37 : graduation

709 53 0
                                    

Ya, beginilah hidup. Dimana ada pertemuan, pasti ada sebuah perpisahan. Seperti sekarang ini, tak diduga-duga jika Nana sudah melalui banyak ujian di sekolah dan kini sudah mendapatkan surat resmi pernyataan kelulusannya.

3 tahun telah ia lewati dengan bahagia juga duka yang selalu mewarnainya.

Terlebih lagi, separuh kebahagiaan nya ia dapat dari lelaki itu, Guanlin.

Ia pandang Guanlin yang tengah memakai jas hitam dengan topi toga yang melekat di kepalanya.
Senyumnya merekah ketika dia tersadar jika sedang diperhatikan kekasihnya.

Tiga tahun yang menyenangkan, Lin.
Perasaan kita tetap sama, dari dulu, hingga kini, maupun nanti, kuharap begitu seterusnya..

"Hai," sapa Nana saat lelaki itu sudah dihadapannya.

"Kamu cantik pake kebaya itu, Na." Puji Guanlin dengan pipi bersemu.
Oh, seharusnya Nana lah yang bersemu.
Ada-ada saja si Guanlin, batin Nana.

"Ck, gombal." Nana berdecak namun senyumnya merekah.
Dalam hati, ia sungguh benar-benar bahagia dipuji Guanlin seperti itu, meskipun Guanlin sering menggodanya, namun kali ini rasanya lain dari sebelumnya.

"Aku serius," ujar Guanlin.

"Aku dua rius, kamu tampan pake jas hitam itu." Nana mencoba membalas Guanlin.

"Kalo yang kamu bilang barusan sih, emang iya...aku kan tampan dari dulu."
Dua pukulan di lengan Guanlin langsung saja mendarat.

"Jangan sombong," gumam Nana.

"Lain kali enggak deh, lagian sombong nya ke kamu doang, ya nggak apa-apa kali."

"Huh, terserah deh."
Saat Guanlin dan Nana sedang asik berbincang ditengah acara wisuda, tiba-tiba Baejin datang menghampiri dan mengucapkan selamat untuk keduanya.
Guanlin dan Nana menyambut nya dengan hangat, juga mereka berdua mengucapkan hal yang sama kepada Baejin.

"Eumm, Lin..gue, bisa ngomong sebentar sama Nana?"ujar Baejin.

"Berdua." Tambah Baejin.

Nana sedikit terkejut dengan ucapan Baejin, namun dengan segera ia menormalkan kembali kondisi wajahnya.

"Oke, silahkan." Ujar Guanlin.
Dan Nana hanya mendengus mendengar nya, tumben sekali Guanlin dengan mudah mengijinkannya.

"Aku mau ketemu sama seonho dulu, manfaatkan waktu nya sebaik mungkin."
Ujar Guanlin lalu ia menjauh.

Kenapa tiba-tiba Guanlin dengan mudah membiarkannya berdua dengan Baejin?
Memang pasti dibolehkan, tetapi biasanya Guanlin selalu menghujani pertanyaan-pertanyaan kepada Baejin, kenapa kali ini tidak? Batin Nana.

"Ada apa Bae?" Nana membuka percakapan.

"Gue mau bicara penting sama Lo..gue harap Lo lapang dada mendengarnya. Eh nggak tau juga sih kalo ini bakal jadi kabar baik atau kabar buruk buat Lo." Kelakar Baejin.
Sebenarnya Baejin sudah agak gugup saat ingin menyampaikannya. Namun ia telah mempersiapkan hal ini matang-matang.

"Apaan sih Lo Bae? ngomong aja kali." Ujar Nana dengan tawa kecil.

"Jadi gini, sebelumnya gue udah berusaha belajar keras buat dapetin nilai ujian yang bagus, dan ini bakal gue jadiin modal buat kuliah gue. Dan gue bakal kuliah di luar negeri, Na. Karena nilai gue bagus dan memenuhi kriteria yang dijadikan syarat masuk kesana."
Ucap Baejin.

Hati Nana sedikit bergetar mendengar nya. Ada sedikit rasa ketakutan akan kehilanganmu saat baru saja ia dengar.

"Luar negeri? Kemana?? Kan jauh, Lo kuliah di ITB juga pasti di terima kok, ah Baejin mah...Lo jangan jauh-jauh dari gue Napa?"
Ucap Nana agak merajuk.

Always Lin [Lai Guanlin]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora