44 : let you go

646 49 2
                                    

"dia datang lagi, kemarin." Ujar Seungwoo, kakaknya yang sudah pulang dari luar negeri sejak sebulan yang lalu, juga yang sudah menikah. Kini, kakak iparnya itu sedang mengandung anak dari kakaknya.

Mereka berdua kini tengah duduk di bangku panjang didepan rumah Renjun, ya rumah Renjun.
Ia memutuskan untuk tinggal bersama Renjun sementara saat ia masih dalam masa perawatan, ia juga tidak ingin jika saat Guanlin selesai wisuda akan pulang lagi ke rumahnya, ia tidak mau Guanlin melihatnya.
Jadi, ia putuskan untuk tinggal bersama Renjun, juga dengan orangtua Renjun pastinya.
Kedua orangtua Nana pun memberi ijin, demi kebaikan anaknya.

"Aku tahu.." gumam Nana.

"Sudah tiga bulan. Kasihan kalau dia terus seperti itu, kamu harus jelasin semuanya, Na."

"Dia bakal baik-baik aja."

"Kamu nggak tahu," ujar Seungwoo dengan helaan nafas. "Kakak yang selalu ngangkat telepon dari Guanlin. Kakak yang membukakan pintu kalau Guanlin ke rumah, dia kelihatan nggak baik-baik saja, pipinya semakin cekung..."

"Dia bakal baik-baik saja," potong Nana mengulang kembali ucapannya. "Aku tahu, dia pasti bisa baik-baik saja tanpa aku.."

Seungwoo menghela nafas, memijat pelipisnya, adiknya ini benar-benar keras kepala. "Kamu nggak mengerti kalau Guanlin begitu cinta sama kamu,"

Nana hanya terdiam, tidak bisa menjawab pernyataan dari kakaknya.
Memandang kosong hamparan langit dihadapannya.
Selama ini, ia berfikir mungkin dirinya lah yang akan terluka, tanpa tahu bagaimana perasaan Guanlin yang sebenarnya.

Tapi, kelihatannya Seungwoo belum menyerah. "Ada kemungkinan kalian bisa punya anak, jika ternyata kista itu hanya ada di salah satu indung telur kamu. Atau...kalian bisa mengadopsi anak."

Sekuat tenaga Nana membendung air matanya. Ia sudah benar-benar lelah untuk terus-menerus menangis.
Nana menarik nafas, lalu ia tatap kakaknya.
"Aku tahu, kalau dia cinta aku, kak. Dan kalau aku kasih tahu dia semuanya, dia akan semakin mengejar aku. Dia memang yang terbaik."

"Tapi, aku takut...suatu saat setelah aku menikah dengan Guanlin. Entah tiga atau empat tahun lagi, pandangan Guanlin akan terluka saat dia memandang perutku, atau saat dia melihat anak-anak tetangga yang bermain dengan cerianya. Atau.. mendengar bisik-bisik Bunda Yoona yang pingin punya cucu dari aku dan Guanlin. Aku juga nggak mau suatu saat, terus menerus bilang ke Guanlin 'sabar Lin, ini cobaan Tuhan' aku bener-bener nggak mau semua itu..aku..."
Nana tak segera melanjutkan kata-katanya, ia memalingkan wajahnya.
"Aku takut, dan malu..selama bertahun-tahun orang memandangku sebagai gadis sempurna, tapi ternyata.. mereka salah. Dan aku yang paling salah.."

Seungwoo memandang adiknya penuh haru, juga rasa kasihan.
"Kamu yakin, Guanlin bakal baik-baik saja..tanpa kamu?"

Nana menjawab dengan anggukan lemah.




***










Guanlin sudah siap mengemasi barang-barangnya kedalam koper. Hanya berisi pakaian dan alat-alat kerja yang ia butuhkan. Ia tinggalkan segalanya yang akan mengingatkaannya pada gadis itu.

"Lin..kamu yakin, akan menikahi Sena?"
Tanya ibunya.

Guanlin menoleh pada ibunya yang entah sejak kapan duduk disampingnya— diatas ranjang kamar Guanlin.
"Entahlah Bunda, tapi aku harus. Aku harus bertanggung jawab."

"Kamu yakin, kamu melakukan itu?"
Tambah ibunya.

Guanlin menundukkan wajahnya.
"Aku... entahlah, tapi beberapa bukti dari Sena menunjukkan kebenarannya."

Always Lin [Lai Guanlin]Where stories live. Discover now