juga sedang mencari kebenaran, apakah memang betul ia melakukan itu pada Sena. Tidak, bukan berarti Guanlin tidak ingin bertanggungjawab, hanya saja Guanlin masih ragu.... hatinya tidak rela jika harus menikahi gadis selain Nana....
Semua yang ia lakukan sampai sekarang, tujuannya hanya untuk Nana.

Guanlin sama sekali tidak mencintai Sena. Ia hanya menganggap Sena sebagai teman baiknya.
Guanlin tahu, jika Sena menyukainya. Terlihat dari perlakuan Sena padanya, tapi Guanlin pura-pura tidak tahu. Karena, hatinya benar-benar ia jaga untuk Nana.

Guanlin menghela nafas, mengingat Sena yang selalu menuntut padanya untuk segera menikahinya.

Ia sibukkan diri pada pekerjaan, agar dapat sedikit mengurangi beban masalah yang ia hadapi.

Guanlin merasakan sebuah tangan melingkar di bahunya.
Siapa lagi kalau bukan Sena.

"Lin, kamu sibuk banget?" Tanya Sena.
Membuat Guanlin sedikit risih dengan perlakuan Sena.

"Hmmm, kamu bisa liat sendiri kan?"
Balas Guanlin tanpa berbalik menatapnya. Pandangannya hanya tertuju pada layar laptop dihadapannya, juga beberapa berkas yang menumpuk.

Sena berdecih didalam hati, mengapa Guanlin selalu cuek padanya. Padahal terkadang, Guanlin mulai bersikap manis padanya. Ia pikir, Guanlin masih menyimpan hati untuk Nana, bukan untuknya, atau mungkin belum??

"Lin."

"Apalagi?"

"Kita....jadi nikah kan?" Tanya Sena, mulutnya lelah untuk terus menanyakan hal itu. Guanlin tak kunjung memberi kepastian, meskipun Guanlin memang benar-benar akan bertanggungjawab.

Guanlin menghela nafas, "aku udah ngomong soal ini sama orangtuaku, tunggu beberapa waktu lagi, nggak lama kita akan nikah."

Dalam hati Sena bersorak senang. Membayangkan pernikahannya dengan Guanlin. Berharap ia akan mencoba membuat Guanlin perlahan mencintainya, memberikan cinta pada Guanlin setiap harinya.
Padahal ia tidak tahu, jika perbuatannya ini akan membuat seseorang benar-benar terluka...

Always Lin [Lai Guanlin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang