46 : gagal?

727 54 4
                                    

Sejak pulang dari rumah sakit tempo hari, Sena selalu dihantui oleh kegelisahan.
Pikirannya tertuju pada Nana yang ia temui kemarin siang.
Ia tidak menyentuh sarapannya sama sekali, membuat Guanlin menatapnya bingung.

"Sarapannya nggak dimakan? Kasihan yang ada didalam perut kamu."
Ujar Guanlin.

Sena mengerjap. "Lin?Apa... Kamu cinta aku?"
Tanya Sena tiba-tiba.

Guanlin terdiam, ia tidak bisa menjawab.
Hatinya masih ada pada gadis itu. Atau mungkin, cintanya sudah mati dibawa gadis itu. Terlebih lagi, Guanlin bertemu dengan Nana kemarin—dalam keadaan yang membuat Guanlin begitu cemas dalam hatinya, namun sesuatu menahannya untuk tidak berbuat sesuatu pada gadis itu.

Sena tersenyum kecut, ia sudah menduga akan jawabannya.
"Kenapa kamu mau menikah dengan aku, sedangkan kamu sendiri nggak mencintai aku, Lin?"

Terdengar helaan nafas, sebelum Guanlin berbicara. "Bukannya kamu yang selalu menuntut aku untuk menikahi kamu? Lagipula, aku harus tanggung jawab."

"Jadi, kita akan hidup tanpa cinta sedikitpun?Dan Kita akan bangun rumah tangga dan merawat anak kita tanpa ada cinta sedikitpun?"

Guanlin tidak tahu. Apakah ia harus mencoba melupakan Nana, dan membuka hati untuk Sena. Atau, ia harus sekali lagi mencoba kembali pada Nana?

"Kalau begini, sebaiknya kita nggak usah menikah." Ujar Sena beberapa saat kemudian.

Guanlin menatap Sena tidak percaya.
Bagaimana bisa dia mengatakan hal seperti itu? Sedangkan yang membuat Guanlin seperti sekarang adalah karena dirinya yang bersikeras untuk menikahinya karena ada darah dagingnya yang tumbuh didalam perut Sena.

"Oh ya? Terus, apa yang mau kamu ucapkan saat orangtua kamu tahu kalau kamu hamil dan belum menikah?" Tanya Guanlin dengan nada sedikit meninggi.

"Sen, aku akan tanggung jawab. Aku juga bakal usaha buat buka hati aku ke kamu." Ujar Guanlin mencoba meyakinkan Sena.

Sena tersenyum mendengar penuturan Guanlin. Itu artinya, Guanlin akan benar-benar menerimanya. Ia akan menikah dan bahagia bersama Guanlin.

"Aku pegang omongan kamu," gumam Sena.

Guanlin lalu beranjak, "aku harus berangkat kerja dulu. Kamu dirumah aja, Bunda bentar lagi pulang." Ucapnya, lalu mencium kening Sena.

Dalam hati Sena bersorak senang.
"Iya, kamu juga hati-hati."

Lalu Guanlin pergi berangkat kerja. Dan Sena hanya bersantai dirumah lelaki itu sambil menonton acara di TV.

Beberapa saat kemudian, bel rumahnya berbunyi. Lalu Sena beranjak untuk membukakan pintu rumahnya.

Sena sungguh terkejut, melihat siapa yang datang.
Jantungnya berdegup kencang saat melihat siapa yang ada dihadapannya.
Kenapa dia datang disaat yang tidak tepat? Apa yang harus Sena katakan padanya, tentang kenapa dirinya ada disini, pikir Sena.

Dirinya begitu gugup. Sedangkan orang yang ada dihadapannya tak kalah terkejutnya dengan apa yang Sena rasakan.
Bagaimana bisa Sena ada dirumah lelaki ini?

"Sena?"
















"Haknyeon, kamu ngapain kesini? K-kamu kenapa bisa tahu aku ada disini?"
Ujar Sena tak percaya.

Always Lin [Lai Guanlin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang