43 : nothing a reason

654 51 2
                                    

Author POV

"Carsinoma ovarium?"
Gumam Nana pelan.

Ruang tengah menjadi hening seketika, hanya terdengar isakan tangis Ibunya dan suara dari seorang aktor  yang sedang bermain dalam drama di TV nya.

Nana hanya terdiam, seakan butuh waktu lagi untuk mencerna apa yang ia baca baru saja. Pandangannya kosong. Tidak ada air mata. Hanya kehampaan luar biasa yang tampak di wajahnya.

Nana tinggalkan orangtuanya, berlari menaiki tangga menuju kamarnya dan menguncinya dari dalam.

Badannya bersandar pada daun pintu, dadanya sesak, kepalanya pusing.
Perlahan, badannya merosot ke lantai dan terduduk.

Pertahanannya runtuh, ia menangis.
Tangan kanannya dia gunakan untuk membekap mulutnya sendiri, berusaha mengurangi isakan kencang yang keluar dari mulutnya.
Apa yang ia tahu baru saja jauh lebih menyakitkan dibandingkan nyeri haid itu.

Jadi, alasan mengapa setiap ia haid selalu sakit adalah, karena adanya kista yang telah menjadi kanker di salah satu indung telurnya.

Bahkan ia tidak tahu sudah berapa lama kista itu tumbuh didalam salah satu indung telurnya, atau mungkin sudah menjalar pada indungnya yang satu lagi? Dan keduanya harus diangkat— jika Nana ingin tetap hidup, dan Nana divonis tidak bisa mempunyai keturunan seumur hidupnya. Artinya, Ia tidak bisa memberikan keturunan untuk Guanlin.

Dan, bagaimana dengan Guanlin?? Akan kecewakah lelaki itu pada Nana? Atau ia akan merasa iba dengan keadaannya?
Lalu bagaimana rencana pernikahannya?

Seluruh tubuhnya terguncang hebat, jiwanya pun ikut terguncang.
Tangis yang ia tahan agar tidak didengar oleh siapapun sudah tidak bisa ia tahan lagi. Tangisnya benar-benar pecah, bibirnya bergetar.

Nana merasa takut, sedih, syok, juga malu pada dirinya sendiri.

Mengapa hal berat seperti ini harus terjadi pada hidupnya yang hampir sempurna?

Ya, awalnya ia merasa hidupnya sudah sangat sempurna.
Ia terlahir dari keluarga yang mampu, apapun yang ia inginkan selalu dikabulkan oleh kedua orangtuanya.
Ia memiliki kekasih yang sangat menyayangi dirinya juga setia padanya.
Teman-teman yang selalu baik padanya.
Bahkan, ia merasa Malaikat pun berpihak padanya.

Tapi, tiba-tiba..

Semuanya terasa meledak begitu saja. Hancur berkeping-keping tanpa sisa. Bahkan kepingan itu terlalu kecil hingga tak dapat disatukan lagi.




***



Sudah tiga hari, Nana mengurung diri di kamar. Ia tidak keluar sama sekali, kecuali untuk makan, saat tenaganya benar-benar habis dan badannya lemas.
Matanya yang memerah, tidak saja karena ia menangis setiap malam.

Orangtuanya setiap hari membujuknya agar ia mau keluar dan membicarakan tentang masalah dirinya, namun nihil, Nana memang keras kepala.

Bahkan, Guanlin yang masih ada dirumahnya pun tidak ia temui sama sekali, meskipun Guanlin tanpa putus asa berusaha untuk menemui Nana.
Guanlin tidak tahu apa yang terjadi.
Nana akan memberitahukan pada waktu yang tepat.

Dan ia pikir, ini sudah saatnya.

Ia meminta Guanlin untuk menemuinya di cafetaria miliknya, malam ini.

Keputusannya sudah bulat, ia kumpulkan segala keberanian yang ia punya untuk mengungkapkan isi hatinya selama ini.














Always Lin [Lai Guanlin]Where stories live. Discover now